Connect with us

Kabar

Mega: Ada Orang Pemerintah Datangi Saya Bilang Hak Saya untuk Dipilih Ditiadakan

Published

on

Megawati pidatopada HUT ke-46 PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/1/2019)–foto istimewa

“Saya tak pernah lupa. Beberapa hari sebelum pencoblosan saya didatangi orang dari pemerintah yang mengatakan hak saya untuk dipilih ditidadakan. Tapi saya diizinkan untuk memilih. Saya jadi bingung. Badan saya satu tapi saya nggak boleh dipilih tapi diizinkan memilih,” ungkap Megawati Soekarnoputri  saat berpidato dalam HUT Ke-46 PDI Perjuangan di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis 10/1/2019. Dalam pidato tersebut Mega bercerita tentang perjalanan partainya selama 46 tahun, termasuk kejadian tahun 1997 ketika dia dilarang untuk dipilih.

Dirinya, tutur Mega, lalu membuat surat terbuka kepada warga PDI bahwa tidak diizinkan untuk dipilih tapi boleh memilih. “Kepada warga PDI saya meminta untuk tetap memilih partai kita PDI. Saya pikir waktu itu mereka (warga PDI)  akan menurut,” ujarnya.

Persis pada hari pencoblosan, lanjut Mega, keluarganya di Blitar ada yang meninggal dunia dan dirinya pun pergi ke Blitar. Ternyata, di sana pun selama menunggu sampai penguburan dirinya tetap ditunggu dan diminta mempergunakan hak  pencoblosan di Blitar. “Tapi saya katakan, itu tidak mungkinkarena saya harus ikut bawa jenazah ke pemakaman,” tutur Mega.

Mega mengungkapkan, dirinya sedih karena pada waktu itu banyak warga PDI tidak mau memilih. Akibatnya, suara PDI menurun drastis. Malah ada di satu tempat, PDI hanya dapat dua suara. “Tapi justru warga PDI bukannya sedih malah bersorak-sorai,” kata Mega.

Tahun 1999 ketika akan dilakukan lagi Pemilu, dirinya diberitahu boleh ikut asalkan mengubah nama. “Karena sudah kadung waktu itu selalu mengatakan ‘perjuangan’ maka ketika mengubah nama pun menjadi PDI Perjuangan yang disahkan pada 1 Februari 1999 saat kongres kelima. Jadi itulah Bapak Presiden salah satu perjalanan luar biasa dari PDI ke PDI Perjuangan.Sejarah ini selalu saya sampaikan agar partai ini punya ingatan kolektif untuk selesaikan tugas sejarah,” paparnya.

Komitmen dalam politik ialah memegang teguh dan menjaga ideologi Pancasila 1 Juni 45. Sejarah mendidik kita untuk tak lupa partai ini didirikan bukan sebagai alat kekuasan personal tapi  alat perjuangan rakyat untuk mewujudkan cita cita Pancasila yakni  keadilan sosial.

“Kalau diliat kenapa umurnya 46? Karena dari saat fusi    bendera banteng moncong putih dikibarkan.  PDI Perjuangan  mengalami pasang naik dan pasang surut. Kita alami kekalahan dalam pemilu. Contoh pada 2004 dan 2009. Meskipun kalah partai ini tak pernah pilih jalan pintas, tak asal comot caleg apalagi dari parpol lain. Tak asal rekrut tokoh pendokrak elektabilitas,” tuturnya.

Memang  PDI Perjuangan adalah partai terbuka bagi siapa saia. Apa pun latar belakangnya . Tapi harus berideologi  Pancasila 1 Juni 45. Pintu PDI selalu terbuka bagi siapapun yang siap dan berani ditugaskan sebagai ‘ The Guardian of Pancasila’.

Meski terbuka, tegas Mega,  dirinya tak ingin partainya diisi oleh kader karbitan. Orang yang mengaku kader tapi ketika tidak direkomen lalu loncat ke partai lain. “Partai bagi kami bukan kendaraan lompat kekuasaan,” tegasnya.  Ada fenomena pragmatisme politik, kata Mega.  Beberapa kali peristiwa serupa terjadi di PDI Perjuangan  tapi kita tak kecil hati kehilangan politisi pragmatis seperti itu.  “Justri itu seleksi alam.  Seleksi akan memilih mana kader dan bukan kader. Secara alamiah ideologis mereka akan menyingkir atau tersingkir dari PDI P,” ucapnya.***/ebn

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *