Connect with us

Kabar

Mengenal Afghan dari Mata Perempuan (2)

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Di awal 90-an, pemerintah komunis Afghanistan, yang sudah kehilangan dukungan Soviet, jatuh. Pada tahun 1992, Lashkar Gah jatuh ketangan salah satu faksi mujahidin. Shakira mempunyai seorang paman di kota kecil itu. Dia seorang komunis dan jarang ke masjid serta hanya menguasai sedkit dialek Pashtun. Dan dia baru saja menikah dengan perempuan muda, Sana, yang melarikan diri dari keluarganya karena akan dipaksa menikah dengan laki-laki, yang berusia empat kali lipat darinya.

Pasangan ini tinggal di kawasan ‘Moskow kecil’ di Lashkar Gah. Sana menyebutkan sebagai tempat dimana perempuan punya kebebasan. Namun setelah dikuasai oleh mujahidin, mereka terpaksa melarikan diri ke Pan Killay.

Shakira, yang sedang mengurus sapi pada malam itu, mendadak dikelilingi orang-orang bersenjata dari faksi Dado. “Dimana paman kamu,” Hardik mereka. Mereka menggeledah rumah dan menemukan Sana, yang diseret keluar. Ketika paman Shakira lainnya berusaha menengahi, dia juga ditangkap. Keesokan harinya, suami Sana menyerahkan diri kepada pasukan Dado dan memohon agar Sana dibebaskan dan dia menggantikannya. Kedua orang, suami isteri ini, kemudian dikirim ke peradilan agama Amir Dado dan dimasukkan tahanan menunggu hukuman mati.

Ketika mujahidin berhasil menggulingkan pemerintahan komunis di Kabul, mereka membawa serta semua aturan pedesaan atau pedalaman bersama mereka. Di ibukota, para pemimpin mereka — yang menerima dana besar dari AS — mendeklarasikan, ”Perempuan tidak boleh keluar rumah, kecuali sangat diperlukan, dan kalau keluar rumah harus menutup dirinya (dengan Burqa).” Polisi agama berpatroli di kota menangkapi perempuan, yang berkeliaran tanpa mengenakan Burqa atau tanpa ditemani keluarga laki-lakinya dan membakar kaset audio dan video.

Namun pemerintahan mujahidin juga mulai pecah. Sementara kawasan pedesaan kembali jadi ajang pertempuran perang saudara rebutan wilayah. Pada malam hari di Pan Killay, Shakira mendengar suara-suara tembakan dan kadang-kadang teriakan-teriakan. Pada pagi hari, ketika sedang merawat sapi, dia bisa melihat tetangga-tetangga mengangkat jenazah yang dikafani seadanya. Keluarganya berkumpul di halaman rumah dan berunding, dengan suara pelan, mengenai bagaimana caranya supaya mereka lolos dari pertempuran ini.

Pasukan Muhajidin dukungan Amerika. (https://www.merdeka.com/)

Saat itu, jalanan ditutup oleh pos-pos pemeriksaan dari berbagai faksi Mujahidin. Di selatan desa, di kota Gereshk, kelompok milisi dengan nama Devisi 93 menjaga ketat jembatan dan beredar cerita para laki-laki desa dirampok dan dibunuh serta perempuan dan anak laki-laki diperkosa. Ayah Shakira kadang-kadang melewati jembatan itu untuk menjual produk pertaniannya di pasar Gereshk, karena itu ibunya memohon agar dia tetap tinggal di rumah saja.

Keluarga Shakira, yang terjepit diantara panglima perang Amir Dado di utara dan Devisi 93 di selatan, merasa makin putus asa. Pada satu sore, ketika Shakira berusia enam belas tahun, dia mendengar teriakan dari jalanan. “Taliban disini!” Dia melihat konvoi Toyota Hilux putih berisi tentara bersenjata dengan turban (sejenis topi tradisional Afghan) berwarna hitam dan membawa bendera putih. Shakira tidak pernah mendengar tentang Taliban.

Ayahnya menjelaskan kelompok ini beranggotakan pelajar agama miskin yang sering dia lihat meminta bantuan. Banyak dari mereka bertempur bersama mujahidin kemudian keluar setelah Soviet pulang. Sekarang, mereka remobilisasi untuk menghentikan kekacauan akibat perang saudara. Dalam waktu singkat, mereka menghancurkan Devisi 93 dan menguasai jembatan. Banyak relawan ikut bergabung dengan mereka ketika mereka berangkat keluar dari Lembah Sangin. Kakaknya juga melaporkan Taliban juga sudah menghancurkan posisi Amir Dado. Sang panglima perang meninggalkan pasukannya dan melarikan diri ke Pakistan. “Dia sudah pergi.” Ujar kakak Shakira. Taliban juga melucuti peradilan agama Amir Dado dan membebaskan Sana dan suaminya, yang sedang menunggu eksekusi. Mereka juga menghapus semua pos-pos penjagaan. Setelah lima belas tahun, Lembah Sangin akhirnya merasakan kedamaian.

Ketika ditanyakan pendapat Shakira dan perempuan lain di lembah mengenai pemerintahan Taliban, mereka tidak menilainya dari standar universal atau nilai demokrasi, hak azasi manusia, dan lainnya.  Tapi hanya di dasarkan  dari penguasa-penguasa sebelumnya. “Mereka lebih lembut,” ujar Pazaro, perempuan asal desa tetangga.

“Mereka memperlakukan kami dengan hormat,” ujar para perempuan menggambarkan kehidupan dibawah kekuasan Taliban dibandingkan dibawah tekanan Amir Dado dan mujahidin serta tidak ada orang asing menggedor pintu tengah malam atau pos-pos penjagaan yang menakutkan dan mematikan.

Shakira juga bercerita mulai mendapatkan ketenangan, pagi yang sunyi dengan minuman teh hijau dan roti naan, malam musim panas dihabiskan dengan bercengkrama di atap rumah. Belakangan para ibu, tante, dan nenek mulai, dengan rahasia, mencarikan jodohnya. Di pedesaan, perkawinan juga adalah pernikahan dua keluarga. Kemudian, dia ditunangkan dengan laki-laki keluarga jauh, yang ayahnya hilang pada masa Soviet.

Saat pertama Shakira melihat tunangannya adalah pada hari pernikahan, dia (calon suami) dikelilingi perempuan desa, yang mengganggunya mengenai rencana pada malam pertama. “Dia itu bodoh,” kenang Shakira sambil tertawan. “Dia begitu malu dan mencoba kabur. Orang-orang menangkapnya dan membawanya kembali.”

Ladang opium di Afghanistan. (https://www.bbc.com/)

Sama seperti kebanyakan pemuda di lembah, suami Shakira bekerja sebagai pengangkut opium dan dia menyukai kilau dimatanya. Namun dia juga kuatir keberanian (suaminya) mungkin tidaklah cukup. Ketika Taliban mulai memperkuat kekuasaannya serta melakukan perekrutan tentara secara besar-besaran. Banyak pemuda di angkut ke Afghanistan utara untuk bertempur dengan kelompok mujahidin, yang dikenal dengan Aliansi Utara.

Satu hari, Shakira melihat helikopter mendarat di lapangan desa dan menurunkan jenazah asal desanya. Sejak itu, para laki-laki bersembunyi di rumah-rumah temannya, berpindah-pindah dari satu desa ke desa lainnya. Mereka kuatir akan direkrut jadi tentara Taliban. Para petani gurem atau petani yang bekerja di ladang orang lain jadi kelompok paling rentan untuk direkrut Taliban. Sedangkan orang kaya bisa menghindari perekrutan dengan uangnya. “Inilah yang benar-benar tidak adil yang dilakukan Taliban,” ujar Shakira. Dia mulai membenci rombongan patroli Taliban.

Pada tahun 2000, di Provinsi Helmand mengalami kekeringan luar biasa. Semangka di ladang kering dan bangkai binatang berserakan di jalanan. Penderitaan ini diperdalam dengan pengumuman pemimpin Taliban, Mullah Omar, yang melarang penanaman Opium. Ekonomi lembah langsung runtuh.

Pazaro mengenang, ”Kami tidak punya apa-apa untuk dimakan dan suami-suami kami tidak bisa menyediakan makanan kepada anak-anak kami. Anak-anak sering menangis, mereka berteriak, dan kami merasa sudah gagal.” Shakira, yang saat itu sedang hamil, mencelupkan roti Naan kedalam teh hijau dan memberikannya kepada keponakan-keponakannya. Suaminya berada di Pakistan, mencoba mencari kerja di ladang-ladang pertanian di sana. Shakira kuatir bayinya akan meninggal dan suaminya tidak akan pernah pulang dan dia akan sendirian. Setiap pagi, dia berdoa supaya turun hujan agar pembebasan segera tiba.

Satu hari, melalui pengumuman di radio, disebutkan ada serangan Amerika. Mendadak, banyak diskusi di desa mengenai tentara dari negara paling kaya di dunia datang untuk menggulingkan Taliban. Dan untuk pertama kalinya, selama bertahun-tahun, hati Shakira terisi oleh harapan.

Satu malam tahun 2003 lalu, Shakira dikagetkan oleh suara-suara orang-orang asing. Dia segera menuntup tubuhnya dan lari ke ruang keluarga. Dengan panik, di melihat senjata laras panjang diarahkan kepadanya. Orang-orang itu tinggi besar, lebih tinggi dari yang selama ini dikenalnya, dan mereka mengenakan seragam. Dia lansung tersadar, mereka orang Amerika. Beberapa orang Afghan bersama mereka, yang membawa senapan Kalashnikov dengan syal berwarna hitam–putih. Seorang, yang berjangut lebat, meneriakkan perintah: itu Amir Dado.

Amerika dengan cepat menggulingkan Taliban dan mendirikan pemerintahan Hamid Karzai di Kabul. Dado, yang berteman dengan Pasukan Khusus Amerika, jadi kepala intelejen di Provinsi Helmand. Salah satu adiknya jadi gubernur dan adik lainnya jadi kepala polisi di distrik Sangin. Di Helmand, pada tahun pertama pendudukan Amerika, kehidupan berlangsung damai dan ladang-ladang kembali ditumbuhi bunga Opium. Shakira, sekarang, sudah mempunyai dua anak, Nilofar dan Ahmed. Suaminya sudah pulang dari Pakistan dan bekerja mengirimkan resin Opium ke pasar Sangin. Namun sekarang, Dado kembali berkuasa — diselamatkan Amerika dari pembuangan — dan kehidupan perlahan-lahan kembali seperti jaman perang saudara.

Hampir semua orang yang dikenal Shakira punya cerita mengenai Dado. Satu kali, milisinya meminta dua pemuda untuk membayar pajak atau bergabung dengan mereka. Dado memang tetap memiliki milisi bersenjata kendati dia punya kedudukan resmi pemerintahan. Ketika dua pemuda tersebut menolak, para milisi Dado menembak mati mereka dan menggantung keduanya di pohon. Seorang penduduk desa bercerita,”Kami memotong tali untuk menurunkan mereka dan kondisi jenazah sangat mengenaskan.” Di desa lain, parukan Dado memeriksa setiap rumah dan menembak mati siapa saja yang dicurigai anggotaTaliban. Sampai-sampai, seorang tetua desa, yang tidak pernah ikut Taliban, juga ditembak mati.

Peta lahan opium di Afghanistan. (wikipedia)

Shakira bingung oleh karena pilihan Amerika terhadap sekutu Afghan-nya. “Apa ini rencana mereka?” Tanyanya. “Mereka datang untuk membawa damai atau mereka punya tujuan lain?” Dia memaksa suaminya untuk berhenti mengirimkan resin Opium ke pasar Sangin dan pindah ke selatan, ke kota Gereshk. Tapi ketika dia pulang ke rumah, dia mengabarkan ke kota itu sudah tidak mungkin dicapai lagi.

Kabar mengejutkan, Amerika kembali menghidupkan Devisi 93, yang jadi sekutu dekat di provinsi itu. Orang bersenjata Devisi 93 kembali menghentikan kendaraan dan orang di jembatan dan merampoki mereka. Namun, menurut Mike Martin, perwira Inggris, penghasilan terbesar mereka adalah mengumpulkan bayaran dari Amerika, yang menghargai komandan Taliban, yang tertangkap, dua ribu dolar.

Kendati begitu, upaya ini tetap jadi tantangan besar, karena sukar sekali menemukan Taliban, yang aktif, untuk ditangkap. “Kami tahu setiap anggota Taliban di desa kami,” ujar Shakira, dan mereka sama sekali tidak terlibat dalam perang gerilya. “Mereka tinggal di rumah, tidak melakukan apa-apa.” Seorang Letnan Kolonel pasukan khusus AS, Stuart Farris, yang ditempatkan di kawasan lembah saat itu, berkomentar kepada sejarahwan Angkatan Darat AS,” Sama sekali tidak ada perlawanan saat itu.”

Karena itulah, milisi seperti Devisi 93 mulai menuduh orang-orang yang tidak bersalah sebagai anggota Taliban. Pada bulan Februari 2003, mereka menuduh Haji Bismilah – direktur transportasi pemerintahan Karzai di kota Gereshk yang bertanggung jawab atas pengumpulan uang tol di kota — sebagai teroris. Akibatnya, Amerika menangkap dan mengirimnya ke Guantanamo. Ketika Bismilah sudah tidak ada, maka Devisi 93 memonopoli penarikan uang tol/masuk ke kota.

Di sisi lain, Dado bergerak lebih jauh. Maret 2003, pasukan AS mengunjungi gubernur Sangin – adik Dado — untuk membicarakan perbaikan sekolah dan klinik kesehatan. Saat mereka meninggalkan lembah, konvoi diserang, yang menyebabkan Sersan Jacob Frazier dan Sersan Orlando Morales, menjadi yang pertama tewas di Helmand.

Pihak Amerika mencurigai penyerang bukan Taliban tapi Dado. Kecurigaan ini belakangan terkonfirmasi oleh pernyataan mantan komandan milisi Dado, yang menyatakan dia mengatur penyerangan agar Amerika tetap bergantung kepadanya. Namun ketika pihak Dado mengklaim berhasil menangkap penyerang yaitu mantan tentara Taliban Bernama Mullah Jalil. Maka Jalil dikirim ke Guantanamo. Meskipun, berdasarkan fakta dari berkas Jalil di Guantanamo, para pejabat AS tahu Jalil dituduh untuk menutupi kenyataan sebenarnya pasukan Dado-lah yang melakukan penyergapan itu.

Insiden ini tidak mempengaruhi hubungan Dado dengan Pasukan Khusus AS, yang menilai dia terlalu berharga untuk membersihkan “teroris”. Mereka, sekarang, berpatroli bersama dan setelah serangan di desa Shakira yang dinilai jadi salah satu tempat yang diperiksa untuk mencari teroris. Para tentara tidak tinggal lama di rumahnya, tapi Shakira tidak bisa melupakan todongan senapan itu dari pikirannya. Pagi harinya, dia membersihkan jejak sepatu di karpet.

Teman-teman Shakira dan para tetangga terlalu takut untuk bicara. Meski PBB mulai mengupayakan agar Dado segera dilucuti. Amerika berulang kali menghentikan upaya tersebut. Sementara Kesatuan Marinir AS berargumentasi, kendati Dado bukanlah seorang demokrat tapi bentuk “keadilan kasar”-nya sudah terbukti mampu mengontrol pemberontak Pashtun.

Suami Shakira akhirnya benar-benar tidak meninggalkan rumah setelah situasi di Helmand semakin buruk. Seorang petani di desa sebelah, Mohammed Nasim, ditangkap pasukan AS dan di kirim ke Guantanamo, karena menurut penyidikan namanya mirip dengan komandan Taliban. Pejabat pemerintah Karzai, Bernama Ehsanullah, mengunjungi pangkalan Amerika untuk memberikan informasi berkaitan dengan dua anggota Taliban, tetapi saat itu tidak ada penterjemah.

Dalam kebingungan, dia ditangkap dan dikirim ke Guantanamo. Nasrullah, pejabat pajak pemerintah, dikirim ke Guantanamo ketika berada di dalam bus, yang saat itu terjadi keributan antara tentara AS dengan kelompok suku. “Kami sangat senang dengan Amerika,” katanya belakangan di peradilan militer. “Saya tidak tahu akhirnya saya bisa datang ke Kuba.”

Nasrullah akhirnya dikirim kembali pulang. Tapi tidak semua tahanan bisa pulang. Abdul Wahid, dari Gereshk, ditangkap Devisi 93 dan disiksa kemudian dimasukkan kedalam kerangkeng serta dikirim ke pangkalan AS. Belakangan, dia meninggal. Personil militer AS mencatat luka-luka di dada dan perut serta bagian lain tubuhnya memperlihatkan metode interogasi “normal” dari Devisi 93. Namun cara seperti itu bertentangan dengan Hukum Leahy, yang melarang personil Amerika mendukung unit bersenjata yang melangar hak azasi manusia. (Leo Patty/Bersambung)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *