Connect with us

Feature

Selamat Jalan, “Ponce”

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Perawakannya sedang. Dengan rambut disisir rapih membentuk jambul tipis kebelakang, ia terlihat gagah. Rambut itu selalu diolesi pomade, sehingga mengkilap dan licin. Terkena angin ajeg tak morat-marit, sehingga saya yakini sehari penuh cukup sekali menyisirnya, yakni saat pagi hendak ke kantor.

Eko Guruh

Itulah yang terlintas pertama saat mengenang Poniman. Cukup lama saya bersahabat, ketika bekerja satu kantor di Harian Jayakarta, Gang Arus, Jl Dewi Sartika, Jakarta Timur. Kala itu saya sebagai jurnalis, dan dia sekretaris redaksi.

Jabatannya itu membuat pria murah senyum ini akrab dengan semua jajaran redaksi termasuk saya. Ia ‘jantungnya’ bagian redaksi mengatur segala hal yang berkaitan dengan tugas wartawan.

Tanpa dia, sulit rasanya kinerja keredaksian lancar. Memang ada pemimpin redaksi dan wakilnya. Namun, jika tak ada sekretaris, dua orang itu tak bisa maksimal bekerja. Mereka repot, karena banyak hal teknis yang harus dihandel, sementara sering ke luar kantor untuk membina relasi dan jaringan.

Poniman cocok untuk jabatan itu. Ia piawai membina hubungan dengan wartawan yang terkadang ‘lagu lagaknya’ aneh-aneh. Wartawan manusia bebas yang sulit diatur. Pribadi yang tak mudah dipahami dalam hitungan hari. Untuk mengenalnya butuh waktu lama dan ada seni tersendiri.

Dialah yang mengatur alur surat menyurat, mengeluarkan petty cash, membagi undangan peliputan, membuatkan surat tugas serta mengatur jadwal cuti.  Pendek kata, jika ia ‘gula’ maka wartawan pasti jadi ‘semutnya’.

Saya salah satu orang yang menikmati jasa baiknya. Pria berpenampilan parlente yang acap kali saya pelesetkan namanya jadi Ponce itu bolak-balik membantu ketika saya mengajukan cuti. Ia mengakali jadwalnya agar lolos saat sampai di meja pemimpin redaksi.

Pada bagian lain, ia juga acap kali menjadi penyambung hidup. Saya yang tidak bagus dalam menejemen keuangan, ditolong saat paceklik. Ia selalu saja mau manampung barang kesayangan saya untuk diganti dengan uang, meski sebetulnya barang-barang itu ia sudah punya.

Itulah kawan saya ini. Beberapa hari lalu, ia mendahului kawan-kawannya dipanggil Yang Maha Kuasa. Terlalu banyak kenangan yang terlalu panjang jika saya tulis semua. Kehilangan pasti, sedih apalagi, mengingat dalam hitunggan minggu sebetulnya ia akan ketemu sahabat-sahabatnya untuk kumpul merayakan ulang tahun Jayakarta News.

Itulah umur. Tak ada satu pun yang tahu. Terpenting berbuat saja kebaikan, agar ada cerita baik setelahnya. Sahabat saya ini telah menjalankannya dengan baik. Semoga ia tenang di alam barunya.

Selamat Jalan Ponce. (eko guruh)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *