Connect with us

Kabar

Mahfud MD: Kebijakan dan Penegakan Hukum Bagus Jika Demokrasi Berjalan Baik

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengungkapkan relasi antara ekonomi dan demokrasi. Dua hal ini penting dalam konstitusi sebagai nilai dasar berdirinya negara Indonesia.

Tanpa negara merdeka, kata Mahfud, rakyat tetap dijajah, dieksploitasi dan diperas. Oleh sebab itu, founding fathers memperjuangkan negara merdeka dengan sistem demokrasi dengan tujuan membangun kesejahteraan umum. Yakni yang berkecukupan ekonomi, sehat jasmani, dan terdidik secara intelektual.

“Untuk mencapai itu semua dibentuklah pemerintahan, oleh sistem demokrasi. Bagaimana demokrasi turut membangun ekonomi saat ini?” kata Mahfud dalam talkshow Tadarus Demokrasi II bertajuk Ekonomi dan Demokrasi yang diselenggarakan Lembaga MMD Initiative di Jakarta, Sabtu (1/5).

Diakui Mahfud, masih ada kekurangan sistem demokrasi dalam kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. “Sebab ada sampai ada orang menyalahkan sistem demokrasi karena ekonomi dan kesejahteraan tidak merata,” kata eks Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini.

Dikatakannya, kebijakan ekonomi di Indonesia memang banyak diintervensi dan ditentukan oleh proses politik, sebagai konsekuensi sistem demokrasi.

“Ada pula perilaku koruptif dalam sistem demokrasi. Bahkan ada kasus-kasus yang merugikan negara, ditempuh melalui proses politik yang disahkan oleh sistem demokrasi,” aku Mahfud.

Pemerintah dari masa ke masa, dari Presiden ke Presiden, tambah Mahfud, terus berusaha membuat kesejateraan dan perekonomian merata, seperti dalam tujuan negara yang tercantum pada Undang-undang Dasar.

“Oleh karenanya, tentu kita tidak boleh terlalu kecewa dengan negara ini. Ada kemajuan tang telah dicapai, jangan dinafikan. Dulu saat dijajah, 99 persen miskin. Setelah merdeka selama Presiden Soekarno hingga tahun 66, tinggal 54 persen miskin. Orde Baru Pak Harto, tinggal 18 persen tahun 1998. Reformasi, sampai Pak SBY, tinggal 11,9 persen. Pak Jokowi 5 tahun, 9,1 persen. Konon setelah pandemi meningkat 9,7 persen,” paparnya.

Diingatkan Mahfud, demokrasi yang berjalan baik akan mempengaruhi pembuatan kebijakan dan penegakan hukum, yang berimbas pada kesejateraan rakyat.

“Hukum akan jelek atau baik, tergantung pada demokrasinya. Kalau demokrasi jalannya baik, tentu hukum akan baik. Kalau konfigurasi politik baik, hukum akan responsif dan progresif. Kalau konfigurasi politik oligarkis, hukum akan konservatis. Karenanya, mari cari penyakit demokrasi kita. Kita tadarus kepada para ahli ini, bagaimana demokrasi, pengelolaan ekonomi agar semakin baik,” pungkasnya.

Halim Alamsyah, Ketua Dewan Komisioner LPS 2015-2020 dan presentqar Chacha Annisa.

Hadir sebagai pembicara dalam talkshow ini, Halim Alamsyah, Ketua Dewan Komisoner LPS 2015-2020, Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri, dan Pendiri SMRC Saiful Mujani. Acara dipandu oleh Presenter TV Swasta, Chacha Annisa.

Sementara itu, Halim Alamsyah menyebut, posisi Indonesia saat pandemi ini menyebabkan masyarakat yang tak punya sumber daya, karena pembiayaan kredit minus, semakin tertinggal. Dia mengingatkan, pemerintah perlu mewaspadai ketidakmerataan akibat pandemi ini.

“Untungnya, bantuan sosial pemerintah digelkntorkan. Ini sudah tepat. Program kesehatan massal juga kualitas pendidikan juga tidak turun. Ini mencegah memburuknya situasi sosial. Kalau tidak stabil, bahaya pula bagi proses demokrasi,” ingat Halim.

Halim meminta, pemerintah menggenjot pertumbuhan ekonomi. Memang, ini bukan resep jitu. Tapi pertumbuhan ekonomi yang positif, sangat diperlukan.

“Dari sana kita bisa menyerap pertambahan tenaga kerja. Untuk menyerap tenaga kerja baru, butuh pertumbuhan 5 persen. Kalau di bawah itu, apalagi negatif, pasti pengangguran menjamur dan meningkat,” sebutnya.

Tanpa bantuan sosial pemerintah, Halim menilai, tingkat pengangguran akan naik terus. Ini akan .enimbulkan ketidaknyamanan sosial, dan menggangu proses demokrasi.

“Percepat bantuan sosial dan penyebaran kemakmuran yang lebih merata. Amat penting peran kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan untuk pertumbuhan dan perbaikan ekonomi,” imbau Halim.

Sementara itu, Direktur MMD Initiative Asmai Ishak menyebutkan, berdasar berbagai kajian, demokrasi di Indonesia memang belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ekonomi pun belum merata. “Karenanya, lewat diskusi ini, semoga ada ilmu baru dan solusi dari para ahli,” harapnya. (*/am)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *