Connect with us

Kabar

Sekilas tentang “Mlarat ning Ningrat”

Published

on

JAYAKATA NEWS – Judul MLARAT NING NINGRAT diambil dari kata-kata (alm) Romo Y.B. Mangunwijaya. Sebagai seorang imam dan budayawan, Y.B. Mangunwijaya mempunyai pemikiran yang cerdas dan unik. la dilahirkan dengan multi talenta.

Selain sebagai seorang arsitek, ia juga seorang sastrawan dan pendidik. Target Y.B. Mangunwijaya bekerja di luar institusi gereja bukan bertambahnya jumlah umat Katolik, melainkan mengangkat harkat dan martabat manusia (nguwongke uwong /memanusiakan manusia) siapapun mereka, tidak memandang suka, agama, ras. Mangun Wijaya adalah sosok yang anti terhadap kekerasan, penindasan pun pula ketidak adilan.

Dalam rekam jejak Mangun Wijaya juga membangun hubungan/komunikasi yang harmonis dengan beberapa tokoh lintas agama. Ia membangun persahabatan yang erat dengan Gus Dur sebagai seorang pluralis juga dengan BJ Habibie, Gedong Oka dan masih banyak lagi.

Romo YB jaga peduli pada kaum papa yang termarginalkan secara politik, pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya tanpa tendesi apapun selain berangkat dan niat tulus dan kasih tanpa harus “membabtis” mereka menjadi katolik. Itulah wanti-wanti beliau kepada para penerusnya. Biarkan mereka tetep hidup dalam keyakinan yang menjadi spirit mereka, sebab kemanusiaan memang tidak membedakan agama,suku dan apa pun juga.

Kemanusian adalah KEMANUSIAAN. Kemanusiaan adalah spirit luhur yang harus diemban. Hal ini tampak pada perjuangan YB Mangun menyelamatkan warga di sekitaran Kedung Ombo yang ‘dirampas’ hak miliknya untuk pembangunan waduk (ketika pada rezim Soeharto).

Kata `dirampas’ barangkali tepat, karena ketika penduduk masih berada di lahan dan rumah mereka, air sudah dialirkan dan makin lama makin tinggi menggenangi daerah sekitar waduk. Y.B. Mangunwijaya mengusahakan perahu dan perlengkapan lainnya kendati seringkali menerima ancaman.

Ki Mujar Sangkerta

Perjuangan beliau tidak berhenti di situ. la juga memperjuangkan warga kali Code dari penggusuran. la pun membantu mereka untuk menata wilayahnya menjadi semakin bersih dan manusiawi. la juga mengusahakan air bersih di Grigak Gunung Kidul, ikut unjuk rasa bersama para mahasiswa, petani dan buruh serta perjuangan-perjuangan kemanusiaan lainnya.

Y.B. Mangunwijaya kemudian menjadi teman bagi orang-orang kecil. Dan ia menguatkan mereka dengan kata-kata nasihat “MLARAT NING NINGRAT”, kendati (terpaksa) mengalami kondisi yang miskin namun jangan sekali-kali mempunyai hati dan pikiran yang miskin. Hati dan pikiran harus ningrat, yakni mempunyai sikap belas kasih dan cerdas mensikapi hidup.

Boleh terpaksa miskin tetapi tidak kemudian memiskinkan pribadi manusia dengan cara murahan. Di sisi lain Y.B. Mangunwijaya mengajak banyak orang untuk berbagi.

Ketika harga diri keningratan itu terpenuhi maka sebagai manusia pasti mempunyai ketergerakan untuk berbagi dengan yang lain. “Ojo pageri omahmu nganggo beling nanging nganggo piring,” kata-kata nasihat itu sesungguhnya mengajak untuk membangun sikap solider, peduli dan berbagi dengan sesama.

Pager Piring kemudian menjadi semacam simbol berbagi satu dengan yang orang lain. Walaupun mlarat, tapi kerelaan berbagi dan peduli terhadap sesama itulah nilai keningratannya. Jumlah dan nilai nominal yang dibagi tentu tidaklah penting, yang penting sikap hati yang mempunyai ketergerakan oleh belas kasih diwujudkan secara nyata. Maka Mlarat ning Ningrat sengaja dipilih sebagai judul Performance Art WAYANG MILEHNUM  WAE Institute Sangkerta Indonesia Yogyakarta.

Adapun Penutupan Pameran Seni Menapak Jejak Kebangsaan tribute to: YB MANGUNWIJAYA digelar Minggu 27 Juni 2021 pukul 19.00 di Royal House. Panitia penyelenggara memutar Film Dokumenter: SENI SILATURROHIM Performance Art  WAYANG MILEHNIUM WAE. Judul: MLARAT Ning NINGRAT. Kolaborasi berkarya bersama: Himpunan Mahasiswa Yogyakarta (HIMAYO). Sanggar Lincak FIB UGM. Teater NUUN UIN Suka. Razis teater SMKI. Fire Dance. LOKA Art Dance & Konser Musik PATROL IKPMJ JEMBER. mengenang perjalanan dan wafatnya Romo YB. Mangunwijaya. Produksi: INSTITUT SANGKERTA INDONESIA kerjasama: Pameran Seni Rupa Pager-piring. Bentara Budaya Yogyakarta & PUSKAT Karya komposisi bebas: KI MUJAR SANGKERTA.  (*/PR)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *