Connect with us

Riset

Periset BRIN Ungkap Temuan Prasasti di Sumatera, Ada Doa-doa dan Mantra

Published

on

(Foto: BRIN)

JAYAKARTA NEWS – Peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan (PR ALMBB), Ery Soedewo dalam paparannya menguraikan risetnya tentang prasasti – prasasti yang ditemukan di Situs Bongal, ditinjau secara paleografis dan bahasa. Hal itu disampaikan dalam Webinar Forum Kebhinekaan seri ke-22 dengan tema “Prasasti Prasasti Sumatra”, Selasa (28/11).

Ia lantas menyampaikan, secara relatif prasasti – prasasti itu berasal dari rentang abad 7 sampai 11 Masehi. Ditinjau secara paleografis, prasasti – prasasti tersebut ditulis dalam aksara Pallawa Grantha dan Pasca Pallawa. Bahasa yang digunakan didominasi oleh kosakata yang berasal dari rumpun bahasa Austronesia, dengan sisipan kata yang diadopsi dari kosakata rumpun bahasa Indo-Aryan, khususnya Sansekerta.

Peneliti Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah, Churmatin Nasoichah memaparkan prasasti baru yang ditemukan di wilayah Sumatra Utara terkait penggunaan dwi Aksara. Dilanjutkan oleh Lisda Meyanti, juga seorang peneliti PR APS yang menyampaikan paparan mengenai Doa dan Mantra dalam Prasasti Timah Sumatra. 

“Mantra dan doa dalam lempengan – lempengan Prasasti Timah berasal dari Sungai Batanghari, Musi, dan sungai-sungai kecil di sekitarnya,” jelasnya. Ia lalu menyebutkan, dalam katalog Prasasti Timah Sumatera tahun 2019, berisikan doa sekitar 15%, mantra 20%. Selebihnya berupa hal – hal yang diistilahkan dengan sebutan sapatha, aturan, rajah, yantra, ungkapan rasa, isoteris, dan masih ada lagi yang belum teridentifikasi.

Paparan diakhiri oleh Dodi Chandra dari Direktorat Perfilman, Musik, dan Media – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Dodi menyampaikan paparan berjudul “Memaknai Ornamen Hias Prasasti Adityawarman”. 

Ia mengulas ornamen hias pada tinggalan prasasti Raja Adityawarman sebagai penanda periodisasi pemerintah raja tersebut. Diungkapkannya, ornamen hias yang ada lebih dimaknai sebagai simbol legitimasi keagamaan dan menjadi bukti ketaatan dari Raja Adityawarman, untuk mendalami agama dan mengajarkan agama-agama yang dianutnya. 

Sebagaimana diketahui, penemuan prasasti di Sumatra hingga saat ini masih sering terjadi baik karena dilaporkan oleh pemiliknya dengan tujuan agar dilakukan penelitian. Akan tetapi juga terkadang ditemukan secara tidak sengaja oleh masyarakat maupun peneliti. Meskipun prasasti sudah tidak difungsikan lagi seperti pada masa Hindu-Budha, namun sangat pentingnya memahami isi yang terkandung di dalamnya, sebagai sebagai refleksi terhadap peninggalan sejarah.***/mel

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *