Connect with us

Entertainment

Bioskop Rugi 150 Juta Rupiah per Bulan

Published

on

JAYAKARTA NEWS — Dikabarkan bioskop di Jakarta akan buka kembali mulai 14 September 2021 setelah PPKM level 4 mulai menurun menjadi PPKM level 3. “Selama pandemi, bioskop mengalami kerugian 150 Juta per bulan. Karena ditutup,” lontar Ketua GPBSI (gabungan pengusaha bioskop) Djoni Syafruddin dalam webinar bertema “Menelisik minat dan selera penonton muda Indonesia’ di Jakarta, baru-baru ini. Acara ini dihelat oleh Panitia dari FFWI dan Kemdikbud Ristek.

Dikatakannya, bioskop itu beda dengan pasar dan mal. “Kalau disamakan, hancur kita. Padahal, belum ada penonton film di bioskop terpapar Covid 19 karena di dalam bioskop ada jarak dan sirkulasi udara bagus,” terang Djoni yang memiliki bioskop diluar jaringan XXI di luar Jakarta.

Djoni Syafruddin (foto : Balaikita.com)

Dirinya merencanakan akan bertemu dengan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan. “Kita akan membahas bersama ihwal ambruknya bisnis bioskop ini. Juga, mencari solusi bagaimana meningkatkan produktifitas para pelaku dan pekerja film dan bioskop,” urai Djoni yang menambahkan ‘kalau nanti bioskop sudah buka kembali, apa ada produser kita yang berani memutar film nasional? Kok stoknya film import semua,” keluh Djoni.

Dan satu hal lagi, imbuhnya, Djoni berharap Kemdikbud Ristek yang terkait bisa memberikan perlindungan buat keberlangsungan bioskop di Indonesia. “Coba bangun sistem yang proper kepada keberlangsungan bioskop. Bukan langkah insidental,” tambah Djoni.

Segendang sepenarian keluhan produser Max Pictures, Oddy Mulya Hidayat. “Setelah layar bioskop tutup, kita ramai-ramai ke OTT (Over The Top) seperi Netflix, Iflix, Disney Hot Star dll. Dengan sendirinya strategi berubah,” ungkap Ody yang sukses membuat film ‘Dilan 1990’ ini.

Ody Mulya Hidayat (foto FFWI)

“Tapi kita tetap syuting di Bali untuk film baru, dengan prokes ketat. Maklum, kan Bali masih masuk zona merah. Semua pemain dan kru harus divaksinasi dan tiap hari mereka menjalani rapid test,” papar Ody yang masih menyimpan film tentang biografi Taufiq Kiemas dan beberapa film lainnya.

Lalu, apa kiat atau resep cespleng agar film nasional bisa ditonton orang dan sukses secara komersial di masa pandemi ?

“Menurut saya, ada lima point agar film bisa laris. Intelectual Property (IP) harus kuat. Cerita menarik, production value totalitas dan konsisten. Pemain bisa menggaet penonton datang ke bioskop yang kini berusia 13 sampai 18 tahun dan promosi yang jitu,” kali ini sutradara Anggy Umbara ikut nimbrung.

“Pemain enggak harus terkenal. Kini, tolok ukurnya media sosial,” beber Anggy yang menorehkan ‘Warkop DKI Reborn’ sebagai film terlaris (hampir mengumpulkan 6,7 juta penonton) yang mencuatkan ‘cuan’ belum tertandingi di Indonesia. Apa lagi ? Nasib baik, hoki. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *