Connect with us

Kabar

Inovasi Teknologi Jawab Tantangan dan Permasalahan Cabai Nasional

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Cabai merupakan komoditas sayuran komersial yang penting di dunia, bernilai  ekonomi tinggi dan memberi banyak peluang keuntungan dari penjualan cabai segar, produk olahan hingga cabai kering. Dalam perdagangan cabai secara global, tercatat 118 negara menjadi importir cabai dan 34 negara menjadi eksportir cabai.

Hal tersebut diungkap Puji Lestari, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam acara yang digelar Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) BRIN, yakni HortiES Talk #8 dengan tema : “Teknologi Menjawab Tantangan dan Permasalahan Cabai Nasional” pada Senin (17/7) secara virtual.

Menurut Puji, fluktuasi produksi cabai setiap musim menyebabkan kenaikan harga cabai cukup signifikan sehingga mempengaruhi tingkat inflasi. “Pada musim hujan produksi cabai biasanya selalu rendah karena sebagian besar sawah ditanami padi dan di lahan kering banyak petani yang enggan menanam cabai karena risiko gagal panen tinggi,” tutur Puji.

“Belum lagi adanya dampak perubahan iklim global, menyebabkan menurunnya kualitas dan produktivitas cabai dan berkembangnya populasi organisme pengganggu tanaman perlu untuk secara terus menerus diantisipasi. Karena itu penelitian yang mengarah pada peningkatan produktivitas, kualitas cabai dan pengelolaan terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) secara berkesinambungan perlu terus dilakukan,” sambung Puji.

Lebih jauh Puji menegaskan terobosan inovasi teknologi baru pada cabai dapat difokuskan pada penggunaan benih unggul varietas lokal melalui penggalian potensi varietas cabai lokal yang telah terdaftar serta mendorong pendaftaran varietas lokal yang belum terdaftar, perakitan varietas unggul berbasis OP dan hibrida tersertifikasi, teknologi pemupukan secara lengkap dan berimbang, penggunaan pupuk organik terstandarisasi dan penggunaan kapur sebagai unsur pembenah tanah, teknologi pengendalian hama dan penyakit secara terpadu serta penanganan pasca panen.

“PRHP dibawah koordinasi ORPP BRIN memiliki kompetensi merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan inovasi teknologi pada tanaman cabai untuk menjawab permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh industri cabai nasional,” ungkap Puji.

“Sharing session HortiEs Talk#8 ini diselenggarakan dengan tujuan untuk berbagi informasi dan pengalaman terkait inovasi teknologi yang sudah dihasilkan oleh beberapa periset dalam upaya menjawab tantangan dan masalah terkait peningkatan produktivitas cabai nasional melalui pemanfaatan teknologi haploid untuk produksi benih berkualitas dan pemuliaan cabai, perakitan varietas cabai, perbaikan budidaya cabai untuk menghasilkan produksi yang optimal, dan pengelolaan OPT ramah lingkungan,” pungkas Puji.

Senada dengan Puji, Dwinita Wikan Utami selaku Kepala PRHP ORPP BRIN menyebutkan, permasalahan cabai nasional menuntut adanya inovasi teknologi yang terus-menerus dikembangkan di antara beberapa teknologi untuk peningkatan daya saing dan peningkatan produksi cabai secara nasional.

Beberapa Peneliti PRHP ORPP BRIN turut memaparkan riset-risetnya terkait cabai. Antara lain Budi Winarto, Peneliti Ahli Utama dari PRHP ORPP BRIN ini memaparkan materi “Teknologi Haploid untuk Produksi Benih Berkualitas dan Pemuliaan Cabai Nasional” mengatakan, teknologi haploid adalah teknologi kultur jaringan yang dieksplorasi, dimanfaatkan, digunakan untuk menghasilkan satu atau beberapa hasil generasi gamet jantan atau betina untuk menghasilkan tanaman haploid dan/atau haploid ganda yang disebut juga dengan galur murni. Teknologi ini dapat mendukung pemuliaan, mutasi, transformasi genetik, pemetaan genetik, genomik dan perbenihan. Teknologi ini dapat dilakukan secara in vivo dan in vitro.

Sedangkan Peneliti Ahli Madya Rinda Kirana, memaparkan materi Perakitan Varietas Cabai (2005-2022) dan Kegiatan Riset Saat Ini. Ia mengungkapkan, “selama 17 tahun melaksanakan tugas di Kementan dirinya telah ikut berkontribusi pada pendaftaran 17 varietas cabai Kementan. Terdiri dari 13 varietas cabai besar, dua varietas cabai keriting dan dua varietas cabai rawit.”

Sedangkan Rini Rosliani yang juga Peneliti Ahli Madya, menyampaikan materi “Perbaikan Budidaya Cabai untuk Menghasilkan Produksi yang Optimal.” Ia mengemukakan ada lima kunci untuk menghasilkan cabai yang optimal yang dikemas dalam satu teknologi produksi lipat ganda cabai yaitu varietas unggul, persemaian sehat, kepadatan populasi, pengelolaan hara dan pengendalian OPT.

Peneliti Ahli Madya lainnya, Bagus Kukuh Udiarto turut memberikan materi “Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Ramah Lingkungan untuk Menjawab Permasalahan Cabai Nasional.” Menurutnya permasalahan cabai nasional lebih disebabkan oleh adanya serangan OPT terutama pada masa produksi cabai pada bulan-bulan hujan, serangan sangat tinggi, sehingga produksi sangat menurun dan penggunaan pestisida yang berlebih.

Webinar ini juga mengundang Aji Supriyadi, Crop Breeding Manager B (peppers) EWINDO, dengan materinya yang berjudul Peppers Breeding in EWINDO dan dipandu oleh Retno Pangestuti peneliti PRHP ORPP BRIN.***/mel

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *