Connect with us

Kesehatan

Daun Kelor Bantu Turunkan Angka Stunting

Published

on

Ilustrasi Foto Daun Kelor (kampustani.com)

JAYAKARTA NEWS – Selama ini warga Kelurahan Kelor, Gunungkidul, memanfaatkan daun kelor sebatas untuk dikonsumsi sebagai hidangan sayur, teh, atau keripik. “Akan tetapi untuk dimanfaatkan sebagai makanan tambahan bergizi bagi anak balita belum dilakukan.”

Dilansir dari Rilis BRIN, Sabtu (26/8/2023), hal itu dikatakan Dini Ariani, Periset dari Pusat Riset Teknologi Proses Pangan (PRTPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada pelatihan produk pangan lokal diperkaya daun kelor dalam rangka membantu percepatan penurunan kasus stunting di Kabupaten Gunungkidul, khususnya di Kelurahan Kelor.

Pelataihan dua hari ini, Rabu-Kamis (23-24/8) dilaksanakan BRIN melalui Pusat Riset Teknologi Proses Pangan (PRTPP) dan Pusat Riset Kesejahteraan Sosial Desa dan Konektivitas (PRKSDK). Bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Gunungkidul serta PT BPR Bank Daerah Gunungkidul.

Pelatihan ini kata Dini Ariani untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu kader PKK dan Posyandu, UKM, dan ibu yang memiliki anak stunting tentang cara pengolahan makanan tambahan diperkaya daun kelor yang bergizi khususnya untuk anak balita.

“Produk makanan tersebut sudah di ketahui kandungan gizinya, sehingga pemberian kepada anak sebagai makanan tambahan disesuaikan dengan kebutuhan anak,” jelasnya. 

Menurutnya daun kelor memiliki manfaat tinggi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein 20-30%, kalsium 2.095 mg, besi 27.1 mg, beta karoten 16.800 mg, kalium 259 mg, 6.80 mg vitamin A (empat kali lebih tinggi dari pada wortel), 220 mg vitamin C (tujuh kali lebih tinggi dibanding jeruk), serta 423 mg Vitamin B per 100 gram bahan.   

Terdapat beberapa jenis inovasi makanan diperkaya daun kelor yang diperkenalkan seperti bakso ikan kelor, nugget ikan tempe-kelor, bolu kukus tempe-kelor, sempol tempe-kelor, ekado ikan kelor, serta sosis ayam kelor. “Adapun bahan yang digunakan adalah daging, daun kelor, tempe, telur, ayam, sayuran, tepung terigu, tapioka, susu, minya goreng, serta bumbu dan rempah,” katanya lagi.

Sutarman, Lurah Kalurahan Kelor, Gunungkidul mengatakan pelatihan ini diharapkan mampu mencetak kader-kader untuk mengembangkan potensi produk berbasis daun kelor yang sudah ada. “Saat ini kami hanya mengembangkan dari segi pemanfaatan ekonomi saja untuk dijual sebagai oleh-oleh namun dari segi pengolahan yang benar dan informasi kandungan gizi serta potensi daun kelor, kami belum ada pengetahuannya,” ungkapnya.

Terkait dengan pemasaran produk, pihaknya telah menyediakan tempat khusus untuk memasarkan yaitu Omah Godong Kelor yang rencananya akan menjadi pusat oleh-oleh makanan berbasis daun kelor di desa ini. “Selain mengatasi masalah stunting, juga mampu meningkatkan kesejahteraan warga,” imbuh Sutarman.

Sebagai informasi, berdasarkan data per November 2022 Kelurahan Kelor merupakan daerah dengan tingkat stunting tinggi di Kabupaten Gunungkidul. Dari 146 balita terdapat 35 bayi dalam keadaan stunting (38%), wasting sebanyak 4 balita (4,4%), dan underweight sebanyak 16 orang (17,6%).***/mel

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *