Connect with us

Entertainment

Garin Nugroho Gelar ‘Planet Sebuah Lament’

Published

on

JAYAKARTA NEWS— Pergelaran ‘Planet Sebuah Lament’ karya Garin Nugroho adalah sebuah ratapan alam karena keserakahan manusia. Mengangkat isu lingkungan hidup, naskah ditulis oleh Michael Kantor dari Melbourne, Australia. Dipentaskan selama dua hari (17 dan 18 Januari 2020) di Teater Jakarta, TIM.

“Pergelaran ini sebuah renungan lewat lagu, ekspresi dan tari yang berkisah pasca tsunami ketika manusia hanya disisakan sebuah telur sebagai simbol pangan dan energi. Plastik dan benda rongsokan tak berurai menjelma menjadi monster yang memburu energi. Ini sebuah pertarungan upaya keselamatan dan kebinatangan di tengah berbagai bencana alam di bumi,” kata Garin Nugroho usai gladi bersih kepada penulis.

Foto ipik tanoyo

Pertunjukan yang menggabungkan teater, film, tari, dan lagu ini mengusung perpaduan budaya dari Indonesia Timur (Melanesia) yang sangat kaya dengan kekayaan tari dan lagu serta tema lingkungan.

“Saya mengambil referensi tablo jalan salib yang ada di Larantuka, Flores Timur. Tiap babak dinarasikan melalui paduan suara dan lagu-lagu ratapan,” urai Garin.

Sebagai konsep visual, Garin memasukkan unsur empat film pendek, yang masing-masing berdurasi 3-5 menit. “Empat film pendek ini juga berfungsi sebagai ruang dan waktu, simbolisasi jalan salib dan representasi bumi atau planet. Ini merupakan sebuah lament menemukan planet keselamatan,” tambah Garin.

Foto ipik tanoyo

Koreografi direpresentasikan kolektif secara apik dan naratif oleh Joy Alpuerto Ritter, Othniel Tasman dan Boogie Papeda yang mengombinasikan elemen pergerakan tubuh dari tradisi NTT hingga Papua dengan gerakan-gerakan kontemporer, baik personal maupun pada seluruh rangkaian acara.

Para penari dari berbagai daerah juga ikut menyemarakkan pertunjukan ini, antara lain Boogie Papeda, Douglas D’Krumpers, Pricillia EM Rumbiak dan Bekham Dwaa dari Papua. Ikut juga Rianto dari Solo (yang jadi Juno remaja di film ‘Kucumbu Tubuh Indahku’) dan Galabby dari Jakarta.

Sementara itu, properti yang digunakan sebagai narasi diproyeksikan pada telur raksasa di panggung. Ini disimbolisasikan sebagai sebuah kekuatan untuk menggabungkan imaji dan kata. Di sini, Garin Nugroho menyuarakan pesan perdamaian dan mengajak kita melihat alam yang semakin rentan oleh pengrusakan. 

Benar, Garin selalu menyajikan pemikiran dan sudut pandang yang unik dalam karya-karyanya. Sisipan pesan-pesan kemanusiaan sudah selayaknya kita jadikan bahan renungan. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *