Connect with us

Review Film

Film SQUID GAME, Permainan Maut Berdarah Terkait Masalah Sosial di Korsel

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Setelah ‘Parasite’ yang meraih film terbaik dan film asing terbaik di ajang Oscar – menembus 90 negara dan viral dimana-mana – adalah ‘Squid Game’. Film drakor (drama Korea) yang disutradarai Hwang Dong  hyuk ini bisa dilihat di aplikasi OTT Netflix sebanyak 9 episode.

Sangat fantastis, film yang biaya produksinya hanya Rp 300 miliar menggaet keuntungan sebesar Rp 12 triliun. ‘Demam’ Squid Game seketika populer dan ditiru orang dewasa dan anak-anak di Korea, Amrik, termasuk Indonesia.

Produk garmen berupa baju olahraga Squid Game melejit dibeli orang. Empat tempat wisata bekas lokasi syuting Squid Game di Korsel menjadi beken dipenuhi wisatawan. Bahkan, puluhan ribu karyawan di Korsel turun ke jalan berkostum Squid Game menuntut kenaikan upah.

Beberapa nama pemerannya  sekejap meroket, seperti Gi-hun (tokoh utama), Lee Yung jae, Park Hae soo,  Wi Ha joon, Yung Ho Yeon, Lee Yoo mi dan masih banyak lagi. Squid Game adalah 6 jenis permainan anak-anak yang sangat populer di Korsel tapi di film dimainkan oleh orang dewasa.

Dan yang sadis, yang kalah akan ditembak mati oleh pria bertopeng dan mengenakan jubah merah jambu. Peserta lain 456 orang (pria dan wanita) ini yang berhasil membuat permainan melenggang menang guna mengikuti permainan lain.

Mengikuti alur ceritanya, film ini mengungkap tentang masalah sosial di Korsel dan memvisualkan pemahaman tentang kehidupan masyarakat di Asia, khususnya di Korsel. Permainan antara hidup dan mati ini kata sutradaranya, Hwang Dong hyuk berisi pesan dan kritik demi mengubah kehidupan masyarakat Korsel.

Ingat, angka kemiskinan di negara ginseng ini masih cukup tinggi, belum lagi ditambah angka bunuh diri warga Korsel karena stres dan tak bisa hidup sejajar dengan chaebol (konglomerat) yang tumbuh pesat di Korsel.

Inilah sisi jelek dari industri otomotif, elektronik plus dunia hiburan Korea yang melesat. Meski ada beberapa kritisi film yang memuji film ini, toh Squid Game juga tak urung menuai caci maki dan kritik. Kenapa tak diberikan alasan jelas bahwa Gi-hun, sang pemenang Squid Game sebesar 456 miliar Won (setara Rp 550 miliar) tak mau mengambil hadiah yang aduhai besar itu? Dia justru mau membongkar rahasia siapa orang dibalik permainan maut.

“Ending film di episode 9 belum terpecahkan dan menggantung. Banyak misteri yang masih ditutupi kabut ketidakjelasan,” tulis beberapa kritisi dan pengamat film dan budaya di banyak media cetak dan media sosial di Seoul, ibukota Korsel.

“Ada yang menyerang saya menyuguhkan misogini (makian terhadap wanita). Ini enggak benar. Di film ini, saya justru memvisualkan cerminan budaya kesesuaian wanita untuk tugas-tugas yang diberikan kepada kontestan permainan,” kelit Hwang Dong hyuk.

Perhatikan adegan tentang pembelot Korea Utara yang ikut permainan maut di Korsel. Ada karakter yang terunik di film ini, ihwal Ali, migran Pakistan yang ikut main, karena bossnya enggak membayar upah secara layak, padahal Ali harus menghidupi isteri dan anaknya yang masih bayi. Memang, para pekerja asing dari Asia merupakan masalah terbesar di Korsel. 

Pada akhirnya, teori dan spekulasi ihwal Squid Game deras bertebaran paska serial ini menjadi terlaris di Netflix. Bahkan, di Amrik, serial ini jadi tontonan Korsel pertama yang dibicarakan netizen. Mereka menganggap Squid Game adalah permainan nyata di kehidupan realistis yang berdarah-darah dalam masyarakat urban di setiap negara yang angka kemiskinannya cukup tinggi ini. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *