Connect with us

Feature

“Oidipus” Wafat (Lagi)

Published

on

Gege Hang Andhika saat memerankan Oidipus, Januari 2020. (foto: Teater Alam)

In Memoriam: Gege Hang Andhika

YOGYAKARTA, JAYAKARTA NEWS – Suasana duka menyelimuti jagat teater Yogyakarta, dan nasional. Aktor senior Teater Alam, Gege Hang Andhika meninggal dunia, Kamis (Legi), 7 September 2023 pukul 19.40 WIB, dalam usia 74 tahun.

Terbersit di benak saya, “Oidipus” wafat (lagi). Gege sangat identik dengan tokoh Oidipus. Sejumlah repertoar Teater Alam yang mementaskan drama Yunani karya Sophokles itu (hampir) selalu menempatkan sosok Gege sebagai pemeran Oidipus. Tak heran jika tokoh Oidipus begitu lekat dengan almarhum.

Ia sosok yang humble dan mudah bergaul. Sebagai senior, Gege terkadang bahkan tidak menyadari senioritasnya. Ia bisa lekas akrab dengan siapa pun, termasuk para juniornya di komunitas Teater Alam.

Menarik garis waktu lebih ke belakang. Melihat sosok Gege, seketika teringat suaranya yang serak-serak-seksi, ditambah wajahnya yang tampan membuat Gege bak primadona Teater Alam. Status biologis sebagai adik kandung Titiek Azwar, istri Azwar AN pendiri Teater Alam, adalah salah satu faktor mengapa Gege ikut tertarik terjun ke dunia teater.

Gege Hang Andhika. (foto: bambang wartoyo)

Bengkel Teater

Sejak tahun 1971 ia bahkan sudah diajak kakak ipar, Azwar AN masuk Bengkel Teater pimpinan W.S. Rendra. Di Bengkel Teater itulah ia mulai belajar teater. Pengalaman pertamanya pentas bersama Bengkel Teater adalah “Mini Kata” yang disutradarai Rendra.

“Mastodon dan Burung Kondor”, salah satu karya drama fenomenal Rendra, dipentaskan pertama kali di Yogya tahun 1973. Gege ikut pula dalam pementasan itu.

Lalu ia juga terlibat pementasan “Kisah Perjuangan Suku Naga. Sebuah naskah drama bernuansa kritik terhadap pemerintah (Orde Baru) oleh Rendra.

“Pentas terakhir saya bersama Bengkel Teater adalah lakon ‘Pangeran Hunberg’, Desember 1975. Saat itu bang Azwar sudah keluar dari Bengkel Teater, dan mendirikan Teater Alam,” ujarnya suatu hari.

Benar. Azwar keluar dari Bengkel Teater akhir 1971, dan mendirikan Teater Alam awal 1972. “Saya bertahan di Bengkel Teater sampai tahun 1976. Tahun itu Rendra memutuskan hijrah ke Jakarta. Saya memutuskan bertahan di Yogya,” kata Gege.

Keputusannya tidak ikut hijrah ke Jakarta bersama Rendra dan Bengkel Teater-nya, disusul langkah ringannya menuju markas Teater Alam di Jl Sawojajar, Yogyakarta.

“Antara Bengkel Teater dan Teater Alam, tidak jauh berbeda. Cara melatih Bang Azwar sama kerasnya dengan Rendra. Disiplin adalah hal utama yang beliau tanamkan,” kata Gege ketika mengenang Azwar.

Di Teater Alam, ketika itu, sudah bercokol nama-nama seperti Meritz Hindra, Yoyok Aryo dan Ganti Winarno. Sejumlah nama lain, di antaranya Yoyok Aryo, Hendra Cipta, Abdul Kadir, dan Ramidi Rogojampi. Lebih junior dari mereka, ada Bambang Darto, Kunthil, Saif Bakham, Nanok Haryono, Kuswadi, Wahyu, dan lain-lain.

Banyak repertoar besar yang diproduksi Teater Alam, banyak pula peran besar yang jatuh ke pundak Gege. Tahun 1978 misalnya, ia terlibat pementasan “Hamlet” (William Shakespeare). Ia pula yang berperan sebagai Hamlet.

Foto kenangan tahun 2020, sebelum pementasan Oidipus. Dari kiri: Meritz Hindra, Roso Daras, Azwar AN, dan Gege Hang Andhika. (foto: Teater Alam)

Disangka Edan

Tahun yang sama, Teater Alam juga mementaskan karya Shakespeare yang lain, yang berjudul “Machbet”. Lagi-lagi, Gege pula yang berperan sebagai tokoh Machbet, seorang prajurit hebat Skotlandia yang menjadi raja setelah membunuh raja sebelumnya, Duncan.

“Saya banyak mendapat peran utama, termasuk di lakon Oidipus,” kata Gege. Beberapa kali Teater Alam melakonkan Oidipus, salah satunya penciptaan rekor tahun 1999 saat Teater Alam mementaskan Trilogi Oidipus: Oidipus Rex, Oidipus di Colonus, dan Oidipus Antigone. “Itu pentas teater terpanjang yang pernah ada,” kata Gege, dengan mata menerawang.

Gege tak bisa melupakan kenangangan pentas marathon dari pukul 20.00 hingga 05.00 subuh. Termasuk kenangan terindah sekaligus terlucu saat ia menemani Nining, istri tercintanya belanja ke pasar Beringharjo. Selagi istrinya berbelanja, Gege berada di belakangnya dengan mulut komat-kamit menghafal dialog.

Seorang pedagang, sambil meladeni Nining, tak kuasa melempar tanya, “Bu, maaf, suaminya ‘gini’ ya?” kata si pedagang sambil menyilangkan jari telunjuknya di depan jidat. “Miring”, maksudnya.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Nining spontan tertawa ngakak, alih-alih marah. Dengan sabar, Nining pun menjelaskan, “Oh, dia sedang menghafal naskah drama. Sebentar lagi mau pentas di Purna Budaya, dan dia aktor utamanya. Kalau besok pas pentas, njenengan nonton yaaaa….”

Gege Hang Andhika, dalam peran Oidipus. (foto: Teater Alam)

“Aja Mendem”

Sebagai orang “titer”, Gege termasuk “alim”. Biarpun banyak temannya akrab dengan minum-minuman keras dan mabuk-mabukan, Gege nyaris tidak pernah. “Saya lebih senang merokok dan ngomong jorok, dibanding mabok,” kata Gege sambil terkekeh, suatu hari.

Usut-punya-usut, Gege memegang betul nasihat kakak iparnya, Azwar AN. “Gege! Kamu harus rajin, jujur, displin, dan aja mendem! Kalau kamu suka mabuk, jangankan di Jakarta, di Yogya saja tidak bakal laku (sebagai aktor),” begitu nasihat mendiang Azwar.

Terbukti, Gege berhasil melakoni dunia seni peran, termasuk merambah dunia film dan sinetron dengan baik. Bahkan, hari-hari akhir, ia aktif juga di KFT (Karyawan Film dan Televisi).

Hingga akhir hayatnya, Gege tidak pernah jauh dari Teater Alam. Bahkan tahun 2020, di usia yang sudah menginjak kepala 7, ia masih prima memerankan Oidipus pada pentas 18 Januari 2020 di Taman Budaya Yogyakarta.

Pada kegiatan-kegiatan tahunan Teater Alam, Gege pun turut serta menyumbangkan waktu, tenaga, pikiran, dan semangat untuk membersamai para juniornya. Pada pentas Teater Alam terakhir, Opera Ikan Asin (OIA), 15 Agustus 2023 lalu, Gege sempat hadir di TBY, meski tidak bisa bertahan lama, karena kondisi fisiknya yang mulai lemah.

Innalihahi wa inna ilaihi roji’un, lelaki bernama lengkap Andhika Sugirman Irsyad itu pun wafat pada usia 74 tahun, Kamis (legi) 7 September 2023 pukul 19.40. Malam itu, jenazah disemayamkan di Rumah Duka Panembahan PB 2/110, sebelum esok harinya, Jumat (8/9/2023), dimakamkan di Taman Makam Pakuncen, usai shalat Jumat.

Almarhum meninggalkan anak dan menantu, Febri Maulana Budiwan, Muhammad Reza Setiawan & Luthfiana Irmasari, Novita Dyah Wulandari & Oki Pralambang. Serta cucu-cucu: Ibrahim Muflih S, Lakeisha A.S., M. Naladipa V.P., dan M. Narendra V.P. (*)

Catatan Kenangan
Roso Daras
Jurnalis, Anggota Teater Alam

Continue Reading
Advertisement
1 Comment

1 Comment

  1. Seno Gumira Ajidarma

    September 8, 2023 at 2:55 pm

    RIP Gegek – dengan segala kenangan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *