Connect with us

Entertainment

‘Aku Tahu Kapan Kamu Mati’, Desa Bunuh Diri Remetuk

Published

on

(foto Unlimited)

JAYAKARTA NEWS— Bunuh diri dalam agama apa pun dilarang. Belakangan, karena putus asa dan melihat masa depan suram, banyak penduduk melakukan tindakan bunuh diri.
Desa Remetuk yang kental tradisi kejawennya hampir seluruh warganya mengalami beberapa kejadian misterius. Hampir tiap hari ditemukan penduduk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri: mengikat dan menggantung lehernya dengan tali.

Siena, gadis kota, terpanggil membantu warga desa. Siena memiliki kemampuan melihat tanda-tanda kematian seseorang.

Semula ia kuat mental. Kematian teman-temannya satu persatu menghantuinya.
Lalu ia mencari bantuan psikiater.

“Isu kesehatan mental dan bunuh diri sangat penting dan related. Dulu kala, ini tabu dan sensitif. Tapi ini paling penting dan harus diungkapkan musabab dan solusinya,” tutur sutradara Anggy Umbara yang membuat film bergenre horor berjudul ‘Aku Tahu Kapan Kamu Mati – Desa Bunuh Diri’ (ATKKM) yang tayang gala di bioskop baru Cinepolis, Senayan Spark, Jakarta, baru-baru ini.

Produksi Unlimited dan Umbara Brothers yang seluruhnya syuting di Bali ini dari segi cerita memang menyeramkan. Juga visualisasi gambar dan iringan musik menambah unsur ketegangan. Darah dan darah mengalir deras.

ATKKM disesaki sederet artis terkenal yaitu Natasha Wilona, Acha Septriasa, Marsha Aruan, Ratu Felisha, Giulio Parengkuan, Otig Pakis, Pritt Timothy, Jajang C Noer, Nadya Alma, Ence Bagus dll.

Acha Septriasa yang kini bermukim di Australia mengaku di era kiwari banyak orang mengalami depresi yang mengakhiri hidupnya dengan tindakan bunuh diri. “Ini membahayakan orang lain. Makanya saya mau mengambil peran psikiater dalam film ini,” ungkap Acha.

Sebaliknya, Natasha Wilona yang di ATKKM rambutnya dicat biru dan awut-awutan ini selama syuting suaranya serak dan berat.

“Ini memang yang diinginkan sutradara. Tapi juga kurang tidur,” aku Nathasa.

Baru kali ini, Natasha melihat kejadian-kejadian aneh dan misterius di hadapannya.
“Di satu adegan, teman saya melukai tangannya dengan pisau sehingga darah mengalir dimana-mana. Dan pas adegan pemakaman yang dipenuhi doa-doa dalam bahasa Jawa dan tarian ritual, di sekeliling tubuh yang membiru ditaruh bunga dan beras,” papar Natasha.

ATKKM Desa Bundir ini merupakan sekuel dari ATKKM yang dibuat sutradara Hadrah Daeng Ratu tahun 2000. Kala itu, Siena masih duduk di bangku SMA dan pernah mengalami mati suri.

“Film yang diakurasi LSF untuk 17 tahun ke atas ini memang sengaja dibuat untuk yang kuat jantung. Dan alhamdullilah, seluruh adegan ATKKM lolos sensor. Enggak ada yang dipotong,” timpal produser Oswin Bonifanz. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *