Connect with us

Kabar

Aceh 2020

Published

on

Oleh Said Achmad Kabiru Rafiie, SE, MBA Dosen Universitas Teuku Umar

Ada kerinduan akan hadirnya sosok Prof. Dr Ibrahim Hasan, MBA yang memadukan antara pembangunan daerah dan harmonisasi politik dengan pusat. Hal ini sangat beralasan dengan kondisi Aceh saat ini yang memerlukan sentuhan inovasi dan terobosan dalam pembagunan namun disisi lain menjaga keharmonisan dengan pemerintah pusat sehingga memastikan keberlanjutan pembangunan.

Aceh sebuah daerah di Indonesia yang memiliki secara yang kompleks dari segi semua cerita, namun demikian, cita-cita menjadikan Aceh sebagai kota yang aman, makmur dan sejahtera masih belum sepenuhnya terwujud. Untuk itu, kita perlu menoleh ke belakang dan melihat kembali capain dan strategi yang diterapkan oleh pemimpin kita dimasa lalu.

Program masa lalu yang ambisius namun tidak tendisius, seperti pembebasan rakit, jalan lingkar Aceh, normalisasi sungai Aceh, dan lainnya mencerminkan skala prioritas dari pemerintah yang secara terstruktur melaksanakan agenda pembangunan yang dilaksanakan secara terukur. Pada saat itu, Aceh belum memiliki kekayaan keuangan seperti saat ini, namun dengan perencanaan yang tepat dan srategi yang efektif, banyak pembangunan yang menjadi legenda hingga saat ini. 

Aceh, Kaya Tapi Merana

Aceh merupakan provinsi yang memiliki kekayaan alam yang melimpah seperti batubara, minyak bumi, gas, perkebunan, dan perikanan. Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Aceh mencapai Rp. 17 Triliun Lebih, dengan penduduk 4 juta jiwa.  Aceh banjir uang itulah kenyataannya, tapi rakyat merana. Walaupun Aceh kaya, penduduk Aceh merana, lihat saja angka kemiskinan di Aceh. Aceh yang menekankan hanya pada pertumbuhan ekonomi bukan pada pemerataan pembangunan akan mengakibatkan civil unrest, adanya rasa ketidakadilan.

Aceh tidak dapat dipisahkan dari Islam karena Aceh merupakan pintu masuknya islam di Nusantara. Menurut data para ahli sejarah islam (Reid, 1969; Aspinall, 2002) kerajaan Islam pertama telah berdiri di Samudera Pasai di abad ke-14. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh islam dalam kehidupan politik kerajaan sangat penting dalam melahirkan peraturan kepada rakyat. Islam sangat membenci kemiskinan dan mengajak umat islam untuk berusaha melepaskan diri dari kemiskinan.

Aceh 2020

Memasuki 2020 aceh harus mendesain ulang strategi untuk menjadi salah satu provinsi termakmur di pulau Sumatra.

1. Menghidupkan usaha ekonomi kreatif dengan melakukan investasi pemerintah daerah melalui pembukaan Badan Usaha Milik Daerah yang dikelola secara professional. Sebagai daerah yang kaya akan potensi sumber daya alam, untuk membuka 10 BUMD  baru sangat layak karena potensi-potensi daerah yang sangat luas dari sektor perkebunan, perikanan, kelautan, pariwisata dan lainnya.

2. Mengurangi gesekan politik di daerah yang akhirnya akan menguras energi untuk menyelesaikan persoalan politik sehingga terlupakan untuk memusatkan perhatian pada pembangunan ekonomi.

Pembangunan pusat ekonomi baru di daerah sehingga dapat mengerakkan perekonomian masyarakat, pemerintah perlu memikirkan bagaimana mengajak daerah tingkat II dan desa untuk mengunakan dana desa bagi kegiatan produktif sehingga memacu pertumbuhan ekonomi.

Contohlah Singapura, Kecil Tapi Gesit.

Tidak ada yang istimewa dengan Singapura ketika Negara tersebut merdeka 1965 baik dari segi sumber daya alam maupun dari segi luas wilayahnya. Tiga dekade kemudian dibawah kepemimpinan Lee Kuan Yew, Singapura menjelma menjadi sebuah Negara yang masyarakat paling global, Negara dengan peringkat kualitas hidup terbaik di Asia, pelabuhan tersibuk nomor 5 dunia, dan merupakan sentral keuangan di Asia. Sebuah keajaiban ekonomi dunia di kawasan Asia. Semua capain tersebut tidak terlepas dari sosok Lee Kuan Yew.

Bagaimana seorang Lee Kuan Yew menjalankan kepemimpinannya sehingga mampu membawa 5 juta penduduk Singapura sebagai Negara yang maju dan makmur walaupun miskin dengan sumber daya alam. Seorang pemimpin yang memiliki semangat tranformasi dijelaskan oleh Dalglish & Miller (2010) Leadership Understanding ITS Global Impact  adalah sebagai berikut

1. Pemimpin yang mampu memadukan antara kharisma, pengetahuan dan kerja keras sehingga dapat melahirkan nilai-nilai, ide, konsep dan gagasan yang mampu menjawab persoalan ditengah-tengah masyarakat. Lee Kuan Yew adalah seorang yang memiliki Kharisma, seorang yang cerdas, konseptor, dan juga seorang pekerja keras. Ketiga atribut tersebut dipadukan dalam kepemimpinannya selama memimpin Singapura sehingga mampu mengerakkan masyarakat untuk mencapai visi dan misi bersama.

2). Pemimpin yang mampu mewujudkan visi dan misinya dalam aksinya. Lee Kuan Yew, pemimpin yang tidak hanya berbicara mengenai konsep perubahan namun berkerja untuk mewujudkan perubahan tersebut. Aspek yang ke-3 sebagai pemimpin tranformasi adalah pemimpin yang memiliki nilai moral yang tinggi dalam menjaga amanah masyarakat. Pemimpin yang mampu menjadi teladan dalam sikap dan perilaku dan diteladani dalam melayani kepetingan masyarakat. Lee Kuan Yew ialah  pemimpin yang telah meletakan kepetingan masyarakat diatas kepetingan pribadinya.

Dalam train dari Siberia menuju Moscow, pemimpin Rusia, Lenin pernah berucap bahwa rasa kebangsaan harus dibangun diatas kepentingan pribadi. Hal ini mengharuskan pemimpin untuk menjadikan cita-cita nya didasari dengan semangat nasionalisme kepada bangsa nya.

Bagi kita di Aceh harus menyadari bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu upaya untuk merekat kebangsaan dan nasionalisme kecintaan kita sebagai sebuah bangsa dari Sabang sampai Merauke. Karena tidak ada pembangunan tanpa keharmonisan, dan sejarah kepemimpinan di Aceh telah diuji oleh sebuah ketulusan dan keikhlasan dalam membangun dengan semangat nasionalisme. inilah yang menjadi catatan Aceh 2020. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *