Connect with us

Feature

Salma Aulia, Penakluk 8 Negara

Published

on

Salma Aulia, Juara I kumite wanita kelompok usia 14. (foto: dok pri)

Jayakarta News – Selalu saja ada rasa bangga yang membuncah demi melihat generasi muda Indonesia yang mampu meraih prestasi tingkat dunia. Salma Aulia adalah salah satunya. Remaja 13 tahun, siswa kelas 8 SMPN 30 Jakarta Utara ini, baru saja pulang ke Tanah Air membawa gelar internasional di ajang kompetisi karate Coupe Internationale de Kayl di Luxembourg.

Dalam kejuaraan yang diikuti 40 klub karate dari delapan negara di dunia itu, Indonesia mengirim enam karateka. Selain Salma Aulia, ada Luvena, Meisya, Denis, Akio, dan Nathaniel. Mereka adalah para karateka muda usia dari berbagai daerah di Indonesia, mewakili berbagai dojo. Salma Aulia sendiri dari Dojo Renzo, Depok, binaan Prof (Ris) Hermawan “Kikiek” Sulistyo. Dalam kejuaraan itu, ia menyabet dua medali emas.

Tak lama sekembali dari Luxembourg, sebuah negara kecil di Eropa, ia langsung menjumpai pendiri Dojo Renzo, Prof Hermawan Sulistyo yang dipanggilnya “daddy”, di kantornya bilangan Brawijaya, Jakarta Selatan. Salma membawakan beberapa cendera mata sebagai oleh-oleh, salah satunya adalah mug keramik motif Luxembourg warna coklat kayu. Kikiek memang kolektor mug.

Dalam kesempatan itu, “Daddy” Kikiek tidak saja mengucapkan selamat dan salut atas prestasi yang ia bawa pulang. Tidak saja mengharumkan Dojo Renzo, tetapi juga Inkai DKI, dan tentu saja “merah putih”. “Pesan daddy, kamu tetap humble. Tau artinya? Bukan rendah diri, tapi rendah hati. Tetaplah menjadi Salma Aulia yang yang rendah hati, rajin belajar, dan pertahankan pola latihanmu,” pesan “ayah” pada “anak”nya.

Salma Aulia langsung menyambangi pendiri Dojo Renzo, Prof (Ris) Hermawan “Kikiek” Sulistyo sekembali dari Luxembourg. Salma memanggil Kikiek dengan panggilan “daddy”. (foto: roso daras)

Ketika ditanya, “Apa yang paling berkesan selama di Luxembourg?” Salma Sulia yang “irit bicara” itu awalnya hanya senyam-senyum saja. “Lawannya jangkung-jangkung,” katanya pelan.

Pada kejuaraan yang berlangsung Sabtu – Minggu, 16 – 17 Oktober 2019 itu, bungsu dari dua bersaudara pasangan Slamet Suroso dan Supriyati itu hanya kecolongan satu point. Selebihnya, ia selalu menang telak, 8 – 0, 7 – 0, 7 – 1. Baik di nomor kata maupun kumite, total ia bermain tujuh kali, hingga akhirnya melaju ke final dan tampil sebagai juara di kelompok U-14.

Salma yang mulai berlatih karate sejak usia TK itu, mengaku akan terus menggeluti dunia karate. Ia merasa senang dengan dunia beladiri yang satu ini. “Alasannya kenapa yaaa…. Ya, pokoknya senang saja. Bisa lepas saja rasanya…,” kata Aulia sambil tangannya memperagakan gerakan memukul ala Oi-Zuki-Chudan, Oi-Zuki-Jodan, Kisame-Zuki. Lalu ia tertawa kecil.

Bergabung ke Dojo Renzo, Lembah Depok saat usianya 11 tahun. Ia mendapat pelatihan intensif oleh sensei-sensei berpengalaman. Tak heran sejak bergabung bersama Dojo Renzo/Inkai DKI, prestasi demi prestasi ia sabet. Selain di Dojo Renzo, Salma Aulia juga berlatih di Inkai DKI.

Di Dojo Renzo sendiri, bukan hanya Salma Aulia, tetapi juga 30-an murid Dojo Renzo lain yang mendapat gemblengan spartan. Mereka semua militan, dan telah menggembol banyak prestasi. Tidak saja di tingkat lokal, regional, dan nasional, tetapi juga di ajang internasional.

Seperti halnya Salma Aulia. Selain prestasi paling gres dari ajang Coupe Internationale de Kayl di Luxembourg, pada bulan Juli 2019 ia juga mencatatkan prestasi sebagai Juara III Thaland Open 2019 untuk kategori kumite. Prestasi lain, Juara III Kata dan Juara I Kumite pada ajang O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional), di Semarang. (roso daras)

Salma Aulia, penyabet juara I turnamen karate Coupe Internationale de Kayl di Luxembourg. (foto: dok pri)
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *