Connect with us

Feature

Kristanto: YPA-MDR Ingin Wujudkan Pendidikan Berkeadilan di Daerah Prasejahtera

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Miris dan sedih. Itu lah yang dirasakan Kristanto ketika berbicara tentang pendidikan di Indonesia. Menurutnya, pendidikan di Indonesia masih berlum berkeadilan. Kristanto bukan sembarang bicara. Itu sudah dibuktikannya melalui 38 tahun pengabdiannya di PT Astra International Tbk.

Lebih dari separuh perjalanannya selama di Astra, diabdikan di dunia pendidikan melalui perusahaan ini.  Dan 7,5 tahun terakhir di Astra,  dia terlibat di Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim (YPA-MDR). Sejak 2014 hingga 2021, dia sebagai Sekretaris Pengurus YPA-MDR.  Keterlibatannya dalam YPA-MDR, membuat Astra serius membantu memajukan dunia pendidikan di Indonesia khususnya daerah 4 T (Terdepan, Tertinggal, Terluar, Terdalam). 

YPA-MDR (Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim) yang berdiri sejak tahun 2009 adalah yayasan yang secara khusus didirikan dan dimiliki oleh PT Astra International Tbk sebagai pelaksana kontribusi  sosial berkelanjutan bidang pendidikan dengan membina sasaran sekolah-sekolah di daerah prasejahtera atau 4T (tertinggal, terdepan, terluar dan terdalam) di Indonesia dan menjadi wujud dari pilar Astra untuk Indonesia Cerdas.

Visi, misi dan goal YPA-MDR adalah menjadi lembaga yang mewujudkan Sekolah Unggul di daerah prasejahtera dan yang mampu mencetak Sumber Daya Manusia  (SDM) berkualitas sebagai agent of change menuju masyarakat sejahtera.

Pola pembinaan yang dilakukan berdasarkan 4 Pilar, yang meliputi Pilar Akademis, Pilar Karakter, Pilar Kecakapan Hidup dan Pilar Seni Budaya. Selain itu, YPA-MDR juga memberikan bantuan berupa sarana prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Hingga saat ini, YPA-MDR telah membina 110 sekolah (jenjang SD, SMP dan SMK/SMA) yang tersebar di 13 kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Serang, Tangerang, Bogor, Majalengka, Kapuas, Kutai Barat, Barito Utara, Bantul, Gunung Kidul, Pacitan, Kupang dan Rote Ndao.

Kecamatan Cerdas Berprestasi untuk Rote Barat

Seperti yang dikatakan Kristanto kepada Jayakarta News, dalam acara virtual media gathering & workshop “Membangun Sinergitas, Membangun Pendidikan Indonesia” pada 24 Juni2021, hal yang paling urgent di dunia pendidikan Indonesia adalah Pendidikan yang berkeadilan. “Apalagi untuk daerah tertinggal. Saya ingin bahwa pendidikan di Indonesia itu berkeadilan. Saya miris dan sedih, prihatin ketika melihat pendidikan di daerah 4 T. Mereka jauh dari akses pendidikan yang ideal, yang baik,” ujar Kristanto.

Dia sangat menekankan tentang pendidikan yang berkeadilan itu. “Sebab itu, Astra melalui YPA-MDR mempunyai tugas yang berat untuk membangun pendidikan di Indonesia. Apalagi di daerah 4 T.”

Kristanto, Sekretaris Pengurus YPA-MDR (2014-2021)

Membangun pendidikan di daerah pinggiran itu, katanya, tidak mudah. “Itu tugas yang sangat berat. Tetapi itu tantangan buat kami. Saya pikir saya setuju dengan konsep Nawacita-nya Pak Jokowi. Membangunlah dari pinggir. Itu benar,” ujar Kristanto lagi.

Melalui YPA-MDR ini lah, banyak program dijalankan untuk mewujudkan cita-cita membangun pendidikan di Indonesia. Seperti Kecamatan Cerdas Berprestasi. Program ini ditujukan untuk Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.

Rote Ndao yang letaknya terselatan di Wilayah Indonesia, termasuk daerah 4 T.  Diakui Kristanto, ketika dia mengadakan survey di NTT, ditemuilah banyak anak usia SMP belum bisa membaca dengan baik dan menulis dengan baik. “Ini masalah besar untuk dunia pendidikan kita,” katanya lagi.

Karena itu, kerinduan Kristanto melalui YPA-MDR untuk Rote Barat dituangkan dalam target yang ingin dicapai, yaitu bagaimana agar pendidikan di daerah terpinggirkan itu bisa menyamai pendidikan di Jawa. “Kami ingin mengangkat pendidikan di daerah tertinggal ini agar derajatnya, statusnya sama dengan yang di Jawa,” kata Kristanto lagi.

Karena itulah, YPA-MDR mengadakan program Kecamatan Cerdas Berprestasi ditujukan untuk Rote Barat. “Daerah-daerah terpinggirkan seperti  inilah yang menjadi perhatian kami sehinga dengan program kecamatan cerdas berprestasi ini,  munculah program Guru Muda Garda Depan,” ujar Kristanto.

Biasanya di satu kecamatan, hanya beberapa sekolah yang menjadi binaan YPA-MDR. “Itu pun hanya sekolah negeri,” ujar Kristanto. Tetapi untuk Kecamatan Rote Barat,  semua sekolah yang ada di kecamatan ini menjadi binaan YPA-MDR, sejak 2019. Ini merupakan perhatian khusus dari YPA-MDR untuk daerah 4T ini

Melalui program Kecamatan Cerdas Berpresati diharapkan dapat mewujudkan Sekolah Unggul dan mampu mencetak Sumber Daya Manusia  (SDM) berkualitas menuju masyarakat sejahtera di Rote Barat.  “Ini untuk membuktikan bahwa dengan cara-cara Astra untuk memajukan pendidikan, maka pendidikan di daerah ini bisa mencapai standart mutu pendidikan yang baik,” kata Kristanto lagi.

Guru Muda Garda Depan Cerdaskan Siswa di Rote Barat    

Untuk mencapai Kecamatan Cerdas-Berprestasi, maka dibangunlah program Guru Muda Garda Depan oleh YPA-MDR. Program ini menghadirkan guru-guru muda yang mempunyai semangat tinggi untuk memajukan pendidikan Indonesia khususnya di wilayah prasejahtera.  “Dengan kehadiran guru-guru muda ini diharapkan menghasilkan peserta didik yang berkualitas dalam bidang akademik, berkarakter positif dan mempunyai kecakapan hidup serta melestarikan seni budaya daerahnya,” ujarnya.  

Maka pada Juli 2021, YPA-MDR mengirim 13 tenaga GMGD ke Rote Barat. Para guru muda ini adalah  hasil seleksi ketat dari sekitar 180 pelamar dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Ke-13 tenaga GMGD ini ditempatkan di 13 sekolah binaan yang ada Kecamatan Rote Barat yaitu 9 di Sekolah Dasar dan 4 di Sekolah Menengah Pertama. “Mereka bertugas selama satu tahun, sejak Juli 2021 hingga Juni 2022. Program ini merupakan salah satu upaya kami untuk  menjadikan Kecamatan Rote Barat menjadi  Kecamatan Cerdas – Berprestasi,” katanya lagi.

Pengiriman GMGD sebenarnya mulai berjalan pada tahun ajaran 2019/2020. Namun saat itu semua tenaga pendidik ditarik dan dipulangkan ke daerah masing-masing akibat pandemi Covid-19. “Tetapi mereka tetap melakukan tugasnya secara online hingga Juni 2020,” ujarnya.  

Jadi, GMGD yang dikirim pada Juli 2021 itu adalah  yang kedua kalinya. Target yang ingin dicapai melalui guru muda ini, kata Kristanto “Tentu saja melanjutkan program yang belum tercapai karena pandemi itu sehingga menjadi kendala. Tetapi tujuan besar dari program itu sendiri adalah Kecamatan Cerdas Berprestasi, disitulah kita memiliki target-targetnya baik akademis, karakter, life skill, seni budaya. Intinya kita ingin mengangkat pendidikan di daerah tertinggal ini derajatnya, statusnya sama dengan yang di Jawa,” paparnya lagi.

Murid Seas sudah berani tampil di depan kelas (Foto Istimewa)

Karena itu, tentu saja  ini tugas berat dari para guru muda ini.  Mereka harus menjadi bagian untuk mempercepat status di Rote Barat  setara dengan yang di Jawa. “Ini tugas berat kami tapi ini tantangan yang ingin dicapai utk membangun sebuah pendidikan di indonesia, khususnya di daerah 4 T.”

Tahun 2023, kata Kristanto,  harus dicapai sekolah unggulan di daerah itu. Karena itu, para guru muda ini harus mempunyai cara-cara mereka sendiri untuk memberikan kontribusi bagi pendidikan Indonesia. “Kami ingin agar guru-guru muda ini juga menjadi kebanggaan nasional melalui cara-cara mereka memberikan kontribusi pendidikan di Indonesia. Membangun pendidikan di Indonesia itu seperti apa sih? Saya justru ingin mereka menjadi kebanggaan bangsanya melalui peran mereka, menjadi kebanggan negaranya melalui pembangunan pendidikan di Indonesia,” tandas  Kristanto.  

Dari ke-13 GMGD yang dikirim ke Rote Barat,  salah satunya adalah Syukeyath Da Trus Pandong, S.Pd. Guru muda ini berusia 23 tahun. Dia ditempatkan di SD Negeri Manggis, yang terletak di Dusun Manggis, Desa Oenitas, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.  Masa tugasnya, satu tahun, sejak Juli 2021 hingga Juni 2022. Guru yang akrab dipanggil Ibu Seas ini mengajar di kelas 4.

Seas dan dua siswanya yang mengikuti lomba cipta baca puisi di Bulan Kemerdekaan (Foto:Istimewa)

Sebagai GMGD di SDN Manggis, ia berperan menjadi mitra sekolah, pendamping, inisiator, agent ganda dan fasilitator di sekolah itu.  Dan, SDN Manggis adalah sekolah binaan YPA-MDR, maka semua guru dan murid di sekolah ini menjadi  binaan YPA-MDR.

Dalam masa tugasnya yang baru beberapa bulan ini, tak habisnya Seas bersyukur. Ia kerap mengucapkan “Puji Tuhan”, ketika beberapa kali berbincang dengan Jayakarta News melalui telpon WhatsApp, September 2021,  mengenai apa saja yang diterapkannya dalam mendidik terhadap murid-muridnya.

“Menjadi tenaga GMGD di daerah pra sejahtera dari YPA-MDR, Saya pribadi merasa bersyukur bisa mendapat kesempatan ini. Saya jadi punya banyak  pengalaman  mengajar, mendapat banyak ilmu dan juga melatih mental juang saya sendiri.  Selain itu, saya juga ingin menjadi bagian untuk memajukan pendidikan anak-anak  di daerah prasejahtera,” ujar Seas.

Ada banyak pengalaman  berkesan  walau baru bebeapa bulan menjalankan perannya itu. Misalnya ketika salah satu anak didiknya sudah bisa mengenal huruf. “Karena awalnya dia memang sangat sulit untuk mengenal huruf padahal sudah kelas 4. Saya senang sekali. Puji Tuhan, sekarang dia sudah bisa membaca setidaknya satu paragraf.  Karena memang tantangan terberat adalah ketika murid belum bisa membaca dan kemampuan literasinya masih kurang. Selain itu,  ada siswa-siswa yang sudah berani tampil di depan umum, padahal siswa itu awalnya sangatlah  pemalu.  Bicara dengan saya saja, dia hanya bisik-bisik,” kisah Seas.

Ada juga yang sudah berani ikut lomba baca puisi di Bulan Kemerdekaan. Walau tidak menang, kata Seas, yang penting mereka sudah berani tampil di depan umum dan menunjukkan kemampuannya. “Puji Tuhan, mereka mendapatkan penghargaan berupa piagam dan uang tunai,” ujar Sean senang.

Guru Keliling Demi Murid Tetap Belajar  

Dalam  masa pandemi, Seas juga tetap mengajar.  “Kami di sekolah melaksanakan GULING (guru keliling) disaat masa belajar dari rumah (BDR). Saya yang mengunjungi siswa dari rumah ke rumah untuk mengajar karena mereka kan tidak bisa belajar di sekolah,” ujarnya lagi.  

Menurut Seas, guru keliling dilakukan juga karena daerah domisili dari peserta didik masih susah sinyal.  “Selain itu, banyak orang tua yang memiliki HP namun bukan android. Ada hp android tapi tidak punya WA. Ada WA tapi kesulitan mengisi pulsa data. Ada pulsa data namun susah sinyal. Maka setelah rapat di sekolah, diputuskanlah  guling menjadi cara yang paling efektif  dilakukan agar murid tetap belajar,” papar Seas.

Saat menjalankan guling, Seas akan berkeliling ke masing-masing  rumah siswa untuk membagikan tugas dan materi pembelajaran. Dia juga membagikan buku cetak sebagi sumber belajar dan juga penuntun saat mengerjakan tugas yang diberikan. Seas mengajar hampir semua mata pelajaran, kecuali Agama dan PJOK. “Ada guru khusus untuk agama dan pjok.”

Dengan jumlah murid 22, Seas membagi tempat pertemuan berdasarkan tempat tinggal murid yang saling berdekatan.  Seperti di Lenaoen adalah daerah paling jauh. Di Lenaoen ada 4 murid yang bisa belajar.  Kurang lebih 5-6 kilo perjalanan dari tempat  tinggal Seas di Desa Nemberala, Kecamatan Rote Barat dengan jalanan yang tidak beraspal.

Seas saat melakukan Guling atau Guru Keliling (Foto:istimewa)

Tempat pertemuan lainnya, di Manggis, ada 10 siswa. Wilayah ini dekat sekolah. Rumah siswa disini berdekatan. Jarak  yang paling jauh kurang lebih 700-800 meter.  Titik pertemuan berikutnya di Maambota, ada 8 siswa. Jaraknya juga lumayan dekat dengan sekolah. “Sekitar 400-500 meter, baru bisa mendapat rumah siswa,” ujar Seas.  Dalam kegiatan itu, Seas menggunakan motor yang memang disiapkan YPA-MDR untuknya.

Pembentukan karakter siswa  juga menjadi tantangan bagi Seas. “Tapi ini justru menjadi motivasi saya untuk mendidik mereka. Program YPA-MDR meliputi 4 hal yaitu Karakter, Akademis, Seni Budaya dan Kecakapan Hidup. Ini semua memotivasi saya mendidik dengan baik dan benar.”

Seas juga bekerja sama dengan orang tua murid dalam mendidik siswanya. Khususnya ketika menjalankan program Guling yang berakhir di awal September.  Ketika masa belajar dari rumah atau guru keliling,  kata Seas jika ada peserta didik yang tidak mengerjakan tugas, misalnya ada siswa tidak menyelesaikan tugas ketika dia datang, maka Seas akan bicara dengan orang tuanya jika hal itu sudah berulang kali dilakukan muridnya.  

“Saya ingatkan orang tuanya, misalnya, setiap kali kesana, ada siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan.  Nah jalan keluarnya adalah saya sempatkan  bicara dengan orang tuanya, kami  duduk sama-sama. Saya, orang tua dan anaknya.”

Seas akan bicara langsung ke orang tua murid dan didengar oleh anaknya. Lalu mereka membuat perjanjian bersama.   “Saya kasih tau, bapa mama anaknya tiap kali saya datang tugasnya tidak dikerjakan dan  jika dia tidak mengerjakan tugas lagi maka nilainya akan saya potong.  Saya mengucapkan perjanjian itu di depan orang tua dan anaknya juga. Jadi semisalnya nanti nilai anaknya kurang, orang tuanya sudah tau karena anaknya tidak mengerjakan tugas.”

Seas dan muridnya belajar dari rumah (Foto:Istimewa)

Apa yang dilakukan membuahkan hasil yang baik. “Nah Puji Tuhan, mungkin dengan perjanjian itu, orang tua menekankan anaknya untuk rajin mengerjakan tugas dan lain sebagainya. Begitu saya kembali lagi, eh… tugas-tugasnya sudah dikerjakan semua. Puji Tuhan, itu suatu kemajuan yang luar biasa. Jadi baik orang tua maupun anak merasa bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan guru.”  

Ada juga misalnya siswa tidak ada di rumah ketika melaksanakan guru keliling, maka Seas akan berpesan ke orang tua agar anaknya dijaga  saat dia akan hadir untuk  bisa ikut belajar. “Ketika kita bekerjasama  dengan orang tua, syukurnya orang tua peserta didik saya itu mendukung.  Jadi ketika saya datang lagi, anaknya sudah ada. Jadi selama belajar dari rumah atau BDR, orang tua turut bekerja sama supaya mengatur anak-anaknya mengrjakan tugas, juga memandu anaknya dan mengontrol anaknya untuk tetap mengikuti pelajaran walaupn masih masa BDR. Saya berusaha agar pendidikan yang saya terapkan lebih kepada pengembangan karakter,” papar Seas.

Karena itu,  Seas berharap agar YPA-MPR bisa terus ada dan bergerak dengan program-program yang inovatif dan terdepan demi memajukan pendidikan Indonesia di daerah pra sejahtera.*** (Melva Tobing)  

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *