Kolom
Stigma Masyarakat tentang Kesetaraan Gender Perlu Diluruskan
JAYAKARTA NEWS— Begitu rumit permasalahan kesetaraan gender yang tak kunjung usai, selalu terdapat pertikaian dan diskriminasi. Seseorang terhalang memulai kehidupan yang baik karena adanya budaya dan stigma buruk dalam bermasyarakat. Contohnya seperti pada perempuan yang dianggap hanya pintar mengurus rumah tangga daripada bekerja. Padahal setiap individu memiliki hak yang sama untuk menentukan kehidupannya.
Budaya patriarki yang melekat ini sepertinya dapat merugikan perempuan. Wanita tidak dapat leluasa memilih dan didesak atas stigma buruk tersebut. Peran penegak hukum atas sistem pemerintah harus segera diperbaiki untuk memudahkan setiap individu dalam menuntut Hak Asasi Manusia sehingga dapat terpenuhi, tanpa adanya paksaan dari seseorang.
Walaupun terdapat peraturan yang jelas, tidak semua manusia patuh terhadap hukum. Konflik dapat bermula dari hal tersebut, oleh sebab itu pemerintah harus turut andil dalam menegakkan hukum yang baik dalam berbangsa dan bernegara.
Hasil dari penyebaran angket yang kami lakukan, terdapat 29 responden. Semua responden setuju adanya gerakan kesetaraan gender, tetapi sebagian besar pula tidak yakin atas perlindungan HAM yang berlaku dimasyarakat.
Menandakan bahwa hukum yang berlaku tidak sesuai kenyataannya. Setiap individu semakin takut akan ketidakpastian hukum yang berlaku, sehingga dapat terjadinya konflik yang berkepanjangan dan menimbulkan stigma-stigma yang buruk pula.
HAM adalah hak asasi manusia yang melekat sejak dini dan bersifat universal, setiap individu berhak menuntut haknya dalam menjalankan aktivitas kehidupan sosial. Hak Asasi Manusia berlaku dimana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja.
Terdapat setidaknya 4,334 kasus kekerasan seksual yang menimpa perempuan pada tahun 2012 menurut Komnas Perempuan, sedangkan pada tahun 2013 kasus kekerasan seksual meningkat secara drastis. Tercatat bahwa terdapat 5.629 kasus kekerasan seksual yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.
Penyelesaian permasalahan kekerasan seksual sulit untuk ditangani secara penuh, korban perempuan akan dianggap buruk dan menjadikan aib keluarga karena seringkali masyarakat beranggapan bahwa penyebab kekerasan seksual berasal dari perempuan.
Stigma masyarakat yang buruk ini harus segera ditangani, memberikan pemahaman yang baik kepada generasi penerus bangsa. Memberikan pemahaman bahwa beretika itu penting dan sikap moral harus dijalankan kepada siapapun, kapanpun, dan dimanapun.
Upaya Meningkatkan Kesetaraan Gender
Perbaikan jangka panjang dalam kesetaraan gender dimungkinkan berkat pertumbuhan ekonomi dalam banyak hal. Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan penting karena, setelah disetujui, akan berfungsi sebagai referensi global dan nasional, membantu mempersempit ruang lingkup agenda pembangunan.
Semua tujuan tersebut mendukung hak asasi manusia (HAM), mempromosikan kesetaraan gender, dan memberikan otoritas kepada perempuan dari segala usia.
Pendidikan berperan penting dalam membangun kesetaraan gender. Pendidikan yang setara dan inklusif dapat membantu mengatasi diskriminasi gender dan memberdayakan perempuan di berbagai bidang. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan mengadopsi kurikulum yang mendukung kesetaraan gender.
Kurikulum yang mengajarkan nilai-nilai kesetaraan gender dan contoh perempuan sukses di berbagai bidang dapat membantu mengubah persepsi dan sikap masyarakat terhadap perempuan. Selain itu, pelibatan perempuan dalam proses pengambilan keputusan politik pendidikan menjadi penting agar kepentingan perempuan diperhatikan dalam politik. Selain aspek kurikulum, pendidikan yang adil juga sangat penting.
Banyak kasus dimana perempuan tidak dapat melanjutkan pendidikan karena alasan ekonomi, sosial atau budaya. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus berupaya mengatasi faktor-faktor tersebut dan memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. (Yunus Raga)