Connect with us

Feature

Efek Domino Brompton

Published

on

Jayakarta News – Sepeda lipat sedang digemari di Indonesia. Seiring dengan banyaknya pengguna, beberapa sepeda lipat kini jadi incaran. Beberapa merek sepeda jenis ini mendadak raib di pasaran, bak hilang ditelan bumi.

Boleh jadi stok kosong, tapi bisa juga akal-akalan broker. Mereka ‘mengaduk-aduk’ emosi pasar agar harga bisa dimainkan. Ini mungkin, karena permintaan membludak sehingga harga menjadi ‘liar’. Berlipat-lipat ke atas, anehnya pasar mau saja.

Diakui atau tidak, di masa pandemi covid-19 penggemar sepeda mengalami lonjakan. Di Jakarta konon meningkat 1.000 X lipat dibanding sebelum pandemi covid-19.

Gambaran itu seperti yang terlihat saat CFD (Car Free Day). Ribuan penggowes menyemut. Semua pakai masker, hanya saja jumlahnya bejibun sulit menerapkan social distancing. Aturan jaga jarak seperti diabaikan, sehingga memunculkan kekhawatiran.

***

Penulis dan istri saat bersepeda.

Trend ini salah satunya tak bisa dilepaskan dari kehadiran brompton, yang begitu populer. Sepeda yang dikenal akan harganya selangit dan dibeli sebaguab untuk alasan prestise. Brompton menjadi merek sepeda bergengsi, menyisihkan merek lain. Pokoknya jika sudah naik sepeda ini merasa pasti ‘wah’.

Adalah produsen sepeda  yang berbasis di Greenford, London, Inggris sang pencetus. Andrew Ritchie, namanya. Awalnya ia merakit sepeda untuk kalangan Istana Buckingham yang ingin bersepeda santai. Di Inggris bersepeda bukan sekadar tren, namun juga sudah menjadi gaya hidup.

Brompton memiliki empat tipe, M, S, H, dan P.  Tipe M adalah brompton dengan handlebar model klasik yang masih dipertahankan hingga sekarang. Tipe ini cocok untuk segala kondisi atau all around.

Sedangkan tipe S versi sporty dengan handlebar lurus. Tipe H lebih cocok untuk mereka yang berpostur tinggi sehingga posisi riding tidak membungkuk. Tipe ini biasanya untuk bule yang memang punya postur tinggi.

Brompton tipe P menawarkan fleksibilitas yang lebih dari berbagai macam posisi grip. Tipe ini biasanya diperuntukkan bagi mereka yang bersepeda dengan durasi lama (touring).

Di Indonesia sendiri, Brompton dikenal sebagai sepeda lipat berharga fantastis. Dilihat di situs-situs jual beli, untuk yang limited harganya bisa mencapai 150 jutaan ke atas. Sementara versi termurahnya ada dikisaran 35-38 juta. Bahkan sepeda yang memiliki ada spesifikasi terntentu bisa mencapai 200 jutaan.

Meski berharga mahal, peminatnya banyak. Infonya  produsen mampu menjual 40-50 ribu unit setiap tahunnya.

Apa yang membuat sepeda ini mahal?

Premium

Brompton tidak perlu lagi diragukan dari sisi kualitas, kenyamanan, kemudahan dalam bersepeda. Brand yang ikonik dan berkelas, menambah kebanggaan penggunanya.

Brompton sangat menaruh perhatian penuh terhadap kualitas produk yang mereka ciptakan. Wajar harganya begitu mahal.

Meski berbentuk lebih kecil ketimbang merek lainnya, mereka berani jamin memiliki kualitas frame terbaik. Bila merek lain menggunakan bahan alumunium, Brompton justru menyematkan 30 persen bodinya menggunakan baja. Tapi tenang saja, baja yang digunakan baja ringan kok.

Fleksibilitas

Brompton dapat dibawa kemana saja, untuk pelesiran, bike to work, touring, naik ke bus, kereta, dan pesawat. Kemudahan untuk berekplorasi ke tempat baru dengan sepeda lipat yang tahan banting.

Mengutip Moneysmart.id, bila dibandingkan dengan merek Dahon, perbandingannya sangat jauh sekali. Dahon Qix memiliki ukuran 30x60x85 cm atau sekitar 5,5 kaki kubik, sementara Brompton memiliki ukuran lebih kecil 28x60x60 cm atau 3,56 kaki kubik.

Dengan dimensi ukuran tersebut orang  gak repot dan  bingung mencari tempat penyimpanannya. Mau dibawa bepergian pakai mobil, kereta, pesawat bisa banget, apalagi sudah ada tas khusus memungkinkan untuk menentengnya kemanapun pergi.

Build Quality

Brompton sangat serius dalam merancang sepeda lipat, komponennya dibuat dari bahan yang berkualitas, rapi dan presisi. Membuat penggunanya tenang dan senang karena sepeda yang tangguh dan tidak mudah rusak.

Selain itu,  jika sepeda lipat lainnya bisa menggunakan spare part sepeda umum, Brompton dengan sengaja membuat  part mereka sendiri. Ibarat kata, Brompton ini sudah seperti produk apple di pasar persaingan gadget.

Mudah Dilipat

Kelebihan lain ada pada bobotnya yang ringan dengan metode pelipatan efektif dan cepat. Komponen yang presisi membuat kita tidak akan kesusahan untuk melipat sepeda ketika diperlukan.

Didesain di Inggris, brompton mengadaptasi pola perilaku masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi dan ketepatan waktu ketika menaiki transportasi umum. Atas dasar itulah brompton mengutamakan kepraktisannya dalam melipat sepeda.

Karena ringan dan mudah dilipat, serta bentuk yang kecil, bisa membawanya  ke mana saja. Menerapkan pemahaman dari pada diparkir di tempat yang tidak aman dan rawan pencurian sepeda mending dibawa.

Harga Bekas

Seperti merek-merek premium pada umumnya, peminat Brompton bekas juga cukup banyak. Hal ini membuat harganya tak jatuh terlalu jauh.

Ketika harga belinya mahal, harga jualnya juga bisa dibilang stabil. Perbandingan harga beli dan jual brompton gak terlalu jauh, beda sama sepeda lainnya yang kalau dijual harganya bisa turun drastis bisa sampai 50 persen.

***

Di dalam negeri, kehadiran brompton menginspirasi produsen lokal ikut-ikutan. United membuat Trifold dan Element melahirkan Pikes. Ini belum termasuk merek luar seperti 3Sixty asal China yang juga membanjiri pasar. Karena harga berbeda, kualitas dan sensasi yang didapat juga pasti beda. Meskipun begitu sepeda ini pun laku keras di pasaran. Masyarakat jadi bisa ikut merasakan sensasi naik sepeda tiga lipatan.

Terlepas dari itu, kemunculan sepeda tiga lipatan lokal ini mampu memicu demam sepeda lipat, sehingga berapa pun diproduksi laku keras. Masyarakat tak lagi melihat dari aspek gengsinya tapi lebih ke kepraktisan belaka.

Masyarakat, seakan-akan dapat mainan baru. Mereka mulai jenuh dengan kemacetan, sehingga beralih ke sepeda. Selain cepat juga menyehatkan. Efek dimino lain, bersepeda menciptakan udara bersih sehingga wajar jika jadi pilihan.

Kecenderungan ini harus ditangkap pemerintah sebagai kesempatan baik. Kini saatnya mengubah prilaku transportasi jarak dekat masyarakat kota. Perbanyak saja trek bersepeda agar tidak kehilangan momentum. Memang tidak mudah, tapi jika ini dimainten dengan baik dan benar bukan tidak mungkin Jakarta akan seperti Belanda. Di mana, masyarakatnya gemar bersepeda untuk bepergian ke sana ke mari. (Eko Guruh/dari berbagai sumber)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *