Connect with us

Drama & Teater

“Opera Ikan Asin” Racikan Teater Alam

Published

on

YOGYAKARTA, JAYAKARTA NEWS – Teater Alam Yogyakarta kembali berkarya. Tanggal 15 Agustus 2023, kelompok teater besutan alm Azwar AN itu akan menampilkan “Opera Ikan Asin”, arahan sutradara kawakan, Puntung CM Pudjadi.

Naskah drama yang satu ini memang istimewa. Bahkan memiliki nashab panjang, Asalnya adalah naskah berjudul Die Dreigroschenoper atau dalam bahasa Inggris The Threepenny Opera, karya Bertolt Brecht.

Berthold Brecht (10 Februari 1898 – 14 Agustus 1956) adalah penyair dan penulis naskah drama Jerman. Pada saat Hitler berkuasa, Brecht melakukan perlawanan menentang ideologi Nazi. Karena diawasi Gestapo (polisi negara), ia melarikan diri ke Amerika Serikat. Pada akhir Perang Dunia II, Brecht kembali ke Jerman sampai akhir hayatnya.

Die Dreigroschenoper atau The Threepenny Opera pertama kali dipentaskan di Theater am Schiffbauerdam, Berlin 31 Agustus 1928, diiringi gubahan musik Kurt Weill. Kurt Julian Weill (2 Maret 1900 – 3 April 1950) merupakan komponis berkebangsaan Jerman. Dia dilahirkan di Dessau, meninggal di New York City, dan merupakan komposer kampiun untuk dunia panggung.

Beruntung ada N Riantiarno. Pentolan Teater Koma Jakarta yang kemudian menyadur naskah Brecht dan memberinya judul “Opera Ikan Asin”, lalu mementaskannya pada tahun 1983. Naskah yang sama, dipentaskan lagi tahun 1999. Terakhir, Teater Koma menyuguhkannya kembali Maret 2017 bertepatan peringatan 40 Tahun Teater Koma.

Nano mengubah latar peristiwa dari London abad 19 menjadi Batavia abad 20, pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Kisahnya berpusat pada Mekhit alias Mat Piso, Raja Bandit Batavia yang justru dijadikan pahlawan oleh masyarakat.

Kenapa Brecht menulis cerita berlatar belakang London, Inggris? Sebab, Brecht pun mendaur ulang cerita itu dari lakon yang lebih lawas berjudul The Beggar’s Opera karya John Gay sekira tahun 1728 di London.

Meski begitu, keseluruhan tema sama, yaitu kritik sosial terhadap golongan kapitalis, yang naskahnya mendapat penyesuaian latar waktu dan tempat sesuai zaman. “Maka, saya pun mengadaptasinya kembali dengan latar belakang kota Yogyakarta tempo dulu,” ujar Puntung, sang sutradara.

Opera Ikan Asin bercerita tentang Si Raja Bandit Batavia, Mekhit alias Mat Piso yang menikahi Poli Picum tanpa restu ayahnya, Natasasmita Picum, juragan pengemis se-Yogyakarta. Picum mengancam Kartamarma, asisten kepala Polisi yang juga sahabat Mekhit, bahwa para pengemisnya akan mengacaukan upacara penobatan Gubernur Jenderal yang baru. Terpaksa Mekhit ditangkap, dia akan digantung tepat saat upacara penobatan, tapi saat tali menjerat leher, datang surat keputusan dari Gubernur Jenderal yang isinya membebaskan Mat Piso dari segara tuduhan.

Sebuah lakon tentang era yang penuh ketidakjelasan. Raja Bandit dijadikan pahlawan oleh masyarakat. Para petinggi hukum bersahabat dengan para penjahat kakap, sogok-menyogok menjadi budaya Bahkan hukum pun bisa disandera oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan pribadi. Sebuah zaman dimana titah penguasa bisa memutar balik keputusan pengadilan.

Aktor kawakan Meritz Hindra tengah berlatih “Opera Ikan Asin”, yang akan pentas di TBY Yogyakarta, 15 Agustus 2023. (foto: teater alam)

Terus Berkarya

Pementasan kali ini, melibatkan sekitar 70 pemain. Beberapa nama besar aktor teater Alam turun gunung. Mereka antara lain Meritz Hindra, Hadjar Pamadhi, Anastasia, Jack Sofian, Eddy Subroto, dan lain-lain. Dalam penyutradaan, Puntung dibantu dua astrada: Ronny AN dan Bambang KSR.

Pimpinan Produksi, Erna Azmita AN mengatakan, sejak bangkit dari tidur panjangnya di tahun 2018, Teater Alam tidak pernah berhenti berkarya. Tahun 2018, memperingati usia ke-47, Teater Alam mementaskan “Montserrat” (8/12/2018) dengan sutradara Puntung CM Pudjadi. Selain pementasan, juga peluncuran buku Trilogi Teater Alam setebal (total) 900 halaman racikan Roso Daras dan Prof Yudiaryani.

Tahun 2019, Teater Alam bekerjasama dengan ISI Yogyakarta mementaskan “Pusaran” (“A Streetcar Named Desire”), dengan sutradara Prof Yudiaryani.

Tahun 2020, Teater Alam kembali mementaskan karya Sophocles “Oedipus Rex” dengan sutradara Azwar AN dan Meritz Hindra.

“Tahun 2021, tepatnya 27 Desember 2021, Azwar AN, pendiri Teater Alam, wafat,” ujar Nana, panggilan akrab putra kedua Azwar AN, yang kini memegang estafet sebagai Ketua Perkumpulan Teater Alam itu.

Tahun 2022, bertepatan 50 tahun Teater Alam, sebuah kepanitiaan di bawah pimpinan Prof Yudiaryani, menggelar lima karya dengan tagline “Karya Emas, Kerja Keras, Loyalitas”. Acara yang dihelat Oktober dan November 2022 itu antara lain Pementasan Fragmen, Workshop, Seminar, Pameran, dan Kuliner. (rr)

Erna “Nana” Azmita AN, pimpinan produksi Opera Ikan Asin. (foto: ist)
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *