Connect with us

Riset

Dalami Temuan Baru Prasasti di Sumatra, BRIN Ingin Lahirkan Banyak Pusat Kolaborasi

Published

on

(Foto: BRIN)

JAYAKARTA NEWS – Pulau Sumatra yang membentang dari Aceh hingga Lampung memiliki sejarah yang panjang dan dinamis. Banyak temuan-temuan baru yang mengungkap sejarah terutama pada masa kepurbakalaan Hindu-Buddha atau sekitar abad 7 hingga 14 Masehi. Namun demikian, penelitian prasasti di Sumatera masih belum banyak didalami.

Dilansir dari Rilis BRIN, Rabu (29/11/2023) Kepala Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah (APS), M. Irfan Mahmud mengatakan bahwa penelitian prasasti di Sumatera satu tema yang cukup jarang di Asia. “Tema ini juga menjadi satu topik yang sebenarnya sangat penting, dalam konteks bagaimana memposisikan Indonesia dalam hubungan dengan dunia global di periode awal-awal masehi,” ungkap Irfan dalam Webinar Forum Kebhinekaan seri ke-22 dengan tema “Prasasti Prasasti Sumatra”.

Dijelaskan Irfan, bahwa Sumatra merupakan satu landscap kultural, peradaban, juga lanskap negeri yang berhadapan langsung dengan daratan besar Asia. Hal ini yang membuat Pulau Sumatera memiliki koneksi cukup tua dengan dunia luar, seperti Afrika dan Timur Tengah. 

“Inilah yang tentu yang menjadi dasar dengan berbagai kontak-kontak pada awalnya prasasti – prasasti di Sumatera. Di mana, kualitas dan jumlahnya tidak jauh berbeda dengan yang ada di Jawa. Hanya saja, pembahasan dan pencarian nilai-nilai di wilayah Sumatra ini masih kurang,” katanya.

Irfan juga mengungkapkan, saat ini, jumlahnya sudah puluhan prasasti yang sedang dikaji. Ia berharap, ke depannya ditemukan prasasti – prasasti yang berisi tentang aturan dan keputusan-keputusan kerajaan yang bisa memberi nilai dan pandangan tentang kebangsaan kita. Itu akan menjadi satu pelajaran yang menarik dan menjadi perhatian, bukan saja dari peneliti dan para arkeolog pada umumnya.

Ia juga berharap agar pembahasan kali ini menghasilkan kolaborasi yang lebih baik bagi perisetnya bahkan lintas institusi. “Dengan diskusi ini, berbagai temuan-temuan terbaru dan beberapa hal yang belum banyak dikemukakan selama ini bisa disampaikan. Saya yakin, seminar ini akan menggoda kita untuk lebih mendalami Sumatra. Di mana, selama ini wilayah tersebut lebih banyak didalami oleh peneliti-peneliti asing. Mudah-mudahan ini menjadi pemicu buat kita semua,” pungkas Irfan. 

Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra, Herry Jogaswara, berharap ke depan akan lebih banyak terbentuk pusat kolaborasi dalam bidang arkeologi di Pulau Sumatera. Saat ini, BRIN baru saja meresmikan satu pusat kolaborasi riset Arkeologi Sulawesi. “Kita berharap ke depannya masih ada pusat kolaborasi lain yang bisa didirikan,” ucapnya.

Menurut Herry, pusat kolaborasi riset menjadi salah satu model skema kegiatan di BRIN dengan seleksi serta output sangat ketat. Di mana, dalam 1 tahun tim perisetnya harus menghasilkan 5 tulisan internasional bereputasi, juga punya 5 orang bergelar doktoral. “Dengan kolaborasi BRIN bersama Universitas Hasanuddin dan Universitas Halu Oleo, mudah – mudahan bisa memberi inspirasi adanya pusat kolaborasi riset lainnya,” harap Herry.

Herry menguraikan contoh riset yang dilakukan terkait dengan regional Sumatra, bahwa risetnya akan fokus khususnya pada ekskavasi di wilayah bongal dan Pantai Barat Sumatra. Ia juga berharap lokus riset pada titik titik tertentu lainnya juga menghasilkan temuan-temuan yang signifikan.***/mel

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *