Connect with us

Feature

Kisah Syukeyath dan Arvenry, Guru Binaan YPA-MDR di SD Negeri Manggis Rote Barat

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Perempuan muda itu bernama lengkap Syukeyath Da Trus Pandong, S.Pd. Sehari-hari dia dipanggil dengan sapaan, Ibu Seas. Dia adalah salah satu dari 13 tenaga Guru Muda Garda Depan yang ditempatkan bertugas di Kecamatan Rote Barat oleh Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim (YPA-MDR) sejak Juli 2021.

Seas mengajar murid kelas 4 di SD NEGERI MANGGIS yang terletak di Dusun Manggis, Desa Oenitas, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.  Masa tugasnya, satu tahun. Artinya, dia akan ada di SD Negeri Manggis hingga Juni 2022 di bawah naungan YPA-MDR.

Dalam masa tugasnya yang baru beberapa bulan ini, tak habisnya Seas bersyukur. Ia kerap mengucapkan “Puji Tuhan”, ketika beberapa kali berbincang dengan Jayakarta News melalui telpon WhatsApp, September 2021,  mengenai apa saja yang dilakukan terhadap murid-muridnya.

Gedung Sekolah SDN Manggis, Rote Barat, Rote Ndao, NTT atas dukungan YPA-MDR. Di depan tiap kelas disiapkan wastafel (Foto: Istimewa)

Begitu juga dengan Arvenry Pegriandi Ndun, S.Pd.,Gr. Guru yang mengajar di kelas 5 ini akrab disapa dengan panggilan Pak Egi. Ketika berbincang dengan Jayakarta News, juga melalui telpon WhatsApp, dia sangat bersyukur menjadi guru binaan YPA-MDR. Egi juga mengajar di SD Negeri Manggis sejak 2019.  

SD Negeri Manggis, adalah salah satu dari 13 sekolah yang ada di Kecamatan Rote Barat  di bawah binaan YPA-MDR sejak 2018. Bagi sekolah yang menjadi binaan YPA-MDR, itu artinya, guru dan siswa di sekolah itu semua adalah binaan YPA-MDR.  

Pendidikan di Daerah Prasejahtera

YPA-MDR (Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim) adalah yayasan yang secara khusus didirikan dan dimiliki oleh PT Astra International Tbk. Berdiri sejak tahun 2009, YPA-MDR merupakan pelaksana kontribusi sosial berkelanjutan bidang pendidikan dengan membina sasaran sekolah-sekolah di daerah prasejahtera atau 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) di Indonesia dan menjadi wujud dari pilar Astra untuk Indonesia Cerdas.  

Murid belajar disiplin dan kebersihan (Foto:Istimewa)

Visi, misi dan goal YPA-MDR adalah menjadi lembaga yang mewujudkan Sekolah Unggul di daerah prasejahtera dan yang mampu mencetak Sumber Daya Manusia  (SDM) berkualitas sebagai agent of change menuju masyarakat sejahtera.  Pola pembinaan yang dilakukan berdasarkan 4 Pilar, yang meliputi Pilar Akademis, Pilar Karakter, Pilar Kecakapan Hidup dan Pilar Seni Budaya. Selain itu, YPA-MDR juga memberikan bantuan berupa sarana prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Menurut Ketua Pengurus YPA-MDR Herawati Prasetyo, hingga saat ini YPA-MDR telah membina 110 sekolah (jenjang SD, SMP dan SMK/SMA) yang tersebar di 13 kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Serang, Tangerang, Bogor, Majalengka, Kapuas, Kutai Barat, Barito Utara, Bantul, Gunung Kidul, Pacitan, Kupang dan Rote Ndao.

Dengan rincian jumlah sekolah binaan SD 81 sekolah, SMP  20 sekolah dan SMK/SMA 9 sekolah. Dari 110 sekolah binaan termasuk didalamnya ada 1600 guru binaan dan hampir 24 ribu siswa binaan. 

Dari 13 Kabupaten ini ada satu kecamatan yang menjadi perhatian khusus YPA-MDR, yaitu Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Kecamatan ini masuk dalam  program  Kecamatan Cerdas – Berprestasi serta akselerasi sekolah unggulan. “Rote Barat menjadi program khusus bagi kami,” ujar Herawati.  

Rote Barat Kecamatan Cerdas-Berprestasi

Di Rote Barat banyak anak usia SMP masih sulit membaca dan berhitung. Hal ini diketahui dari hasil survey YPA-MDR saat mencari sekolah-sekolah sasaran. Masuknya Rote Barat menjadi perhatian, maka sasaran tidak lagi hanya wilayah 3 T, tetapi menjadi 4 T (Terdepan, Tertinggal, Terluar, Terdalam).  Seperti diketahui, Kabupaten Rote Ndao adalah daerah terselatan di wilayah Indonesia dan sangat tepat untuk menjadi perhatian YPA-MDR.

Menurut Sekretaris Pengurus YPA-MDR (periode hingga pertengahan 2021) Kristanto, dari hasil survey di Kabupaten Rote Ndao, diketahui  banyak siswa yang harusnya telah bisa membaca dan menulis, namun mereka tidak bisa melakukannya dengan baik. “Di daerah NTT, ternyata anak SMP tidak bisa membaca dengan baik, tidak bisa berhitung dengan baik. Nah ini persoalan besar tentang dunia pendidikan. Daerah-daerah terpinggirkan seperti  inilah yang menjadi perhatian kami sehinga munculah program Guru Muda Garda Depan,” ujar Kristanto.

Biasanya di satu kecamatan, hanya beberapa sekolah yang menjadi binaan YPA-MDR. “Itu pun hanya sekolah negeri,” ujar Kristanto. Tetapi untuk Kecamatan Rote Barat,  semua sekolah yang ada di kecamatan ini menjadi binaan YPA-MDR, sejak 2019. Ini merupakan perhatian khusus dari YPA-MDR.

Untuk mewujudkan Sekolah Unggul dan mampu mencetak Sumber Daya Manusia  (SDM) berkualitas menuju masyarakat sejahtera di Rote Barat, YPA-MDR memberikan perhatian khusus, yaitu menjadikan Rote Barat sebagai  Kecamatan Cerdas – Berprestasi.   “Ini untuk membuktikan bahwa dengan cara-cara Astra untuk memajukan pendidikan, maka pendidikan di daerah ini bisa mencapai standart mutu pendidikan yang baik,” kata Kristanto lagi.

Untuk mencapai tujuan itu YPA-MDR melakukan Program Guru Muda Garda Depan (GMGD). Program ini menghadirkan guru-guru muda yang mempunyai semangat tinggi untuk memajukan pendidikan Indonesia khususnya di wilayah prasejahtera.  “Dengan kehadiran guru-guru muda ini diharapkan menghasilkan peserta didik yang berkualitas dalam bidang akademik, berkarakter positif dan mempunyai kecakapan hidup serta melestarikan seni budaya daerahnya,” ujarnya.  

Ruang Kelas yang Nyaman

Maka pada Juli 2021, YPA-MDR mengirim 13 tenaga GMGD ke Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao. Para guru muda yang memiliki “panggilan” luar biasa untuk mengabdi ini, adalah  hasil seleksi ketat sekitar 180 pelamar dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Menurut Herawati, tujuan pengiriman 13 tenaga GMGD ini adalah untuk mendukung proses akselerasi yang difokuskan untuk memajukan pendidikan masyarakat di Rote Ndao. Ke-13 tenaga GMGD ini ditempatkan di 13 sekolah binaan yang ada Kecamatan Rote Barat yaitu 9 di Sekolah Dasar dan 4 di Sekolah Menengah Pertama. “Mereka bertugas selama satu tahun, sejak Juli 2021 hingga Juni 2022. Program ini merupakan salah satu upaya kami untuk  menjadikan Kecamatan Rote Barat menjadi  Kecamatan Cerdas – Berprestasi,” katanya lagi.

Pengiriman GMGD sebenarnya mulai berjalan pada tahun ajaran 2019/2020. Namun saat itu, kata Herawati,  semua tenaga pendidik ditarik dan dipulangkan ke daerah masing-masing akibat pandemi Covid-19. “Tetapi mereka tetap melakukan tugasnya secara online hingga Juni 2020,” ujarnya.  

Sebagai tenaga penggerak juga agen pembaharu, GMGD diharapkan mampu melakukan perubahan positif dalam berbagai bidang. GMGD diharapkan juga  dapat mendorong dan mengawal sekolah-sekolah sasaran di Rote Barat sehingga mampu meningkatkan kualitas secara cepat. “Diharapkan pada tahun 2023 nanti semua sekolah ini sudah menjadi sekolah yang unggul,” kata Herawati.   

Para siswa belajar tampil di depan kelas kelas 4 (Foto:istimewa)

Dari ke-13 GMGD yang dikirim ke Rote Barat,  salah satunya adalah Syukeyath Da Trus Pandong, S.Pd. Dialah  Seas yang ditempatkan di SD Negeri Manggis. Ia berperan sebagai mitra sekolah, pendamping, inisiator, agent ganda dan fasilitator di sekolah itu.  Sebagai sekolah binaan, maka semua guru dan murid di SD Negeri Manggis menjadi  binaan YPA-MDR. Salah satu guru binaan adalah Arvenry Pegriandi Ndun, S.Pd.,Gr. Dialah Egi, menjadi guru binaan sejak 2019.

Keduanya, Seas dan Egi, sangat bersyukur mendapatkan  kesempatan menjadi tenaga pendidik binaan YPA-MDR. Mereka memang memiliki pengalaman waktu mengajar yang sangat berbeda tetapi keduanya merasakan kemajuan demi kemajuan sebagai guru dan pendidik.

Seas bersama siswa membuat poster hemat energi (Foto:Istimewa)

“Saya  sangat bersyukur karena mempunyai  banyak pengalaman mengajar, mendapat banyak ilmu dan juga melatih mental juang saya sendiri,” ujar Seas yang berusia 23 tahun ini.  

Egi pun demikian. “Saya secara pribadi sangat bersyukur kepada Tuhan karena begitu baik dengan menghadirkan YPA-MDR untuk menyejahterakan daerah kami terkhusus bidang pendidikan di seluruh sekolah di Kecamatan Rote Barat,” papar Egi yang berusia 27 tahun ini.  

Rasa syukur itu diwujudkan dengan tanggung jawab yang besar, misalnya di masa pandemi. Ketika murid tidak bisa datang ke sekolah untuk belajar, maka para guru ini lah yang mendatangi muridnya untuk memberikan pelajaran. Kegiatan ini mereka sebut, Guling atau Guru Keliling. 

Egi saat melakukan guru keliling ke rumah siswa (Foto:Istimewa)

Guru Keliling Cerdaskan Murid

Mendengar kata Guling, seolah pikiran melayang ke “teman tidur” yang membuat nyaman terlelap.  Guling  bagi Seas dan Egi bukanlah alat bantu menjadikan mereka terlelap. Tetapi justru membuat mereka semakin semangat menggapai cita-cita mencerdaskan para siswa.

Guling dilakukan semua guru di SD Negeri Manggis. Mereka berkeliling untuk mengajar murid-muridnya di masa pandemi atau akrabnya mereka sebut, di semasa BDR (Belajar Dari Rumah).  “Kami berkeliling  ke rumah murid, mendatangi mereka untuk belajar. Karena tidak bisa melakukan pembelajaran di sekolah (kelas) maka pembelajaran dilakukan di rumah masing-masing,” tutur Seas.

Seas saat melakukan guru keliling ke rumah murid (Foto:Istimewa)

Menurut Seas, guru keliling dilakukan juga karena daerah domisili dari peserta didik masih susah sinyal.  “Selain itu, banyak orang tua yang memiliki HP namun bukan android. Ada hp android tapi tidak punya WA. Ada WA tapi kesulitan mengisi pulsa data. Ada pulsa data namun susah sinyal. Maka setelah rapat di sekolah, diputuskanlah  guling menjadi cara yang paling efektif  dilakukan agar murid tetap belajar,” papar Seas.

Saat menjalankan guling, Seas akan berkeliling ke masing-masing  rumah siswa untuk membagikan tugas dan materi pembelajaran. Dia juga membagikan buku cetak sebagi sumber belajar dan juga penuntun saat mengerjakan tugas yang diberikan. Seas mengajar hampir semua matapelajaran, kecuali Agama dan PJOK. “Ada guru khusus untuk agama dan pjok,” ucap Seas.  

Dengan jumlah murid 22, Seas membagi tempat pertemuan berdasarkan tempat tinggal murid yang saling berdekatan.  Lenaoen adalah daerah paling jauh. Di Lenaoen ada 4 murid yang bisa belajar.  Kurang lebih 5-6 kilo perjalanan dari tempat  tinggal Seas di Desa Nemberala, Kecamatan Rote Barat dengan jalanan yang tidak beraspal.

Murid kelas 4, siap belajar di rumah dalam kegiatan Guru Keliling (Foto:Istimewa)

Di daerah Manggis ada 10 siswa. Wilayah ini dekat sekolah. Rumah siswa disini berdekatan. Jarak yang paling jauh kurang lebih 700-800 meter.  Titik pertemuan berikutnya di Maambota, ada 8 siswa. Jaraknya juga lumayan dekat dengan sekolah. “Sekitar 400-500 meter, baru bisa mendapat rumah siswa,” ujar Seas. Untuk kegiatan itu, Seas menggunakan motor yang memang disiapkan YPA-MDR.

Belajar di luar kelas. (Foto sebelum pandemi)

Ada banyak hal yang patut disyukurinya sebagai GMGD. Namun yang paling berkesan adalah ketika salah satu anak didiknya bisa mengenal huruf. “Karena awalnya dia memang sangat sulit untuk mengenal huruf padahal sudah kelas 4. Puji Tuhan, sekarang dia sudah bisa membaca setidaknya satu paragraf,” kisah Seas. Karena memang tantangan terberat adalah ketika murid belum bisa membaca dan kemampuan literasinya masih kurang.

Seas juga bersukacita ketika ada siswanya yang sudah berani tampil di depan umum. “Padahal siswa itu awalnya sangat pemalu, bicara dengan saya saja hanya bisik-bisik,” kata Seas dengan nada senang.   

Pembentukan karakter siswa  juga menjadi tantangan bagi Seas. “Tapi ini justru menjadi motivasi saya untuk mendidik mereka.”

Bagi Egi, dengan jumlah 17 murid, ada tiga titik pertemuan sesuai tempat tinggal siswa. “Yang berdekatan, bisa jadi satu titik. Tiap titik biasanya kumpul 5-6 orang,” ujar ayah dari dua anak ini yang tinggal di Kelurahan Busalangga, Kecamatan Rote Barat Laut, Kabupaten Rote Ndao, Prov. NTT. 

Jarak rumah ke setiap titik pertemuan  berbeda.  Ada yang 22 kilo, ini titik terdekat dengan sekolah.  Ada 23 kilo, titik yang jaraknya 1 kilo dari sekolah dan 27 kilo, titik terjauh dari sekolah.

Cukup banyak pengalaman menarik bagi Egi saat berkeliling. “Misalnya, saat ke rumah siswa,  ada yang tidak di rumah. Jadi saya harus pergi mencarinya dulu untuk bisa belajar,” ujarnya sambil tertawa.

Tetapi kegiatan guru keliling, kata Egi,  justru menjadikan murid dan guru semakin dekat. “Juga  antara orang tua siswa dan guru semakin dekat,” katanya lagi.

Namun, sejak awal September 2021, kegiatan guru keliling telah berhenti karena sekolah sudah bisa dilakukan dengan tatap muka.

Egi bersama muridnya belajar di luar kelas (Foto:Istimewa)

Sebagai guru kelas lima, dalam kegiatan mengajar,  Egi mengisahkan ada begitu banyak hal yang terjadi. Misalnya, di ruang kelas,  ia sering mengawali kegiatan belajar mengajar dengan bermain kuis dan permainan  yang berkaitan dengan materi belajar. “Siapa yang berhasil mengerjakan kuis akan diberikan hadiah. Hal itu dimaksudkan agar murid merasa senang dan termotivasi untuk memulai pembelajaran.”

Program yang Sangat Dibutuhkan

Banyak hal yang sangat berkesan bagi Egi bersama  para muridnya. “Terlihat perubahan karakter yang semakin baik, misalnya memberikan salam kepada guru yang mereka jumpai.  Ada peningkatan akademis,  mereka semangat untuk belajar. Mereka juga semakin berani dan masih banyak hal positif  yang terlihat dari  para murid,” paparnya.

Ruang Sanggar untuk kegiatan seni budaya dan latihan menenun atau kegiatan seni lainnya. Terbuat dari dari kayu dan atapnya memakai jerami. (Foto:Istimewa)

Dalam hal mengajar, ada begitu banyak hal positif  yang dia peroleh dari Program YPA-MDR, karena memperkenalkan  cara mengajar yang menarik dan memberikan banyak Media Pembelajaran yang menarik. “Hal mengajar paling berkesan adalah satu metode belajar matematika  yang diistilakan dengan Matematika GASING (GAmpang, aSyIk, menyenaNGkan) yang menerapkan pembelajaran matematika yang  menggunakan cara-cara berbeda seperti  yang kami  ajarkan sehingga sangat berkesan bagi saya dan juga bagi teman-teman  guru  yang  lain.”

Bagi Egi, YPA-MDR  menawarkan  Program yang sangat  dibutuhkan dan bisa meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya. Program YPA-MDR meliputi 4 hal yaitu Karakter, Akademis, Seni Budaya, Kecakapan Hidup dan bisa dicapai dalam waktu 5 tahun pembinaan. Ini sangat membantu dan juga menghadirkan pemikiran baru bahwa Pendidikan bukan saja berkaitan dengan Pengetahuan (akademis), namun lebih kompleks dari itu.

Para guru di Kecamatan Rote Barat berlatih menenun (kearifan lokal setempat) untuk diajarkan kepada para siswanya. (Foto:Istimewa)

“Ada karakter, baik yang perlu di bentuk dan dibudayakan dalam keseharian kami di sekolah bahkan terbawa sampai akitvitas lainnya. Ada Seni Budaya yang juga dikebangkan dengan didasari pemikiran bahwa kehidupan kita tidak pernah terlepas dari seni budaya, dan ada program Kecakapan Hidup yang menyiapkan warga sekolah untuk memiliki kemampuan dan bekal yang baik untuk menghadapi kehidupan saat ini dan masa mendatang. Sangat mulia, dan saya sangat termotivasi untuk mengikuti semua program dari YPA-MDR dengan sebaik-baiknya dalam jangka waktu pembinaan yaitu 5 tahun agar bisa memajukan  pendidikan  di sekolah kami,” ujarnya.

Para murid juga diajarkan untuk mencintai kearifan lokal di tempatnya. Untuk itu, mulai September ini, kata Egi, murid kelas 4 dan 5 akan diajarkan menenun selimut motif  Rote.

Egi mengakui bahwa pogram YPA-MDR sangat dibutuhkan di tempatnya dan juga bagi guru-guru, bukan hanya di Kecamatan Rote Barat, tetapi juga bisa meluas hingga Kabupaten Rote Ndao. “Saya sangat berharap rogram yang mulia ini tentunya bisa terus dikembangkan untuk semua sekolah di Kabupaten Rote Ndao. Karena saat ini, YPA-MDR masih berfokus pada Sekolah di Kecamatan Rote Barat,” harap Egi.

Senada dengan Egi, Seas pun berharap agar YPA-MDR bisa terus ada dan bergerak dengan program-program  yang inovatif dan terdepan. Semuanya itu, kata Seas, demi memajukan pendidikan di daerah pra sejahtera. Seperti di tempatnya mengajar saat ini sebagai GMGD di Kecamatan Rote Barat. Semoga. ***  (Melva Tobing)

 

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *