Connect with us

Feature

Musik Api Memet Chairul Slamet

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Di tengah pandemi Covid-19, musisi Yogya, Memet Chairul Slamet tak pantang menyerah. Ia terus mengasah kegelisahan kreatifnya untuk tetap berkarya. Hari Jumat (18/12/2020) pukul 19.00 WIB Memet akan mempersembahkan “Musik Api”.

Gelar karya terbaru Doktor Memet ini akan dilangsungkan di Royal House Cultural Activities, Jl. Gito Gati, Gondanglegi, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. “Karya ini saya persembahkan kepada guru saya almarhum Suka Hardjana, bertepatan momentum 100 hari wafatnya beliau,” ujar Memet yang juga dosen musik di ISI Yogyakarta itu.

Pimpinan kelompok musik etnik-kontemporer Gang Sadewa ini sebelumnya dikenal sebagai pencipta komposisi “Musik Batu”. “Kali ini saya menggunakan api sebagai sumber bunyi. Hal itu dimaksudkan untuk menghasilkan pola ritme yang kaya dengan timbre yang tak terduga,” ujar musisi berambut gondrong itu.

Pertunjukan Jumat malam mendatang, dikonsep dengan memadukan kecanggihan live multi media lengkap dengan piranti audio visualnya. Karya “Musik Api” akan dibagi menjadi empat bagian terpisah, tetapi menyatu ke dalam satu tema besar.

Memet menggambarkan, bagian 1 adalah “Percikan”. Disusul bagian 2 “Pemanfaatan”, bagian 3 “Peleburan” dan bagian 4 “Penanda Pertanda”. “Prinsipnya, karya seni pada dasarnya adalah sebuah media istimewa. Dalam karya tadi, makna kultural dibentuk dan dokuminikasikan. Dan yang lebih penting, bisa membangun pengetahuan tentang nilai dan makna yang terkandung di dalamnya,” ujar Memet.

Bagi Memet, keindahan bentuk api yang selalu berubah dapat memicu persepsi secara auditif. Dengan demikian akan hadir kesadaran rancang bangun komposisi yang tida lazim. “Komposisi tidak lazim akan lahir karena materi menentukan cara garapnya. Konsep yang saya gunakan adalah berangkat dari rasional tapi dapat dikonstruksi dan direkonstruksi,” tambahnya.

Bunyi kongkrit benda atau media apa pun yang menghadirlan berbagai warna bunyi akibat hadirnya unsur api menjadi material dalam menyusun komposisi yang dibangun secara imaginasi auditif. Dengan demikian alur maknanya bisa muncul dari visual yan dihadirkan maupun rangkaian bunyi yang saling bersahutan secara acak untuk membentuk berbagai pola ritme,” tambahnya.

Secara konsep, karya musik apa ini bercirikan kebaruan cara pandang. Karya Memet memiliki keunikan tak terduga, baik dalam takaran teknis maupun non-teknis, serta melampaui konvensi dan tradisi. “Yang terjadi nanti, musik api akan membuka ruang eksplorasi bunyi tak lazim dengan mengembangkan kemungkinan olah komposisi hasil reaksi atas kobaran api tersebut,” ujar lelaki kelahiran Madura itu.

Seperti halnya ketika melahirkan “Musik Batu”, maka dalam musik api juga Memet menemukan hal baru. Api menjadi elemen dan media untuk mengungkap ekspresi musikal ke dalam bentuk karya musik.

Pendek kalimat, Musik Api yang bakal disajikan Doktor Memet ini adalah musik eksperimental yang berdasar pada bentuk asli sumber bunyi (api), yang disusun secara art performing live dipadukan audio visual dan pre-recording.

“Semoga menjadi lebih menarik dengan hadirnya ragam ekspresi gerak pantomim sebagai dampak estetik kompositorik terhadap repertoar Musik Api. Untuk yang satu ini, kami gunakan teknik pertunjukan sinematografi. Pada bagian ini saya bekerjasama dengan GRK Asdrafi. Teman-teman Asdrafi yang mengeksplorasi efek bunyi api secara gerak indah dan pantomim lewat pengolahan digitalisasi audio visual,” papar Memet. (roso daras)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *