Kabar
Pameran Seni Rupa Virtual ‘Nano Nano Nana Nina’
Digelar 1-9 Mei via Instagram
JAYAKARTA NEWS – Pameran seni rupa “Nano Nano Nana Nina” digelar secara virtual pada 1-9 Mei 2021 di Instagram https://www.instagram.com/nanonanonananina. Kelompok seni rupa “Ondo Ulo” asal kota Magelang tampil dalam ekhsibisi yang mengusung tema romantisme dan hiruk pikuk kehidupan di tanah kelahiran ini. Nano Nano diambil dari merek permen dengan rasa beragam dan unik. Nana Nina berarti cerita rahasia. Pada pameran ini setiap perupa berbeda karakter dan memiliki cerita masing-masing.
“Berangkat dari latar belakang yang berbeda-beda namun memiliki semangat yang sama, setiap seniman becerita selama perjalanannya berkesenian dan dituangkan ke dalam karya,” kata Angelina Manar mahasiswi Jurusan Tata Kelola Seni Institut Seni Yogyakarta (ISI) dalam sambutan pembukaan, Sabtu malam (1/5). Lebih jauh Angelina menuturkan bahwa keragaman inilah yang menjadi satu semangat romantisme untuk menghidupi seni rupa yang ada di tempat tinggal para seniman. Melalui karyanya, para seniman menumbuhkan semangat seni pada rumah.
Tema keragaman dalam “Nano Nano Nana Nina” ini mendapatkan apresiasi dari pengkaji seni yang juga Ketua Jurusan Tata Kelola Seni Dr. Mikke Susanto, S.Sn., M.A, “Saya memberikan apresiasi atas tema pluralitas dan pemberdayaan perbedaan-perbedaan dalam kesenian,” tutur Mike Susanto pada acara pembukaan pameran. Pameran ini digelar sebagai bagian dari mata kuliah “Tinjauan Kelola Pameran 1” Prodi S-1 Tata Kelola Seni, ISI Yogyakarta.
Ada lima artis pendukung pameran “Nano Nano Nana Nina”, berturut-turut: Wanted Terrorkota @wantedterrorkota, Roy Adhitya @roy.adhitya, Forever Hellopino @frvrthp, Pulung Wicaksana @pulung_notsleep dan Gindring Wasted @gindringwasted.
“Bakoh” karya Roy Adhitya bercerita tentang kesulitan menjalani hidup di masa pandemi. Kendati tak mudah, bukan berarti manusia lantas pasrah dan menyerah pada keadaan. Ada banyak cara untuk tetap bangkit, yakni percaya dan tak berhenti berdoa. “Salah satu contoh yang saya lakukan ketika bangun tidur adalah pasang kuda-kuda bermodalkan strategi dan siap menghadapi rintangan yang bermacam-macam warnanya dan yang perlu diingat adalah tak selamanya melawan hidup berakhir dengan menggembol segepok nominal. Bakoh atau kuat itu sendiri adalah modal terbesar yang saya punya. Tak perlu menoleh kanan kiri atau belakang karena sejatinya hidup untuk maju dan meraih harapan kedepannya,” kata Adhitya.
Pulung Wicaksana menampilkan karya berjudul “Tidak Ada Beban, Tidak Ada Pikiran”. Dalam karya dengan media artprint ini Wulung memvisualisasikan kisah hidupnya selama 24 tahun. “Saya ingin mencari hak waras (pikiran) dari berbagai macam problematika (beban) yang selalu datang setiap hari bahkan bisa jadi setiap menit,” tulis Pulung dalam diskripsi karya itu.
Wanted Terrorkota menampilkan karya dengan teknik potong dan tempel kanvas di atas karung beras, berjudul “Mencari Kehidupan”. Ide karya itu muncul dari kenyataan yang ia lihat. Banyak pihak mengandalkan bantuan sesama demi mengurai masalah hidup yang tak kunjung usai. Tetapi harapan itu bertepuk sebelah tangan. “Mereka berpikir untuk mencari jalan keluar meskipun itu sangat sulit. Mereka sama sepertiku, menyemangati diri dengan wajah yang penuh kebahagiaan, yakin bisa melewati semua masalah,” tutur Wanted.
Forever Hellopino tampil dengan lukisan berjudul “Gesture of Life Concatenation”. Lukisan dengan media akrilik di atas kanvas ini bercerita tentang peristiwa di masa lalu dan kini menimbulkan keresahan di masa yang akan datang, yang sudah terlewati namun tetap menjadi bagian dari hidup. Berbekal keyakinan dan hati nurani melalui lukisan ini Hellopino mengajak penikmat karyanya untuk mengambil langkah berani. (Ernaningtyas)