Connect with us

Feature

“Berbuatlah yang Bisa Bermanfaat Bagi Khalayak Ramai” 

Published

on

Umi Fatmah saat memberikan paket beras kepada anak yatim. (Foto. Monang Sitohang)

MEDAN, JAYAKARTA NEWS– Kapan dan dimanapun kita dituntut untuk berbuat kebaikan. Kalau bisa kebaikan itu bukan saja bermanfaat bagi diri sendiri, tapi bisa bermanfaat bagi khalayak ramai, atau setiap perbuatan itu bisa bermanfaat bagi banyak orang.

Yakinlah, orang-orang yang perbuatannya bermanfaat bagi banyak orang, niscaya mereka adalah bagian dari kaum yang dicintai Allah SWT.

Kira-kira begitu sekilas pandangan yang digambarkan oleh Ketua Majelis Taklim Al-Karim Latifah, Fatmah Nasution, SH, MH di sela-sela berbagi paket kepada anak yatim-piatu, kaum dhuafa dan fakir miskin, Senin (8/4/2024), di Sekretariat,  Jalan H.M Yamin, Medan Perjuangan, Kota Medan.

Bagi umat muslim sudah tersedia suatu koridor tertentu dan spesifik kepada siapa berbagi kebaikan serta kapan waktu yang lebih tepat. Bukan berarti pilih kasih tapi memang begitulah ajarannya. 

Fatmah Nasution telah mencamkan dan memulai berbagi kepada anak yatim-piatu, kaum dhuafa dan fakir miskin sejak pindah tugas di Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu), sebelumnya bertugas di Bali dan Jakarta. 

Apalagi setelah wanita pensiunan Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) ini mendirikan Majelis Taklim, ia lebih pro aktif agar bisa terus berbagi kebaikan kepada orang-orang yang membutuhkan dan/atau tepat sasaran sesusai ajaran agama. 

Majelis Taklim Al-Karim Latifah sudah memasuki tahun keempat, dimana setiap tahunnya di awal bulan minggu pertama rutin membagikan beras kepada kaum dhuafa. 

Sejak Majelis Taklim berdiri yang dikomandoi Umi, sapaan akrab Fatmah Nasution, Bulan Suci Ramadhan adalah waktu dan kesempatan yang paling ditunggu-tunggu untuk berbuat amal kebaikan. 

Disarankan bagi tiap umat muslim, terlebih bagi umat muslim berekonomi mapan agar berlomba-lombalah menabur amal kebaikan pada Bulan Ramadhan, seperti menyisihkan secukupnya rezeki yang bisa bermanfaat bagi orang lain, utamakan yatim-piatu, kaum dhuafa dan fakir miskin. 

Di tahun ini, 1445 H, Umi lewat Majelis Taklim, sudah memprogramkan kegiatan untuk berbagi takjil menjelang berbuka puasa setiap hari selama bulan puasa, diprogramkan 30 masjid di berbagai tempat di Kota Medan. “Saya sudah kontrak sama yang masak selama 30 hari, sekalipun kita berpuasa 29 hari,” tutur Umi yang terlihat bersahaja. 

Di masjid juga dibagikan air minum per dua hari sekali. Takjil bukan saja untuk di masjid, warga yang melintas di jalan pun kebagian takjil dari Majelis Taklim si Umi.

Umi Fatmah saat memberikan THR. (Foto. Istimewa)

Kata Umi, (7/4/2024), kami berbuka puasa bersama sejumlah anak yatim di Kualanamu. Selain membagikan paket takjil, nasi kotak, bingkisan dan juga memberikan uang. 

Uang itu wajib diberikan karena titipan zakat dari beberapa orang. Beda sedekah, kalau orang bersedekah bisa dijadikan atau ditukarkan ke barang sesuai kebutuhan. Pada Minggu (7/4) di Kualanamu, ada 30 yatim-piatu dan mereka menjadi binaan Umi. “Insya Allah di Pantai Labu akan didirikan Pesantren Tahfiz,” rencana Umi bernada serius. 

Satu hari lagi menjelang Idul Fitri, Senin (8/4/2024), menjadi puncak kegiatan berbagi amal kebaikan oleh Majelis Taklim Al-Karim Latifah kepada yatim-piatu, kaum dhuafa dan fakir miskin. Tiga kategori paket telah disediakan, paket 1 beras, paket 2 roti kaleng, syrup, gula, bubuk teh dan minyak goreng, dan paket 3 THR (Tunjangan Hari Raya) berupa uang cash. 

Sekitar Jam 11.00 WIB, satu per satu penerima paket mulai antri menunggu giliran sesuai nomor kupon. Dan pada jam tersebut, paket yang dibagikan adalah paket 1 dan 2. Tampak sejumlah kaum bapak dan ibu-ibu yang diperkirakan berusia 50-70-an tahun, sudah menenteng paket.

Belasan yang sudah menenteng paket bantuan dari Majelis Taklim itu adalah pendayung becak (biasa disebut tukang becak), salah seorang diantaranya Heri (58).

Heri warga Pasbel, Medan Perjuangan si penerima paket seketika berucap,”alhamdulillah, terimakasih ya Umi, semoga Umi dan keluarga sehat-sehat selalu”.

Berbeda dengan Suriana (58), warga Rawa Cangkuk, Medan Denai, usai menerima paket, langsung menengadahkan kedua tangan sambil berujar,”saya minta do’a dan bermohon kepada Allah SWT agar Umi dan keluarga sehat selalu, lancar pengajian dan semoga bertambah Jama’ah-nya”.

Setelah sholat dzuhur, tepat Jam 14.00 WIB, giliran pemilik kupon yang tergolong kaum dhuafa dan fakir miskin silih berganti kembali berdatangan. Umi langsung menyerahkan bantuan berupa uang THR. Pada hari itu, semua penerima bantuan dalam tiga kategori paket, diperkirakan mencapai ratusan orang.

Penggugah Hati

Lebih baik berbuat kurang dari pada sama sekali tidak berbuat. Memulai sesuatu kebaikan itu bukan masalah sedikit atau banyak, dan kecil atau besar. Tetapi berbuatlah setulus hati dengan ‘lillahi ta’ala’ tanpa berharap sesuatu apapun dari orang-orang yang dibantu. Sehingga hati plong untuk belajar ikhlas atas ajaran agama. 

Sebelumnya, Umi berbagi untuk yatim-piatu, kaum dhuafa dan fakir miskin hanya secara pribadi saja atau sendiri. Prinsip Umi, nggak perlu banyak, seberapa yang ada, dan jangan tunggu besok tapi mulailah dari hari ini. 

Karena Umi bersedekah dan/berzakat secara pribadi saja selama ini, seorang Ustadz berkata kepada Umi,”kalau Umi itu egois, mau cari pahala sendiri”. “Allah suka masuk ke dalam surga itu rombongan,” Umi menirukan Ustadz. 

Beranjak dari itulah terketuk hati Umi dan berpikir untuk mengajak siapa saja yang mau peduli mengulurkan tangan bagi orang-orang yang butuh bantuan. Dimulai mengajak keluarga, teman, dan sekarang Umi mengajak semua pihak atau terbuka untuk umum.

Umi penggerak atau seperti sopir di Majelis Taklim untuk mengajak dan melibatkan donatur-donatur. Artinya, bergabung di Majelis Taklim itu, harapannya semoga bisa berkawan sampai ke surga. “Masuk kesini (Majelis Taklim-red) itu banyak manfaatnya, datang bawa buku pulang bawa ilmu,” terang Umi.

Wanita yang terlihat rendah hati dan bertutur kata santai itu menegaskan, ia kerap mengekspose kegiatan-kegiatan Majelis Taklim Al-Karim Latifah bukan untuk riya atau sombong. Tujuannya guna menggugah hati umat muslim agar ringan hati menyisihkan sebagian rezekinya.

Bukan berlebihan, bila berkah sudah menghampiri Umi.  Semasa berdinas di Kepolisian RI hingga sekarang, sedikit atau banyak, kecil atau besar, ia kerap berbagi kepada orang tidak mampu, terutama yatim-piatu, kaum dhuafa dan fakir miskin. Sang Maha Kuasa, Allah SWT, membalas kontan kebaikan dan kepedulian seorang Fatmah Nasution, paling tidak ia masih terlihat tegar dan sehat.

Bukan itu saja, tiga putra-putri Umi tergolong  berhasil. Putra sulung sedang mengambil spesialis bedah syaraf, tahun depan selesai. Putra bungsu, Pilot Lion Air. Dan putrinya dokter, juga mau mengambil spesialis setelah abangnya selesai. Bagi Umi, ia masih tetap sehat dan  putra-putrinya berhasil merupakan keniscayaan sebuah karunia dan keberkahan yang patut disyukuri.

Menuju surga abadi tiada yang tahu pasti waktunya. Tapi yang pasti itu, berbuat kebaikan sekecil apapun  takkan pernah sia-sia. Mengutip sepenggal kata-kata Profesor Mahfud MD di medsos,”di dunia pun ada neraka dan surga”. Maksud penggalan kata-kata itu, tergantung masing-masing orang memaknai dan menjabarkannya. Sehat selalu Umi…! (Monang Sitohang)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *