Connect with us

Feature

Vaksinasi Massal Bergerak, PMK Melandai Peternak Senyum Bahagia

Published

on

Sapi perah yang mengikuti vaksinasi massal di Pujon (foto: poedji)

SURABAYA, JAYAKARTA NEWS-Serangan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang melanda Jawa Timur terhadap hewan ternak khususnya sapi perah cukup memprihatinkan. Saat itu(2022)PMK datang dan dalam waktu singkat menulari banyak sapi, sehingga sebagian ternak itu tidak berdaya dibuatnya.

Akibat penyakit tersebut sapi  tertular dan menjadi tidak sehat. Adapun tanda-tandanya dapat diketahui: sapi seperti kurang kuat menahan badan dan lumpuh, mulutnya juga keluar air liur berlebihan serta kuku-kukunya mulai terkelupas. 

Kondisi tersebut membuat para peternak menjadi resah karena mereka tidak bisa berbuat banyak bagaimana mengatasinya. Apalagi sapi yang terserang tidak mau makan karena mulutnya sakit.

Seorang peternak, Hariyanto, asal Pujon Lor mengakui PMK menyerang daerahnya di Pujon, Kabupaten Malang, seperti “angin”. Dia menyebut seperti “angin” karena begitu cepat PMK menular dari sapi satu ke sapi lainnya.

“Penyakit mulut dan kuku ini tidak terkendali banyak sapi yang sakit dan mati,” katanya kepada sejumlah awak media pada acara vaksinasi massal ternak yang dihelat oleh Provinsi Jatim pada Senin(28/8) lalu di Pujon.

Lelaki yang mengaku punya 17 ekor sapi perah ini mensiasati dengan memberikan makanan herbal pada sapi-sapinya agar tetap sehat. “Makanan herbal itu terdiri dari kunir, jeruk lemon dan kalsium dihaluskan terus diberi air diminumkan ke sapi,” tuturnya sembari menambahkan pengetahuan untuk memberi makanan herbal didapatkan dari bapak dan kakeknya.

Kendati demikian ia mengakui kalau ada sapi kecilnya yang mati. Waktu itu ada sapi bunting miliknya melahirkan. Begitu keluar bayi sapi tersebut sudah dalam kondisi meninggal. “Mungkin induk sapi sudah terkena PMK,” tambah dia.

Khusus untuk program vaksinasi massal yang menjadi kebijakan Pemerintah Provinsi Jatim, pihaknya berterima kasih karena banyak membantu sehingga sapi-sapi yang dia punyai termasuk para peternak di kawasan Pujon sudah banyak yang sehat.

Selain program suntik, tim vaksinasi massal juga memberikan obat-obatan dan vitamin untuk sapi yang sedang sakit. Diharapkan dengan pemberian obat dan vitamin itu sapi-sapi yang sakit cepat sembuh dan bisa mengikuti vaksinasi massal.

Dia juga mengemukakan untuk saat ini sapi miliknya atau juga para peternak lain memang belum maksimal produksinya. ” Sekarang berkisar 10 liter susu perhari untuk satu sapi. Kalau dulu bisa 15 liter,” ujarnya.

Kadis Peternakan Indyah saat memberikan keterangan pers terkait vaksinasi massal di Pujon (foto: poedji)

Dalam pada itu Kadis Peternakan Jatim Indyah Aryani yang hadir dalam acara tersebut menyatakan, dengan program vaksinasi massal, kondisi sapi perah terkini sudah membaik bahkan bisa dikatakan melandai. “Kalau dulu statusnya wabah saat ini menjadi penularan,” katanya.

Ia menyatakan, vaksinasi penting untuk pencegahan suatu penyakit. Target untuk tahun 2023 ini 7,3 juta dosis vaksin harus disuntikan dan sekarang sudah 6,8 juta vaksin terpakai. “Jatim masuk paling tinggi vaksinasinya se-Indonesia,” tutur Indyah.

Pihaknya juga meyakinkan target 2023 akan terpenuhi mengingat dosin vaksin masih tersedia sehingga tidak perlu kehabisan dalam mengatasi masalah pencegahan PMK tersebut.

Tentang pencegahan penyakit dari luar daerah dia menyebut sudah membentuk tim yang tugasnya mengecek sapi-sapi yang masuk ke Jatim. “Ada 10 titik yang sudah kami siapkan dan selalu memonitor,” katanya.

Dikemukakan pula kalau jumlah sapi perah di Jatim berkisar 305 ribu ekor. Agar keberadaan sapi lebih baik lagi dan semakin meningkat ada cara yang ditempuh yakni; upaya produksi bagaimana kelahirannya keluar betina, transfer embrio yang baik dan mendatangkan sapi betina yang fresh.

Kampung Susu Terbaik

Sukses program vaksinasi massal yang menjadi kebijakan Pemprov Jatim dalam menanggulangi PMK dapat dilihat dari menggeliatnya sebuah dusun Brau yang masuk Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Patung sapi perah di kampung susu Brau di Batu (foto: poedji)

Dusun Brau yang terletak di salah satu perbukitan di Gunung Banyak merupakan penghasil susu terbanyak sehingga disebut Kampung Susu. Selain itu jumlah sapinya lebih banyak dibanding penduduk.

Menurut Munir, ketua kelompok tani disana, dusunnya mampu merubah perekonomian yang kurang baik menjadi baik. “Dulu kampung ini disebut kampung preman dan kami bisa merubahnya menjadi kampung susu,” tuturnya.

Disebutkan volume susu yang dihasilkan 5 ribu perhari. Namun jumlah itu ternyata masih kurang banyak karena permintaan saat ini melonjak menjadi 10 ribu perhari.

Ia juga menjamin kalau produksi susu dari Dusun Brau sangat baik sehingga banyak permintaan dari berbagai perusahaan yang membutuhkan bahan baku susu.

Untuk itulah pihaknya meminta kepada para peternak segera membawa susu yang habis diperas ke koperasi untuk ditampung di mesin pendingin agar terjaga kualitasnya.

Untuk mengecek susu yang dikirim maka sebelum masuk ke mesin pendingin penelitian dilakukan dengan seksama. Kalau tidak memenuhi persyaratan koperasi akan menolaknya.

Dengan cara tersebut para peternak berusaha semaksimal mungkin memberikan susu terbaik dengan cara merawat sapi agar benar-benar sehat serta memberikan pakan terbaik dan tidak asal-asalan.

Adapun jumlah sapi perah di Desa Brau ada sekitar 800 ekor lebih. Ini lebih banyak dibanding warga disana. “Rata-rata 90 persen penduduknya adalah peternak,” demikian Munir. 

Gubernur Khofifah Raih Penghargaan

Berkat kontribusi besar yang dilakukan oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dalam penanganan wabah PMK, Ikatan Dokter Hewan Sapi Indonesia(IDHSI) memberikan penghargaan tertinggi sebagai Best Local Govermment Support for Cattel Practifioners baru-baru ini. Berita itu termuat dalam rilis Kominfo Jatim melalui Jatim Newsroom.

Foto: istimewa

Menurut Khofifah, penghargaan untuknya itu berkat buah kerja keras semua pihak termasuk Pemkab/ Pemkot dan para peternak sapi di Jatim.

“Jatim merupakan produsen sapi terbesar di Indonesia. Untuk itu, ketika PMK pertama kali muncul maka hal ini menjadi perhatian serius bersama. Sebab dibutuhkan penanganan secara komprehensif. Tidak saja Jatim tapi juga daerah lain,” katanya di Gedung Grahadi Senin(24/7).

Ditambahkan, vaksinasi PMK digencarkan sejak dinyatakan sebagai wabah nasional. Hingga kini total sebanyak 6,1 juta dosis vaksin sudah diberikan dan telah didistribusikan sebanyak 52 persen dari total vaksinasi PMK di Indonesia.

Hal itu, lanjutnya semata-mata untuk menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat selaku konsumen daging sapi. Selain itu juga untuk menjaga kepercayaan konsumen terkait kualitas daging sapi di Jatim.

Selain menggencarkan vaksinasi, pihaknya juga mengeluarkan Peraturan Gubernur Jatim No 36 Tahun 2022 tentang Pedoman Penanganan Wabah PMK pada Ternak.

Dukungan berbentuk kebijakan strategis tersebut dinilai oleh IDHSI sebagai langkah terbesar di bidang peternakan dan kesehatan hewan khususnya persapian.

Berkat penanganan dan kebijaksanaan itu maka dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun wabah PMK berhasil dikendalikan oleh Pemprov Jatim. (poedji)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *