Kabar
Perantau Ulu Mamis Ingat Kampung Halaman
PARSADAAN sadongan (persatuan anak-anak perantau) Desa Ulu Mamis yang telah lama meninggalkan desanya demi mengubah nasibnya, ternyata masih tetap ingat dan mau berbagi di kampung halamannya. Itulah yang dilakukan beberapa perantau yang ada di Kota Medan, Jakarta dan Pekan Baru dengan mengadakan kurban dan sunatan massal, di saat hari Raya Idul Adha, Rabu (22/8).
Desa Ulu Mamis yang dihuni kurang lebih 65 rumah tangga sangat senang dan gembira dengan adanya kegiatan yang diselenggarakan saat itu dan Tokoh Masyarakat, Efendi Ritonga, Harapan Marpaung, Elvis Gultom menyambut dengan baik.
“Dari perantau asal Medan dan Jakarta, memberikan 2 ekor lembu dan perantau dari Pekan Baru dengan masyarakat desa ada 1 ekor lembu jadi jumlah lembu untuk disembelih ada 3 ekor di Desa Ulu Mamis, Kecamatan Saipar Dolok Hole, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara,” jelas Haji Mulatua Marpaung, Jumat (31/8) di Warung Lontong Bu Syukri, Jalan Karya Wisata, Medan Johor.
Lanjut Mulatua pemotongan hewan kurban dilakukan setelah sholat Idul Adha, oleh H. Mulatua Marpaung, yang dihadiri Alim ulama Haji Hasibuan, peserta kurban yang datang dari perantau ada sekitar 20 orang dan masyarakat desa.
Kemudian setelah pemotongan hewan kurban acara dilanjut dengan sunat massal, ada 12 orang yang disunat antara lain 11 anak-anak sekitar 9 tahunan dan 1 dewasa sekitar 32 tahun yang mualaf dari Desa Ulu Mamis, kegiatan itu dilaksanakan di lokasi depan rumah adat, Haji Baginda Ulu Mamis, dan yang menyunat dilakukan oleh salah satu perantau dari Medan, Haji Mulatua Marpaung dan Zainal Pasaribu yang membantu prosesnya.
“Selesai kegiatan kurban dan sunat massal, masyarakat beserta para perantau yang hadir dan juga para tokoh-tokoh masyarakat mengadakan makan bersama di rumah Almarhum Haposan Gelar Japosako Batubara, sekaligus tokoh-tokoh Hatobangon, raja adat beserta alim ulama mengucapkan terimakasih dan mendoakan para perantau sehat-sehat, dan semoga bisa lebih baik di tahun ke depannya,” jelas Mulatua.
“Dengan diadakannya kegiatan seperti ini, dikampung ini, merupakan salah satu cara para perantau untuk mengingat asal usul kampungnya, juga untuk membina hubungan baik antara perantau dengan satu kampung (Bonabulu), dan bisa selalu mengetahui perkembangan kampung halaman, sehingga rasa rindu untuk pulang kampung selalu ada,” tutup Mulatua. (monang sitohang)