Connect with us

Ekonomi & Bisnis

Masalah  Pangan, Kalau Masyarakat  Kenyang Politik tidak Ribut

Published

on

Ketua Bapanas Arief Prasetyo Adi dan Gubernur NTT Victor Laiskodat bicara Merdeka Pangan di halaman kantor Gubernur NTT, Sabtu (12/8/2023)/foto: panitia

JAYAKARTA NEWS – Nusa Tengara Timur (NTT), termasuk provinsi termiskin  ketiga di Indonesia. Hamparan tanahnya yang luas termasuk lahan kering. Namun diakui sendiri oleh Gubernur NTT Viktor Laiskodat, sebenarnya keberagaman pangannya cukup melimpah, dan belum dikelola secara maksimal.

Ia lantas membandingkan dengan Norwegia. Negeri itu dikenal dengan kekayaan minyaknya, tapi devisa terbesarnya dari budidaya perikanan tuna. Hal itu disampaikan Gubernur NTT dalam kegiatan yang diselenggarakan Badan Pangan Nasional (Bapanas) bekerjasama dengan Pemprov NTT Sabtu (12/8) di halaman Kantor Gubenur NTT.

Sementara itu  Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi,  mengatakan, kita perlu  sinergi dan kolaborasi untuk mewujudkan merdeka pangan.

Arief  mengaku, awalnya ia sering mengatakan,  ketahanan pangan itu kita memiliki stok untuk waktu tertentu. Ternyata bukan sekadar itu. Ketahanan pangan yang kita inginkan adalah ketahanan pangan yang berlandaskan pada kemandirian, dan kedaulatan pangan.

Dikatakan, Bapanas ini sebenarnya akan diwujudkan tahun 2012, tapi baru bisa dieksekusi 9 tahun kemudian. Meski demikian seperti dipaparkan ketua panitian penyelenggara kegiatan Sarwo Edi, MH, sudah cukup banyak aktivitas yang dilakukan guna membangun tatakelola pangan yang kuat dalam mewujudkan ketahanan pangan secara berdaulat, mandiri,  tangguh dan berkelanjutan.

Dan hari ini dengan semangat peringatan hari Kemerdekaan bisa dijadikan momentum bangkitnya kedaulatan pangan nasional. Hal ini menguatkan narasi kemerdekaan pangan dimana setiap individu mampu mendapatkan pangan yang cukup beragam, bergizi  seimbang dan aman (B2SA) untuk hidup lebih baik, sehingga kita bisa aktif dan poduktif menuju generasi emas 2045.

Merdeka Pangan

Kegiatan Bapanas kali ini dengan tema mewujdkan Merdeka pangan yang dirangkai dengan hari jadi Bapanas kedua, tepatnya 29 Juli 2023. Ke depan diharapkan Bapanas dapat menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan UU No 12 tahun 2018 tentang Pangan, PP No 66 tahun 2021 tentang Pangan Nasional dan Perpres 125 tahun 2022 tentang Cadangan Pangan Pemerintah.

Penguatan cadangan pangan pemerintah itu berlaku dari pusat, pemerintah provinsi, lalu kabupaten/ kota, kecamatan, desa hingga perorangan. Kemudian  kita bisa menciptakan stabilisasi pasokan dan harga pangan agar pangan ini terjangkau secara aman ke seluruh pelosok negeri.

Selain itu juga keanekaragaman pangan sebagai diversifikasi pangan sehingga pangan itu tidak hanya nasi. Di Indonesia terdapat 71 jenis pangan sebagai sumber karbohidrat. Dan tak lupa kita  akan membangun industri pangan bagi UMKM. Ke depan Bapanas diharapkan  akan lebih baik dalam meningkatkan gizi pangan bagi masyarakat, serta menyelesaikan kebutuhan daerah rawan pangan secara bertahap.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, belakangan kita sering melihat mobil kontainer bahan pangan dibawa dari Barat ke Timur, di antaranya ke NTT. Namun dengan kekayaan NTT yang belum diolah secara maksimal dan juga bila kinerja aparatnya juga menjadi jauh lebih baik, maka kita percaya nanti produk pangan  dari Timur akan mengalir ke Barat.

“Kami perlu jagung dari NTT, kami perlu sapi dari NTT, kami perlu ikan-ikan dari NTT. Kenapa ikan-ikan itu belum sampai ke Jakarta?  Kami tunggu (produksi ) ikan-ikan itu di Jakarta, pak Gubernur !” Kata Arief Prasetyo Adi.

Ingat katanya, ketergantungan pangan Jakarta itu  99 persen dari daerah lain. Mungkin sudah ada sebagian dari NTT, tapi belum banyak. Namun kelak jika hilirisasi itu ada di NTT ,  dan industri-industri strategis pangan  ada di NTT maka itulah keberhasilan NTT ke depan.

Bapanas di akhir tahun ini juga akan membagikan pangan 10 kg beras bagi sekitar 21,23 juta jiwa penduduk kurang mampu, ditambah  ditambah 1kg ayam, dan 1 kg telur selama 3 bulan (Oktober, November, Desember).

Kalau untuk NTT, seharusnya bisa kita kasih ikan. Sumber protein dari daerah bisa dioptimalkan. Setiap daerah kita harapkan punya potensi dan punya keunggulan  pangan local, seperti protein nabati dan hewani yang patut kita dukung bersama.

Krisis Dunia

Sebelumnya, dalam sambutannya Gubenur NTT Viktor Laiskodat menegaskan, persoalan pangan merupakan salah satu masalah krisis di dunia,  dari sekian isu di dunia, seperti air, energi, dan populasi.  Karena itu ia sangat mendukung langkah Presiden yang mendorong setiap provinsi  meningkatkan produksi pangan.

Bidang pertanian memang tergolong profesi purba. Namun untuk mengejar ketertinggalan kita tidak bisa dengan cara-cara lama. Kita perlu teknologi guna memajukan pertanian.

Politik tidak akan ribut kalau masyarakatnya kenyang semua. Tapi kalau terjadi problem pangan, Presiden bisa diturunkan. Menteri, bupati, camat akan tiarap kalau terjadi problem pangan.

Masalah pangan bukan hanya masalah gizi dan ekonomi, kata mantan anggota DPR RI itu , tapi juga masalah politik. Karena itu setiap pemimpin selalu bicara pangan, wajib bicara pangan.

Masalah yang dinilai urgen juga adalah masalah pupuk, terutama terkait subsidi. Subsidi itu jangan produknya, tapi orangnya/ petaninya. Kalau produknya disubsidi bisa terjadi  penyimpangan. Negara wajib melindungi manusianya bukan produknya. Karena itu negara harus hadir dan memberi subsidi bagi  orang yang tidak mampu. Kalau menghitung produknya terbatas kuotanya. Itulah tantangan di NTT yang perlu dibenahi.

Laiskodat mengatakkan, dirinya kadang sangat sedih. Kita itu negara kaya, dan provinsi ini pun (NTT) tergolong kaya juga tapi NTT masih temasuk daerah termiskin ketiga di Indonesia. Namun dirinya meminta agar dikatakan dengan narasi berbeda. “Jangan dibilang miskin tapi kekayannya belum dikerjakan/ dikelola secara maksimal, “ katanya.

Dari 10 komoditi terbaik  dunia, kata gubernur,   9 jenis mungkin ada di kita, seperti rumput laut, kepiting, kerapu, kakap,tuna, udang, lobster. “Kalau ini kita kerjakan terus dan sungguh-sungguh, maka 20 tahun lagi Indonesia tidak bisa dilawan. Indonesia akan menghasilkan produk-produk nutrisi yang hebat.”

Kita juga kaya ikan teri dan itu banyak proteinnya. Seharusnya itu  tidak boleh ekspor tapi untuk kebutuhan dalam negeri.  Karena keunggulan pangan, kebaikan gizi akan mengatur hadirnya generasi masa depan.

Menyinggung kekayaan NTT lainnya , disebutnya juga tanaman kelor. Itu tanaman yang tumbuh liar dimana-mana, ucapnya. Oleh WHO dikatakan tanaman ajaib , banyak nutrisinya. “Tapi saya kadang heran, anak-anak kita yang kena stunting disuruh makan biscuit, bukan kelor. Aneh ini, “ pungkasnya. isw

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *