Connect with us

Ekonomi & Bisnis

Stand Akik DTC Banyak yang Tutup

Published

on

Stand-stand batu permata dan akik di DTC yang sepi pembeli (foto: poedji)

Jayakarta News – Kehadiran para pedagang batu permata dan akik yang membuka stand di Darmo Trade Centre (DTC) Surabaya awalnya memang cukup strategis karena bisa meramaikan mall yang terletak di kawasan Wonokromo tersebut. Ada 30an stand yang ada saat itu (kira-kira lima tahunan yang lalu) dan berderet saling berhadapan dengan yang lain.

Bahkan pihak manajemen mall mem-back up kehadiran para pedagang dengan memberikan spanduk di hampir sudut mall yang bertuliskan “akik nusantara ada di DTC” ataupun melalui suara yang rutin disiarkan setiap menitnya.  Dengan info itulah para pengunjung DTC yang belanja keperluannya seperti baju atau barang lainnya “tergoda” dan juga singgah ke stand-stand akik untuk melihat-lihat, kalau cocok dilakukan bertransaksi.

Namun sejak setengah tahun yang lalu pemandangan pengunjung yang mendatangi stand akik mulai berkurang dan kalaupun ada lebih banyak penghobi dari batu mulia tersebut yang jumlahnya tidak begitu banyak. Keadaan ini diperparah lagi dengan lesunya ekonomi yang berimbas dengan kedatangan para pengunjung, jadilah semakin sepi calon pembeli mendatangi stand para pedagang akik.

Menurut beberapa pedagang yang ada di sana, mulanya mereka bertahan dan berharap akan kembali seperti kondisi semula yakni adanya banyak pengunjung berdatangan dan melakukan transaksi manakala ada permata atau akik yang cocok dengan hatinya.

Aba Kasturi, pedagang senior, kepada JN menyatakan kalau teman-temannya saat ini banyak yang mengeluh akan kondisi ini. Ia sendiri mengaku patungan dengan seorang rekannya sehingga untuk menyewa stand di DTC tidak begitu memberatkan dan masih bertahan hingga sekarang ini.

Suasana sepi di stand akik DTC. (foto; pedji)

Ia juga mengaku beruntung punya langganan yang sering datang ke standnya untuk melihat barang-barang baru. “Mereka rata-rata memang berduit dari para pengusaha atau pensiunan pejabat,” kartanya sembari menambahkan kalau perlu akan melakukan jemput bola yakni mendatangi langsung para pelanggannya sambil membawa barang yang diinginkan.

Apa yang diceritakan oleh Aba Kasturi intinya sama dengan penjelasan pedagang lain yakni sepinya pengunjung. Selain itu mereka juga harus mengeluarkan uang untuk sewa stand dan ditambah dengan biaya-biaya lain seperti listrik.

Kondisi inilah yang membuat stand-stand batu permata dan akik di DTC banyak yang tutup. Kalaupun ada yang masih buka itupun dengan catatan yakni pedagangnya harus punya bisnis lain sehingga bisa “menambal” kekurangan selama menjadi pedagang di DTC. Kemudian kalau ingin bertahan lebih lama menjual barangnya dengan pas-pasan.

Stand batu permata dan akik di DTC letaknya berada di lantai 4. Barang yang ditawarkan juga cukup bagus kualitasnya seperti untuk jenis permata ada jamrud, rubi, safir dan kalimaya. Sedasngkan untuk jenis akik ada bacan, pirus, garut dan lain-lain.

Stand akik sepi di DTC. (foto: poedji)

Dulu keberadaan mereka cukup dominan tapi sekarang mulai diisi dengan stand-stand lain seperti menjual baju, makanan minuman dan lain-lain. Dengan demikian menjadi campur baur dengan pedagang lain.

Bahkan dalam perjalanannya para pedagang berhasil membentuk kepengurusan dan mampu menyelenggarakan iven kontes dan lomba batu akik. Kalau ada iven tersebut maka akan banyak para pengunjung datang kesana baik membawa akik pribadi untuk dikonteskan juga ada yang ingin membeli barang-barang yang ditawarkan pedagang lain yang datang dan membuka stand sementara. (poedji)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *