Connect with us

Feature

Makmur dan Hijau di Kota Vaxjo

Published

on

 

Kota Vaxjo, Swedia–istimewa

Lingkungan bersih dari polusi, termasuk sampah, menjadi impian kita semua. Terutama mereka yang tinggal di perkotaan. Bebas dari polusi udara, yang berupa asap knalpot mobil dan polusi pabrik-pabrik ditambah debu membuat udara seakan-akan dipenuhi kabut.

Di Eropa utara, di Swedia, ada kota kecil Vaxjo. Kota ini berkomitmen akan menjadi kota hijau bebas dari emisi gas rumah kaca (GRK), termasuk karbon-dioksida atau CO2 pada tahun 2030. Kemajuannya sangat mencengangkan dan kita bisa belajar dari kota ini, untuk hidup lebih sehat bagi manusia dan juga lingkungan. Mereka telah melakukan upaya penurunan GRK dengan sangat agresif, yang biasanya terjadi ketika ada krisis ekonomi atau perang.

Pembangkit listrik Vaxjo berbahan bakar biomass dari sisa-sia pengergajian kayu. Memang membakar biomas akan menyebarkan karbondioksida, tapi dihitung sebagai netral karena bisa digantikan dengan menanam pohon. Pada musim dingin, pembersih salju akan membersihkan jalan untuk sepeda sebelum mobil, untuk mengurangi pemakaian mobil. Seluruh partai politik di kota ini mendukung upaya target melenyapkan emisi karbondioksida dan bebas dari bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batu bara) pada tahun 2030.

Sementara di seluruh dunia banyak pemerintah, ada 195 negara, sedang berjuang mengurangi gas karbondioksida sesuai dengan perjanjian perubahan iklim Paris 2015 lalu. Selain itu, sudah banyak negara harus menghadapi akibat perubahan iklim dengan kekeringan, banjir — sangat akrab dengan Indonesia — dan juga badai dan kebakaran hutan.

Para ilmuwan, Oktober 2018 nanti, akan memperingatkan dunia perlu menurunkan emisi karbondioksida (CO2) sampai 7% setahun jika ingin mencapai sasaran perjanjian Paris, menurut laporan PBB.

Dunia pernah mengalami penurunan ekstrim CO2 ketika terjadi Perang Dunia 2 dan pada masa Depresi Besar 1930-an. Atau kejadian di Rusia pada tahun 1991, saat Uni Soviet runtuh.

Negara-negara berkembang, termasuk emerging economies, seperti Cina, India, dan juga Indonesia masih sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara. Sementara negara-negara maju masih enggan mengorbankan pertumbuhan ekonominya demi perbaikan lingkungan hidup.

Memang apa yang terjadi di kota kecil Vaxjo —- di negara demokratis dan makmur Swedia — sangatlah sukar untuk ditiru. Namun kita bisa belajar banyak dari kota ini.

Vaxjo sendiri merupakan kota kecil berpenduduk hanya 66.000 jiwa. Kota dihiasi dua gedung katedral abad pertengahan dan rumah-rumah kayu. Bo Frank, ketua Dewan Kota dan pengagas perubahan menuju kota hijau, mengatakan usahanya bisa diperah menjadi;”Peningkatan besar pajak terhadap energi fosil dan menurunkan pajak pada semua sumber energi terbarukan.”

Emisi karbondioksida per kapita Vaxjo telah turun sampai 58% dari tahun 1993 sampai 2016, jadi 1,9 ton yang tadinya 4,5 ton. Disi lain produk domestik bruto (PDB) naik 32 persen dari 1993 – 2014. Angka – angka ini menunjukkan penurunan emisi tahunan 3,7 persen dan sekaligus pertumbuhan ekonomi sampai 1,33 persen.

Sebagai pembanding, saat ini, per kapita dunia mencapai angka tertinggi 5 ton per tahun dan naik dua persen dari tahun lalu, menurut para ilmuwan dalam laporan berjudul Global Carbon Budget.

Vaxjo menetapkan target tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil pada tahun 2030, untuk rumah, industri, dan transportasi termasuk pesawat terbang yang tinggal landas dari kota itu. Perhitungan emisi karbon juga sudah mengikuti panduan PBB dan memperlakukan kota seakan-akan negeri kecil.

Kota ini memperkirakan emisi CO2 dari bahan bakar fosil mencapai 65% dari keseluruhan emisi gas rumah kaca. Vaxjo juga sudah menurunkan emisi dari sumber lain, seperti metan dan oksida nitrat yang jika dihitung dari 1993 sudah mencapai 42%.

Penurunan emisi CO2 Vaxjo jauh lebih cepat dari jadual yang ditetapkan perjanjian Paris, yang menetapkan akan melenyapkan seluruh neto emisi dari seluruh sumber gas rumah kaca pada tahun 2050 – 20100.

Swedia juga lebih maju dalam penurunan emisi dan tetap berhasil menjaga pertumbuhan ekonominya. Negeri ini berhasil berada di posisi 10 juta ton emisi gas rumah kaca dan menerapkan pajak karbon tertinggi di dunia lebih dari 158,84 dolar per ton.

“Pandangan pajak karbon akan berakibat buruk bagi ekonomi negara merupakan pandangan politik. Bukan kondisi sebenarnya, “ujar Menteri Lingkungan Hidup Swedia Karolina Skog, yang berasal dari Partai Hijau.

Swedia adalah negara yang dua pertiganya hutan, sehingga bisa mengandalkan biomas untuk pembangkit listrik. Skog juga mengatakan sebenarnya di setiap negara ada sumber-sumber energi terbarukan, seperti surya atau angin juga air. Dibidang ini, Indonesia sangat kaya bisa menggunakan semua jenis bahan bakar terbarukan, mulai dari biomas sampai tenaga angin.

Ekonomi Swedia juga sangat efesien dalam penggunaan bahan bakar. Menurut Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Swedia memproduksi 11,13 dolar PDB untuk setiap kilo emisi karbon, hampir tiga kali lipat dari rata-rata negara kaya 3,91 dolar AS.

Skog menambahkan perusahaan seperti IKEA — perusahaan furnitur besar yang juga hadir di Indonesia — berketatapan akan mencapai posisi nol emisi dan bahkan mengurangi emisi lingkungan pada tahun 2030. Hal ini menunjukkan komitmen kuat terhadap lingkungan tidak merugikan. “Ekonomi kami belum sampai sepenuhnya keluar dari emisi karbon.”

Emisi gas rumah kaca (GRK) Swedia turun sampai 26% antara tahun 1990 – 2016, namun beberapa tahun terakhir penurunan tidak sebesar sebelumnya. Bahkan Rolf Lindahl, dari Greenpeace, mengatakan Swedia memang lebih baik dari negara lain tapi seharusnya bisa lebih baik lagi dalam upaya penghapusan bahan bakar fosil.

Vaxjo sudah membuat sistem pemanas, yang digunakan pada musim dingin, dengan bahan bakar biomas sejak tahun 1980 lalu. Para pemilik hutan, yang memproduksi kayu tebangan, menambah penghasilan dengan menjual limbah gergajian dan dahan-dahan ke pembangkit listrik biomas. Bis-bis di Vaxjo juga berbahan bakar biogas.

Disisi lain, perubahan sumber energi Swedia diuntungkan karena tidak ada lobi batu bara atau minyak yang kuat. Kendati di negeri ini ada industri besi baja besar dan juga industri otomotif (Volvo).

Sumber informasi: reuters.com

 

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *