Ekonomi & Bisnis
Menperin Sesalkan Pembakaran Smelter di Kowane
JAYAKARTA NEWS – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyesalkan, kerja keras pemerintah mendatangkan investor industri nikel, ternodai oleh aksi pembakaran smelter nikel PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) di Konawe, Sulawesi Utara.
Aksi tersebut sangat disayangkan, karena mengganggu upaya hilirisasi industri dan penguatan struktur industri. “Saya sangat menyesalkan terjadinya pembakaran pabrik Virtue Dragon Nickel Industry. Saat ini pemerintah sedang bekerja keras membawa investasi ke Indonesia yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan lapangan usaha bagi masyarakat,” kata Agus Gumiwang di Jakarta, Selasa (15/12/2020) malam.
Politisi Partai Golkar itu mengungkapkan, perusakan fasilias industri tersebut tidak perlu terjadi. Pihak perusahaan dan karyawan dapat berdialog untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang mereka dihadapi. Menperin mengimbau hendaknya para pekerja dapat menahan diri, dan membuka ruang dialog dengan pihak manajemen guna menyelesaikan segala isu secara transparan, supaya kejadian seperti itu tidak terulang lagi.
“Saya juga meminta perusahaan untuk mematuhi seluruh peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, termasuk memastikan pemenuhan hak para pekerja,” ujar Menperin menambahkan.
Dia berharap pemerintah Kabupaten Konawe segera memfasilitasi mediasi untuk semua pihak yang terkait dengan sebaik-baiknya. Selain itu, Polisi agar menindak tegas pihak-pihak yang melakukan tindakan anarkis. “Pemerintah meminta kepada semua pihak agar bersama-sama menjaga situasi yang kondusif dan tidak memperburuk keadaan, guna menjaga iklim investasi yang sejuk di Kabupaten Konawe,” tandasnya.
Sementara itu Manajer Operasional PT VDNI, Yin Xing Hui dalam keterangannya meminta agar para pelaku perusakan dan pembakaran sarana dan prasarana yang dimiliki perusahaan, ditindak sesuai hukum yang berlaku. Menurutnya, pihaknya akan bekerjasama dengan Polisi untuk penanganan mereka yang terlibat dalam aksi perusakan properti perusahaan. ”Perusahaan ini akan bekerja sama dengan polisi dan bertindak sesuai dengan hukum,” kata Yin.
Yin memastikan, bahwa pihak perusahaan akan memperlakukan semua karyawan secara setara untuk dapat mematuhi undang-undang dan peraturan. “Kami memperlakukan semua karyawan secara setara, dan berbagi hasil pengembangan dengan semua sektor masyarakat setempat,” ujarnya.
PT VDNI merealisasikan investasinya USD 1miliar untuk membangun 15 tungku Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dengan total kapasitas produksi mencapai 800 ribu metrik ton per tahun untuk menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI) yang memiliki kadar nikel 10-12 persen. Rencananya, proyek tersebut akan dilanjutkan menjadi industri yang terintegrasi dan menghasilkan stainless steel berkelas dunia.
Hingga akhir tahun 2018, kontribusi PT VDNI terhadap nilai ekspor nasional terbilang cukup signfikan, yakni sebesar USD 142,2 juta yang diperoleh dari pengapalan produk NPI. Perusahaan tersebut menyerap tenaga kerja sebanyak 6 ribu orang, sebagian besar adalah warga asli Sulawesi Tenggara. Keberadaan PT VDNi juga menciptakan multiplier effect, yang membuka peluang kerja bagi sekitar 10.000 tenaga kerja tidak langsung.
Fasilitas smelter dengan luas area 700 hektare tersebut menjadi salah satu fasilitas pemurnian bijih nikel terbesar di Indonesia. PT VDNI adalah anak perusahaan Jiangsu Delong Nickel Industry Co., Ltd salah satu produsen feronikel terkemuka di dunia. Perusahaan afiliasi PT VDNI tersebut, tengah membangun pabrik smelter nikel dengan kapasitas produksi NPI 1,2 juta ton per tahun dan pabrik stainless steel berkapasitas sebanyak 3 juta ton per tahun. Total nilai investasinya diperkirakan mencapai USD2 miliar. Produksi stainless steel tersebut sejalan dengan program hilirisasi smelter di Indonesia yang terus didorong oleh Kementerian Perindustrian.
Menurut data Forum Industri Nikel Indonesia (FINI), industri smelter membuktikan kontribusinya secara signifikan bagi perekonomian nasional. Sepanjang tahun 2019, ekspornya menembus USD7 miliar, dan tahun 2020 ini diproyeksi menembus USD 8-10 miliar. Selain mendongkrak penerimaan devisa negara, industri nikel juga berkontribusi mengurangi defisit neraca perdagangan. Sejauh ini, investasi di sektor industri nikel mencapai USD 15-16 miliar. [pr/sm]