Connect with us

Kabar

Elon Musk dan Mimpinya Ciptakan Robot Manusia

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Elon Musk sejak 2016, lewat perusahaannya Neuralink, mengembangkan chip yang ditanam di otak. Tujuan pertama adalah untuk penyembuhan kelumpuhan dan juga kebutaan. Jadi orang lumpuh bisa berjalan kembali dan orang buta bisa melihat kembali — sangat canggih luar biasa. Ditambah satu saat manusia bisa saja jadi cyborg (cybernetic organism) atau ‘robot manusia’ dimana bagian tubuh yang rusak, diganti mesin.

Namun upaya Neuralink melakukan uji coba kepada manusia sampai awal 2022 masih ditolak oleh  U.S. Food and Drug Administration (FDA). Menurut karyawan Neuralink, perusahaan masih perlu sejumlah masalah sebelum diijinkan uji coba kepada manusia.

Uji coba ini akan jadi pencapaian penting agar produk bisa disetujui pihak berwenang. Salah satu item penting adalah batere lithium yang kabelnya berpotensi berpindah di dalam otak. Juga, soal bagaimana cara mencabut implant chip itu tanpa merusak otak manusia.

Masalah di atas, yang masih terus dicari cara mengatasinya. Dan, menurut tiga staf perusahaan, mereka skeptis masalah-masalah itu bisa diatasi dalam waktu singkat. Musk sendiri, dalam presentasi 30 November tahun lalu, menyatakan perusahaan akan memperoleh persetujuan FDA untuk uji coba ke manusia pada pertengahan tahun ini.

Neuralink tidak mengungkapkan rincian apa yang akan di uji coba untuk manusia dan juga kenapa FDA masih menolak memberikan ijin. Memang sebagai perusahaan swasta, Neuralink tidak diwajibkan mengungkap apa saja yang masih mengganjal agar bisa diuji cobakan kepada manusia. Saat ini, para pejabat Neuralink mengakui FDA memang mempertanyakan soal keamanan chip otak itu. Mereka hanya menyebutkan diskusi dengan FDA masih berlangsung.

Di sisi lain, penolakan FDA tidak berarti Neuralink tidak akan mendapat ijin uji coba. Tapi penolakan ini berarti ada kekuatiran atau masalah yang benar-benar penting, demikian menurut sejumlah ahli di FDA yang ditanyakan mengenai proses persetujuan.

Penolakan ini juga berarti perusahaan sedang menghadapi persyaratan yang lebih ketat dan berat untuk meminta ijin di masa depan. FDA menyatakan mereka menyetujui sekitar dua per tiga permintaan uji coba manusia pada permintaan pertama dalam tiga tahun terakhir. Atau sekitar 85% dari semua permintaan setelah melewati pemeriksaan kedua. Namun ada juga perusahan-perusahaan menghentikan upaya permintaan uji coba setelah tiga kali gagal dan tidak lagi mendanai riset, yang memang mahal, jelas beberapa ahli.

Sementara perusahaan yang memperoleh ijin uji coba manusia akan melakukan dua kali uji coba sebelum mengajukan ijin ke FDA agar disetujui untuk dijual untuk umum.

Kesulitan Neuralink memperoleh ijin FDA lebih disebabkan oleh budaya perusahaan yang memberi target terlalu ambisius dari segi waktu dan memandang peraturan sebagai hambatan bagi inovasi, menurut belasan staf dan mantan staf perusahaan.

Gaya kepemimpinan Musk, seperti ketika menakodai Tesla, dinilai akan menciptakan kerentanan saat diterapkan untuk mengembangkan alat medis yang harus diuji cobakan ke manusia sebelum persetujuan final untuk diedarkan kepada umum, imbuh mereka.

Namun diluar soal perijinan uji coba yang masih tarik-ulur, ide Neuralink sudah diutarakan Musk selama bertahun-tahun. Musk memberi visi Neuralink dengan sangat jelas; Warga yang cacat dan sehat bisa pergi ke fasilitas bedah dan memasukkan implant chip untuk penyembuhan, mulai dari obesitas, autis, depresi atau schizophrenia atau bahkan untuk penjelajahan web sampai telepati. Pada akhirnya, Musk mengatakan chip-chip itu akan menjadikan manusia cyborg yang mampu megatasi mesin-mesin ‘sentient’ yang dimotori oleh kecerdasan buatan atau ‘artificial intelligence’.

“Saya, sekarang ini, bisa saja sudah di-implan chip dan anda tidak akan tahu,” tutur Musk dalam sebuah presentasi 30 November tahun lalu. Menurut Musk kemampuan implant chip bisa sangat berkembang bahkan sampai,”Anda bisa menyimpan dan memainkan ulang memori anda. Masa depan akan benar-benar unik.”

Sementara DJ Seo, wakil presiden bidang rekayasa Neuralink, menyatakan target jangka pendek hanyalah mengupayakan pasien lumpuh bisa berkomunikasi melalui teks komputer tanpa mengetik. Sedangkan menyembuhkan kelumpuhan dan juga kebutaan merupakan target jangka panjang.

Namun Neuralink tidak sendirian dibidang Brain Computer Interface (BCI). Alat ini menggunakan elektroda yang menembus otak atau ditempatkan di permukaan otak untuk melakukan komunikasi langsung dengan komputer. Sejauh ini, belum ada satupun perusahaan memperoleh persetujuan dari FDA.

Neuralink berencana memproduksi alat ini (BCI) dengan 16.000 elektroda, jauh lebih besar dari banyak usulan lain. Namun tampaknya ini rencana jangka panjang, saat ini, perusahaan barulah berencana membuat alat dengan 1.024 elektroda, yang jumlahnya mirip dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Lalu apakah elektroda yang lebih banyak juga berarti pasien bisa lebih cepat sembuh dan pulih —- ini masih jadi perdebatan para ahli implan otak.

Elektroda Neuralink dihubungkan dengan kabel, yang lebih kecil dari rambut manusia, ditanam atau implan di otak. Perusahaan juga berusaha mengembangkan teknologi pembedahan dengan robot untuk menjahit kabel mikrokospik itu ke otak, sekaligus menghindari urat nadi dan operasi hanya berlangsung beberapa menit saja.

Pesaing terdekat perusahaan Musk adalah Synchron, yang sudah memperoleh ijin uji coba untuk manusia. Sama seperti Neuralink, Synchron berusaha menyembuhkan kelumpuhan. Saat ini, Neuralink pada posisi mengejar persetujuan FDA untuk uji coba manusia.

Upaya mengembangkan alat implan otak, untuk penyembuhan berbagai penyakit dan memperkuat manusia, merupakan bidang sangat khusus. Namun ada beberapa perusahaan yang juga mengejar teknologi ini, di antaranya;

Synchron bertujuan sama dengan Neuralink berupaya membantu pasien kelumpuhan dengan alat digital. Perusahaan ini sudah memperoleh persetujuan FDA atau pemerintah AS untuk melakukan uji coba kepada manusia pada bulan Juli 2021, lima tahun setelah permohonan uji coba diajukan. Perusahaan berhasil menanamkan alat digital ini di empat orang pasien di Australia, dan mereka berhasil mengirimkan pesan teks dengan otaknya — tanpa perlu mengetik. Di Amerika, perusahaan berhasil menanamkan implan ke dua pasien dan berencana menambah 4 pasien lagi, sebagai uji coba kepada manusia.

Medtronic dipandang sebagai perusahaan terkemuka dalam memproduksi alat stimulan otak (Deep-brain Stimulation – DBS). Perusahaan ini melakukan uji coba manusia pada satu pasien penderita penyakit Parkinson pada tahun 1997 lalu. Sampai saat ini sudah sebanyak 175.000 pasien mendapat implant otak ini. Implan alat ini membantu pasien mengurangi gejala-gejala, seperti tremor, akibat penyakit Parkinson.

NeuroPace, yang didirikan 1997, memperoleh persetujuan implant otak untuk mengobati epilepsy atau penyakit ayan. Alat ini sudah digunakan kepada dua pasien. Alat ini mengurangi kejang-kejang akibat penyakit ayan.

Blackrock Neurotech, didirikan 2008, sudah melakukan uji coba implan ke otak manusia selama dua dekade. Alat ini memampukan orang yang lumpuh mengendalikan alat-alat digital, kaki atau tangan palsu. Perusahaan sedang berusaha memperoleh ijin untuk menjualnya ke masyarakat luas.

Precision Neuraoscience, didirikan 2021, yang salah satu pendirinya, Benjamin Rapoport, juga pendiri Neuralink. Perusahaan ini menyebut alatnya sebagai ‘invasi minimal’. Alat ini bentuknya seperti plester dirancang untuk dilekatkan di permukaan otak. Sejauh ini perusahaan belum mengantongi ijin uji coba ke manusia.

Sumber informasi: reuters.com/leo

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *