Connect with us

Feature

Imunisasi: Dahulu, Kini, dan Esok

Published

on

Jayakarta News – Puluhan tahun lalu, masih terkenang saat berbaris di depan kelas. Mengantre untuk disuntik. Penulis mengalami hal itu. Bersama teman satu kelas lain, antri disuntik BCG di sekolah SD Strada Van Lith I pagi, Gunung Sahari Raya, Jakarta Pusat.

Pemberian imunisasi ini, terus berlanjut, dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi. Semasa itu, entah ada isu atau tidak ada isu, tapi yang penulis ingat, orang tua biasa saja ketika anak-anaknya diberi suntikan di sekolah. Seolah wajar dan bahkan sangat baik bagi anak-anak mereka saat pulang dan menunjukkan bekas suntikan di lengan kiri atas.

Itulah imunisasi. Suntikan vaksin ke dalam tubuh agar anak mendapatkan kekebelan dan terhindar dari penyakit menular. Sampai saat ini, imunisasi tetap menjadi hal penting yang dilakukan pemerintah untuk anak di Indonesia. Sekarang, bahkan sejak bayi baru lahir, mereka sudah diberikan vaksin yang  dinamanakan imunisasi dasar.  

Membahas imunisasi dasar di Indonesia, melalui Humas Ditjen P2P Kemenkes RI, Jayakarta News mendapatkan keterangan dari subdit imunisasi, bahwa capaian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) untuk anak usia 0-11 bulan, pada tahun 2018 adalah 92 persen dari target 92,5 persen. Sedangkan untuk tahun 2019, saat ini datanya belum lengkap namun capaian sementara untuk tahun 2019 per 20 Feb 2020 adalah 91,1 persen dari target 93 persen. 

Dijelaskan juga bahwa imunisasi merupakan salah satu upaya preventif dalam memberikan perlindungan kepada anak sejak dini, sejak dilahirkan ke dunia ini, dari penyakit menular. Untuk itulah, Kementerian Kesehatan terus berupaya meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan imunisasi hingga ke daerah yang sulit.

Untuk hal ini Kementerian Kesehatan menjamin ketersediaan vaksin dan logistik imunisasi dengan dukungan peralatan rantai vaksin serta petugas kesehatan yang berkualitas. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia terutama generasi penerus bangsa yang menjadi salah satu prioritas dan bagian penting dalam Pembangunan Nasional. Dengan tujuan ini, ditetapkan pencapaian target untuk tahun 2020 adalah 92,9 persen.  

Untuk mecapai itu semua, pemerintah dalam hal ini Kemenkes terus melakukan edukasi kepada masyarakat, melalui kerjasama dengan berbagai organisasi masyarakat, organisasi keagamaan, media massa serta iklan layanan masyarakat. Kemenkes juga akan terus menggalakkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau GERMAS, melalui Puskesmas. Pendekatan yang dilakukan Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan antara lain mendatangi keluarga-keluarga di wilayah kerjanya. Imunisasi dasar lengkap merupakan salah satu  indikator untuk mencapai tujuan keluarga sehat.

Para ibu membawa anaknya diimunisasi di Posyandu Desa Nagrak, Bogor. (foto: dokumentasi)

Anak Harus Sehat

Tercatat pada tahun 2018 masih ada kurang lebih 10% anak usia 0-11 bulan yang imunisasi dasarnya belum lengkap atau belum mendapatkan imunisasi sama sekali. Mengenai hal ini, dijelaskan, banyak penelitian imunologi dan epidemiologi di berbagai negara membuktikan bahwa bayi balita yang tidak diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan spesifik terhadap penyakit-penyakit berbahaya. Dan jika bayi- bayi dan anak-anak ini berkumpul maka dapat menyebarkan penyakit pada lingkungan sekitarnya.

Mereka mudah tertular penyakit tersebut dan akan menderita sakit berat. Mereka juga dapat menjadi sumber penularan penyakit untuk anak-anak lain, sehingga penyakit menyebar luas, dan dapat terjadi KLB yang menyebabkan banyak kematian dan cacat.  

Pada periode Jan-Febr 2020, didapati jumlah suspek Difteri sebanyak 61 kasus, dan setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium terdapat 12 kasus konfirm/positif difteri dengan 1 orang kematian. Kasus positif terbanyak dilaporkan dari Kalimantan Timur sebanyak 3 kasus dan Aceh ada 2 kasus.

Namun, jumlah ini sudah menurun dibandingkan tahun 2019 dan 2018. Cakupan imunisasi yang rendah pada beberapa daerah kantong, tentunya dapat menimbulkan atau  berpotensi meningkatnya penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti Difteri, Campak, Polio, dan lainnya.

Sebagaimana pernah terjadi tahun 2017 Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri dan Campak pada beberapa daerah kantong tersebut serta pada akhir tahun 2018 dilaporkan adanya kasus Polio type 1 di Papua. Untuk hal ini berbagai upaya telah dilakukan oleh Kemkes bersama pemerintah daerah setempat untuk melaksanakan kegiatan Outbreak Respon Immunization (ORI).

ORI ini merupakan salah satu upaya penanggulangan KLB suatu penyakit dengan pemberian imunisasi dan merupakan strategi untuk mencapai kekebalan individu atau komunitas hingga sebesar 90 – 95%. Sehingga KLB PD3I tersebut bisa diatasi.

Kegiatan imunisasi di Posyandu Desa Nagrak Bogor, 10 Feb 2020 (foto: dokumentasi)

Imunisasi Dunia

Kesadaran pentingnya imunisasi juga merupakan bagian dari komitmen masyarakat dunia. Karena itu, setiap tahun diadakan Pekan Imunisasi Dunia (PID) pada bulan April di minggu ke 4. Hal ini sudah diadakan sejak tahun 2013.

Melalui kegiatan PID ini, tentu saja sangat diharapkan dapat mengingatkan masyarakat tentang pentingnya imunisasi yang lengkap. Sehingga dengan sadar dan penuh tanggung jawab akan membawa anaknya ke pos pelayanan imunisasi. Semua pelayanan imunisasi yang diberikan pemerintah tidak dipungut biaya sama sekali atau gratis.

Sementara bagi anak sekolah ada program BIAS yaitu kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah. Program ini adalah imunisasi lanjutan yang diberikan kepada anak usia sekolah dasar yang dilaksanakan di bulan Agustus dan November.

Di bulan Agustus, anak-anak diberikan imunisasi Campak/Measles Rubella (MR) kepada anak kelas1.

Sedangkan di bulan November, diberikan imunisasi DT atau Diphteria Tetanus untuk kelas 1 dan imunisasi Difteri Tetanus untuk kelas 2 dan 5. Imunisasi DT atau Diphteria Tetanus, untuk mencegah infeksi difteri, tetanus. Sedangkan imunisasi Td adalah tetanus diphteria yang merupakan imunisasi lanjutan agar anak semakin kebal dengan kedua penyakit tadi.

Kanker Serviks

Dalam perkembangannya saat ini. Dijelaskan juga, bahwa di beberapa daerah telah diperkenalkan dan diberikan imunisasi HPV yang diberikan sebanyak 2 (dua) dosis yaitu dosis pertama pada anak perempuan kelas 5 dan dosis kedua ketika anak perempuan tesebut duduk di kelas 6 SD. Imunisasi HPV atau   Human Papilloma Viru merupakan virus yang menjadi penyebab kanker serviks pada wanita. Sehingga Vaksin HPV diberikan kepada para anak perempuan untuk mencegah infeksi virus HPV.

Semua program ini tentu saja baik adanya. Untuk itu, diakui oleh pihak Kemkes perlu informasi yang tepat tentang imunisasi. Masyarakat harus mendapatkan informasi secara jelas dan lengkap. Penyampaian informasi ini dilakukan oleh Kemkes dan jajarannya, serta melibatkan partisipasi masyarakat seperti kader, organisasi profesi yaitu dokter atau bidan. Proses ini harus terus dilakukan dan berharap semakin banyak masyarakat yang menerima dan memahaminya.  Kemudian dengan kesadaran hidup sehat bersedia membawa diri dan anaknya ke faskes terdekat utk mendapatkan pelayanan imunisasi.  

Apa pun isu miring yang beredar mengenai pemberian imunisasi harusnya tidak mengalahkan informasi pentingnya vaksin kekebalan ini bagi kesehatan anak-anak. (melva tobing)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *