Connect with us

Buku & Sastra

Puisi Puisi Perenungan, Menulis Puisi Adalah Keberanian

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Sastrawan dan nomine Penghargaan Nobel bidang Sastra, Pramudya Ananta Toer  mengatakan ‘orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah.

Menulis adalah bekerja untuk keabadian’. Atau dengan kata lain, orang boleh mencapai deretan gelar sarjana apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, ia hanya tinggal bersama hewan yang pandai. Betapa terkutuknya perumpamaan metafora ini. Dan puisi adalah salah satu genre dalam susastra.

Banyak sudah bentuk dan jenis puisi  dalam kesusastraan klasik dan modern. Ada gurindam, soneta, puisi bebas seperti dipelopori almarhum Chairil Anwar.

Kemudian ada puisi mantra yang dicuatkan oleh Sutardji Calzoum Bachri, dan belakangan terbit pula puisi mbeling oleh seniman Remy Sylado di majalah pop Aktuil (bersama kawan-kawannya seperti Sutardji,  Abdul Hadi WM, Jeihan dll.

Contoh puisi karya BBM

Penyair Joko Pinurbo (Jokpin) pun ‘memberontak” dan menggagas puisi yang sangat absurd dan menjurus ke gaya surealis (‘Bayi didalam kulkas’) dan yang menghebohkan jagat sastra Indonesia adalah puluhan puisi berjudul Khong Guan Biscuit (disponsori Khong Guan ? Entahlah).

Lalu dimana letak puisi-puisi karya Benny Benke Mashuri (BBM)? Dengan Mengheningkan Puisi, BBM sejatinya telah menggenapkan diri sebagai wartawan cum sastrawan.  Sastrawan cum wartawan. “Sohih! Wilayah bermainnya jelas. Independensi dan kebebasan. Misinya tak kalah jelas : memberikan penghiburan pada yang lemah, menggugat yang mapan dan berkuasa,” tulis Bre Redana, wartawan budaya Kompas.

Segendang sepenarian dengan pengamat sastra Triyanto Triwikromo menegaskan, puisi-puisi BBM penuh perenungan. “Karena itulah, penyair yang baik justru melupakan sunyi,” papar Triyanto Triwikromo.  

Menurut dia, puisi, dengan demikian adalah pawai atau karnaval tak pernah usai. Senada penyair Goenawan Mohamad pun mengingatkan, untuk mencapai kekayaan ekspresi yang hanya bisa dicapai oleh puisi, sang penyair memang harus ‘lupa’.

Contoh puisi karya BBM

Salah satu contoh puisi BBM berjudul ‘Indonesia Raya di Tsarskoye Selo’ : ….di Tsarskoye Selo. Romo Mudji layaknya para nomenklatur, elite Soviet pada sebuah masa, berpasrah pada Indonesia Raya/yang dikumandangkan lima musisi tua dari negeri jauh, dengan sejumlah alat tiupnya.

Sebuah puisi yang layak direnungkan, dikontemplasikan dan jujur, kaya makna dan konotatif. Saat pecah perang antara Rusia melawan Ukraina (yang dulu sama-sama dalam persekutuan negara Uni Soviet), puisi karya BBM ini terasa relevan sekali, meski jauh ditulis sebelum kecamuk perang. Atau puisi ‘Bumi Hangus’ yang mengingatkan kepada Tsar Alexander 1 yang perkasa :…meninggalkan ribuan nyawa melayang tak ada artinya/di sini, di Kremlin, tempat berumah sejumlah Presiden Rusia, keberanian menularkan semangat.

Sebanyak 49 puisi dengan 116 halaman ini jelas padat berisi tiga tema utama dalam antologi ini yaitu kisah perjalanan, lalu amor dan teguran kritis. Antologi puisi ini ditutup puisi bertajuk ‘Tuan Maha Tuhan : …di negeri yang katanya demokrasi, puisi diam-diam ditakuti.

Penyairnya bisa jadi ditangkapi. Dilempar di balik jeruji besi. Sebelum di sidang di muka mahkamah yang telah kehilangan/Taji/Tuan maha Tuhan. Puisi pamungkas ini ditulis Ramadhan perdana 2021.

Walakin, penulis yang dalam pemulihan kesehatan di era pandemi gelombang ke tiga ini begitu merampungkan Antologi Puisi karya BBM, jujur, langsung sembuh dan hijau (peduli lindungi). Puisi adalah obat ajaib yang wajib diapresiasi, direnungkan, dikontemplasikan dan..ingatlah, buku adalah gudang ilmu. Membaca (iqra) adalah koentji. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *