Kolom
Peta Pemimpin Muda Indonesia
Oleh Said Achmad Kabiru Rafiie, Dosen FISIP Universitas Teuku Umar
Kemunculan tokoh muda dalam perpolitikan bukan merupakan hal yang baru dalam sejarah Indonesia. Sultan Syahril diangkat menjadi perdana menteri termuda dalam sejarah Indonesia pada usia 36 tahun. Karakter kepemimpinan dan kemampuan diplomasi Sultan Syahril sangat tinggi sehingga pada masa kepemimpinannya Indonesia berhasil mendapat pengakuan kedaulatan dari pemerintah Belanda.
Di antara pemimpin dunia yang memimpin pada usia muda adalah John F Kennedy (JFK) diangkat menjadi presiden Amerika pada usia 43 tahun. Masa kepemimpinan JFK dianggap sebagai masa pencapain yang tinggi Amerika terutama di bidang Science, memulai program antariksa, kesetaraan ras dan perdamaian dunia. JFK juga dianggap tokoh penting dalam kesetaraan hak dan kesempatan mendapatkan pendidikan terutama kepada warga kulih hitam Amerika.
Kemunculan tokoh muda merupakan tersebut merupakan salah satu terobosan untuk memberikan pilihan kepada masyarakat. Berdasarkan data BPS 2018, jumlah penduduk millennial yang berusia 20-34 tahun sebanyak 23,95% dari 265 juta jiwa penduduk Indonesia. Kehadiran kepemimpinan millennial juga merupakan salah satu alternatif untuk mempercepat pembangunan di Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk membaca peta jalan kepemimpinan tokoh muda di Indonesia dan dalam konteks daerah di Provinsi Aceh, berikut tantangan dan peluangnya.
Kendala pertama kemunculan tokoh muda dan kepemimpinan muda ialah ketidakmampuan melahirkan kendaraan politik sendiri dan mandiri. Tokoh muda yang muncul di Indonesia tidak memiliki kendaraan politik atau partai politik yang kuat untuk mengmobilisasi massa akibatnya dibutuhkan kesadaran berpolitik bagi generasi millenial.
Politik berhubungan dengan mobilisasi massa untuk memilih kandidat tertentu. Perlu kita belajar dari sejarah, ketika Indonesia merdeka, tokoh muda Indonesia merupakan pimpinan partai politik besar termasuk Soekarno dan Sultan Syahril. Sehingga, perlu diperhatikan oleh tokoh muda perlu untuk mendirikan dan serius dalam mengurusi partai politik sebagai wahana dalam berkiprah dalam menuju kepemimpinan.
Kendala yang kedua,- Elektabilitas yang masih dipertanyakan . Dibalik publikasi tokoh muda di beberapa surat kabar dan media sosial. Perlu juga kita melihat elektabiltas tokoh muda dikalangan masyarakat awam (grassroots) terutama yang tinggal di perdesaan. Tokoh muda di kenal oleh masyarakat karena kiprah dan kontribusinya bagi masyarakat. Kemampuan untuk dikenal oleh berbagai kalangan dan kemampuan untuk berkontribusi kepada masyarakat merupakan kunci dari elektabilitas tokoh muda dimasa yang akan dating. Artinya dibutuhkan konsistensi dalam melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan.
Kendala ketiga adalah kemampuan menciptakan persepsi dan image pemimpin yang, berpikir global bertindak lokal. Menempuh pendidikan di barat bukan berarti kita melupakan karakter sebagai orang timur. Pemimpin muda harus mampu hadir untuk menjembati pemikiran global dengan karakter lokal. Kemampuan untuk hadir ke tengah-tengah masyarakat membutuhkan sebuah pendalaman bagi kaum millennial. kemampuan untuk mendengar kebutuhan masyarakat.
Kendala yang dihadapi oleh pemimpin muda dalam menjadi pemimpin adalah kepercayaan (trust) dari masyarakat. Ibarat seorang pilot, pemimpin muda masih memiliki jam terbang yang rendah dalam memahami masalah dan kompleksitas sosial. Track Record dalam kontribusinya kepada masyarakat akan dipertanyakan oleh para pemilih. Oleh karena itu, pemimpin muda perlu diberikan kesempatan untuk membuktikan karyanya dan berkontribusi kepada masyarakat.
Peluang yang Muda Presiden Joko Widodo menaruh perhatian besar bagi kaum millennial. Sebagai bukti keberpihakan kepada millennial, untuk pertama kalinya dalam sejarah Republik Indonesia, kementerian pendidikan dan kebudayaan dipimpin oleh kalangan millennial. Ini merupakan salah satu terobosan besar untuk memastikan pendidikan di Indonesia sesuai dengan kebutuhan pasar global di era distrubsi ini atau era revolusi 4.0.
Selain itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, Presiden Republik Indonesia, juga mengangkat 7 orang staf khusus presiden dari kalangan millennial yang bertujuan untuk membantu dan mengkomunikasikan program-program pemerintah dengan kalangan millennial.
Dengan perkembangan media sosial, kehadiran pemimpin muda yang membawa ide-ide baru dan terobosan baru dinantikan oleh masyarakat. Hal ini telah dilakukan oleh presiden Barack Obama dalam pemilihan presiden 2008 di Amerika Serikat. Kampanye presiden Obama yang mengunakan jejaring media sosial terbukti dapat menarik pemilih kalangan muda untuk memilih dirinya. Begitu juga dengan presiden John F Kennedy yang mengunakan media televisi dalam kampanyenya.
Pemimpin muda harus berani memberikan jawaban terhadap masalah-masakah sosial dan harus dekat dengan masyarakat melalui kegiatan sosial kemasyarakat. Untuk dikenal oleh masyarakat, pemimpin muda harus berbaur di tengah-tengah dan bersama masyarakat.
Yang ketiga yang dituntut dari lahirnya pemimpin muda Indonesia ialah harus mampu menjabarkan visi dan misinya secara tertulis. Barak Obama menulis buku harapan dari ayah sebelum mencalonkan diri sebagai presiden Amerika, dia menceritakan latar belakang keluarganya yang majemuk dan unik. Soekarno menulis buku tentang Indonesia mengugat untuk menjawab tuntutat mengapa Indonesia harus merdeka dari Belanda, begitu juga pemimpin Rusia, Vladimir Lenin menulis buku tentang manifesto komunis, Chairman Mao di Cina juga menulis buku tentang Manifesto Cina. Pemimpin besar lahir dari sebuah pemikiran besar terhadap masyarakatanya.
Tidak perlu menunggu 2024, sudah saatnya para millennial mempersiapkan diri untuk mengambil bagian dari sejarah bangsa Indonesia dalam melanjutkan cita-cita founding father Indonesia Ir. Soekarno, menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa maju yang memberikan sumbangan bagi peradaban umat manusia, tempat semua umat beragama dihargai dan suku bangsa menyatu dibawah payung Garuda Pancasila.***