Kabar
Tiga “Tas” untuk Super Prioritas
Jayakarta News – Biannual Forum Tourism terselenggara sudah. Hajat bersama Kementerian Pariwisata dan Bank Dunia yang berlangsung di ruang Ro’Nauli Hotel Niagara Parapat, Kabupaten Simalungun, Senin – Selasa (25 – 26/11), dihadiri 78 peserta.
Forum dibuka oleh Asisten Deputi Pengembangan SDM Pariwisata dan Hubungan Antarlembaga Dr. Wisnu Bawa Tarunajaya, SE, MM. Selain dihadiri unsur penyelenggara, hadir pula elemen masyarakat pariwisata lain. Di antaranya, Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI), Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI), Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA), Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Gerakan Pesona Indonesia (GENPI), guru, dan media.
Selaras program pembangunan SDM yang dicanangkan pemerintah pusat, maka itu pula yang ditekankan Wisnu Bawa saat membuka acara. Intinya, untuk pengembangan Danau Toba sebagai super prioritas destinasi wisata nasional, diperlukan SDM yang unggul. Ia menyebut tiga “tas” sebagai the best strategy pengembangan SDM pariwisata.
Tiga “tas” yang dimaksud adalah Integritas, Antusias (semangat), dan Totalitas. Wisnu menjabarkan lebih lanjut, bahwa integritas harus menjadi karakter manusia pariwisata. Ciri-cirnya, memiliki komitmen yang tinggi. Apa yang dipikirkan, diucapkan, sama dengan yang dilakukan.
Ihwal semangat, kata Wisnu, bermuara pada diri pribadi. Manusia yang antusias, memiliki semangat bekerja yang tinggi, tidak akan membiarkan semangat itu turun. Sebab, ibarat pepatah, ia paham betul bahwa “musuh terbesar adalah diri sendiri”. “Sedangkan yang dimaksud totalitas, tidak ada lain kecuali bekerja all out. Bekerja sepenuh hati,” ujar Wisnu Bawa pula.
Masih ada syarat lain, yakni solid, speed, dan smart. Diuraikan, soliditas harus dijunjung tinggi. Jangan gunakan strategi kompetitif, karena bersifat akan melahirkan menang dan kalah. Ujungnya melahirkan pihak yang kecewa. Karenanya, Wisnu menganjurkan untuk menggunakan strategi komparatif. Dengan demikian akan terjadi sinergi.
“Kita harus ingat, pariwisata itu mendatangkan orang dengan latar belakang yang berbeda, agama yang berbeda, budaya yang berbeda, bahasa yang berbeda. Kita yang harus beradaptasi tanpa harus mengubah lingkungan. Tugas kita pula untuk memberi yang terbaik kepada orang yang datang dari luar,” ujarnya.
Lebih lanjut ia tekankan pentingnya “speed” (kecepatan). Zaman bergerak cepat, jika kita bekerja lambat, akan ketinggalan dengan yang bekerja cepat. Terakhir, “smart”. Kita dituntut tidak saja kerja keras, tetapi juga “kerja cerdas”.
Wisnu juga menyebut strategi lain yang ia sebut “be the winner” dengan “imagine”. Pikirkan out put dalam setiap langkah kebijakan. Ia mencontohkan Danau Toba dengan out put imajinasi sebagai spot alam yang indah. Pertahankan itu. Agar sukses, harus tarik ke belakang yakni melestarikan alamnya (yang indah).
Program yang dikerjakan harus fokus. Kerjakan yang prioritas. “Jangan mau dikerjakan semua, karena pasti tidak akan tersentuh. Sekali lagi, tentukan fokus lalu action. Harus berani melangkah. Jamak jika langkah pertama itu lebih berat dari langkah-langkah selanjutnya. Orang sukses adalah orang yang sudah banyak melangkah dan terus melangkah tanpa kenal lelah,” papar Wisnu pula.
Las but not least, forum yang dimaksud membahas pembangunan terintegrasi dan berkelanjutan, yang didukung anggaran World Bank itu, diharap dapat meningkatkan kualitas pelayanan, akses, serta infrastruktur pariwisata. Muaranya, terjalin koneksitas ekonomi lokal untuk menunjang wisata super prioritas Danau Toba.
Dalam kesempatan itu, hadir sejumlah narasumber, di antaranya Ir Nurlisa Ginting mewakili Universitas Sumatera Utara (USU), Fransisco dari Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Dinas PUPR Provinsi Sumatera Utara, Simon Siregar dari Dinas Pariwisata Sumut sebagi moderator, Andy Marpaung, dan lainnya.
Program ini sangat penting untuk membangun sinergitas sesama pelaku pariwisata dengan stakeholder serta pemerintah demi mewujudkan pembangunan dan pengembangan pariwisata agar semua masyarakat benar-benar mendapatkan manfaat.
Sementara, salah seorang peserta, Yuyun, dari Kabupaten Balige mengatakan, acara Biannual Forum Tourism sangat bagus. Sebagai guru, ia mendapatkan banyak informasi yang bermanfaat. Mengingat program ini berlangsung setahun dua kali, maka perlu dibuat program yang aplikatif sehingga bisa cepat diterapkan.
Hal senada juga dikatakan Marandus Sirait pelaku UMKM di Taman Eden 100. Ia mengapresiasi kegiatan ini jadi ajang pertemuan sesama pelaku, penggiat pariwisata dan berbagai profesi, ada media, kuliner, tour guide, dan lain- lain. Sesama peserta bisa saling sharing.
“Saya dari asosiasi UMKM Balige akan banyak melakukan gerakan dalam waktu dekat ini. Salah satunya mewujudkan pusat-pusat kuliner khususnya di Tobasa, termasuk pusat displai produk-produk UMKM Tobasa. Program lain, kami akan membuat rumah-rumah produksi,” ujar Sirait, bersemangat. (Monang Sitohang)