Feature
Menjejaki Sisa-sisa Korban Wedhus Gembel Gunung Merapi
JAYAKARTA NEWS – Jalan bebatuan, lubang-lubang cukup dalam dengan kelokan-kelokan patah dalam perjalanan di kaki Gunung Merapi. Perjalanan nan terjal dan ekstrim ini dilakukan dengan mengendarai Jip off road oleh empat wartawan perempuan Jayakarta News dalam Wisata Lava Tour, Sabtu siang (2/2/19). Tentu, didampingi driver merangkap pemandu wisata, Suryohadi (62). Sekalipun jalanan tidak bagus, Suryohadi tetap menjalankan jip dengan kecepatan cukup tinggi. Badan terasa dibanting-banting. Debu dan tanah berterbangan di kitaran lajunya jip.
Merapi Lava Tour, merupakan perjalanan wisata di sekitaran Kaliurang. Perjalanan menyusuri bekas aliran lahar pasca letusan Gunung Merapi di tahun 2010. Jalanan bebatuan dan terjal, semula merupakan jalanan yang mulus. Selama perjalanan akan terlihat rumah rusak. Ada yang tanpa atap. Ada yang sebagian sudah roboh. Ada yang sebagian gosong terbakar. Bahkan juga perkampungan yang telah rata dengan tanah. Cuaca terang, sehingga Gunung Merapi yang tegak, kokoh, juga terlihat jelas dalam perjalanan itu. Suryohadi sangat handal mengemudi jip. Perjalanan diisi dengan pengalaman off road yang menegangkan, dan kisah duka korban yang habis tersapu awan panas.
Awan panas Merapi, lebih dikenal dengan sebutan Wedhus Gembel. Bentuknya seperti bulu-bulu domba (wedhus) yang gembel. Awan panas ini mencapai 1100 derajat, kecepatannya sangat tinggi yaitu 200 km/jam. Ketika sampai di pemukiman penduduk, suhunya masih sangat tinggi, 500 derajat. Tentu saja ini dapat melelehkan apa saja yang tersentuh. Benda, ternak dan manusia, menjadi korban.
Paket Tour
Wisata Merapi Lava Tour, membawa lebih dekat melihat apa saja yang tersisa dari korban wedhus gembel ini. Ada beberapa paket ditawarkan. Paket rute terpendek dibayar Rp 350.000. Ada tiga tempat dikunjungi dalam paket berdurasi 45 menit hingga satu jam, yaitu Museum Mini Sisa Hartaku, Batu Alien dan Track Air Kali Kuning. Paket rute terpanjang berlangsung 4 jam, biaya Rp 550 ribu. Mengunjungi Museum Mini Sisa Hartaku, Batu Alien, Bunker Kaliadem, Petilasan Rumah Mbah Maridjan, Makam Mbah Maridjan, Track Air Kali Kuning. Jam operasional jip untuk perjalanan ini mulai pk 07.00 sampai pk 16.00.
Disediakan juga paket Sunrise dengan biaya Rp 450 ribu. Paket ini khusus untuk berangkat subuh demi menikmati terbitnya matahari di Lereng Merapi. Tempat yang dikunjungi Sunrise Merapi (Bunker Kaliadem), Batu Alien, Museum Mini Sisa Hartaku dan Track Air Kali Kuning. Jam operasional untuk paket sunrise dimulai pk 04.30.
Semua paket dipandu oleh driver berpengalaman di jalan-jalan ekstrim dan menegangkan. Seperti Suryohadi yang memandu Jayakarta News dengan rute terpendek, telah dua tahun menjalankan profesinya ini. Bukan hanya lihai mengendarai jip off road, tetapi juga canggih sebagai pemandu tour.
Museum Mini Sisa Hartaku
Setelah menempuh perjalanan menegangkan, Jayakarta News tiba di Museum Mini Sisa Hartaku. Museum ini asalnya dari bangunan rumah korban awan panas. Terletak di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Masuk tempat ini tidak perlu membayar. Hanya ada kotak disediakan bagi mereka yang mau memberikan dana sukarela. Jejeran foto menggambarkan peristiwa erupsi gunung merapi, terpampang di dinding melengkapi barang-barang yang telah rusak.
Memang, sesuai namanya Museum Mini Sisa Hartaku, maka ‘rumah’ ini menyimpan barang-barang sisa dari pemilik rumah atau warga sekitar. Benda-benda tersebut merupakan korban lahar panas merapi. Ada motor yang tinggal kerangkanya saja. Ada jejeran botol, sendok, gelas, piring dan peralatan dapur lainnya yang sudah meleleh. Ada mesin jahit, televisi, juga dokumen-dokume. Bahkan di muka rumah ada dua kerangka ternak peliharaan warga, korban wedhus gembel.
Di salah satu sisi dinding, terpampang jam dinding rusak. Jam itu menunjukkan angka pk 12.05 yang menandakan peristiwa menyedihkan itu terjadi. Namun, ketika peristiwa itu terjadi, para warga dusun ini telah dievakuasi sebelumnya, sehingga tidak ada korban dari dusun ini. Namun, rumah yang dijadikan museum itu, sangat berarti untuk menjadi ‘saksi’ dari keganasan Merapi.
Batu Alien
Tempat kedua, adalah Batu Alien. Tempat ini bukan berisi batu dari planet luar angkasa sana. Tapi kata ‘Alien’ adalah berasal dari kata ‘Alihan’. Oleh warga setempat dikatakan batu ini “Beralih” tempat, dari gunung ke dusun. Maka batu itu disebut, batu yang beralih. Kata “Alihan” yang disebut dengan cepat itu lah, terdengar seperti kata “Alien”.
Batu yang dimuntahkan dari mulut merapi saat letusan dahsyat 2010 lal, persisnya berada di Dusun Jambu, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Dusun yang terletak di Kali Gendol, kali utama yang bersumber dari Gunung Merapi, kini sudah tidak ada lagi. Musnah tertimbun material hasil erupsi Merapi. “Beruntung semua warga Dusun Jambu saat erupsi dahsyat itu terjadi, seluruhnya sudah diungsikan,” ungkap pemandu tur.
Batu ini sangat besar. Sekilas terlihat biasa saja. Tetapi di foto, batu ini seolah menampakan wajah manusia ada mata, hidung, mulut dan telinganya. Namun, ada juga yang mengatakan, karena mirip wajah orang, bongkahan batu besar ini disebut “Batu Alien”.
Kali Kuning
Tujuan ketiga adalah Kali Kuning. Tempat ini menarik untuk bermain air. Berada di lereng Merapi. Sumber air Kali Kuning ini adalah mata air Umbul Wadon. Tempat ini dijadikan lokasi wisata air dengan menggunakan jip. Wisata disini dinamakan track air Kali Kuning atau off road Kali Kuning. Di tempat terakhir ini, keempat wartawan perempuanJayakarta News, bemain air menuntaskan rute terpendek Wisata Lava Tour dengan off road Kali Kuning. *** (melva tobing)