Connect with us

Entertainment

‘Naga Naga Naga’ – Angkat Isu Filantropi Generasi Ketiga Naga Bonar

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Filantropi didefinisikan tindakan suka rela untuk kepentingan publik. Dunia pendidikan termasuk didalamnya. Bagaimana Monaga (generasi ke tiga ‘Jenderal’ Naga Bonar) mogok di sekolah elit dan hanya mau disekolahkan oleh opungnya, Naga di sekolah kambing.

Naga yang dulu mengusir penjajah Belanda dari tanah air kini justru mengurus pendidikan cucunya di Jakarta. Di ‘sekolah kambing’ ini, hanya ada 5 murid dari kelas bawah yang guru-gurunya bejibun.

Seorang guru bernama Umar yang naik sepeda sepanjang hayat mengingatkan kita nasib si guru Umar Bakri dalam lagunya Iwan Fals. Semua biaya buat gaji dikeluarkan sendiri oleh Naga. Teman-teman Monaga dari pengamen, anak jalanan dan anak dhuafa tertarik di sekolah kambing ini. Tindakan opung didukung diam-diam oleh Bonaga (ayah Monaga).

Deddy Mizwar (kakek) dan Beby Tsabina (cucu). (Foto Tribunnews)

Namun, ibu Bonaga yang bernama Monita tidak setuju melihat keliaran putri semata wayangnya. Monita ingin putrinya menuntut ilmu di sekolah yang elit dan mahal. Isu moral dan kesenjangan generasi serta keadaan ekonomi ditengah arus politik yang semrawut berhasil dipotret oleh Deddy Mizwar selaku sutradara secara ciamik dan pas.

Dialog sebagai kekuatan utama plus skenario yang bernas mencuatkan berbagai kritik yang bernuansa satire sosial. Kita akui, pendidikan sangat penting bagi siapa pun warganegara, enggak peduli bagi anak-anak the have maupun anak kurang mampu.

Nyaris di setiap scene, film bergenre drama yang dibungkus unsur komedi ini sarat dan peduli pendidikan bagi anak dhuafa dan anak yatim. Ada nilai kebaikan di sini – meski di ‘sekolah kambing’ yang memang buat peternakan hewan kambing ‘ – bahwa melalui dunia pendidikan yang baik dan bermoral, bisa melahirkan calon-calon pemimpin bangsa.

Bukan mengorbitkan calon-calon pejabat yang koruptor yang jumlahnya ribuan di republik ini. Secara nalar, setelah menonton film ‘Naga Naga Naga’, kita sangat optimistis bahwa negara RI bukan negara para bedebah seperti dilukiskan oleh novelis Tere Liye. Menyongsong era Indonesia Emas, Indonesia yang damai sejahtera dan gemah ripah loh jinawi bakal terwujud.

Para pemeran ‘Naga Naga Naga’ (foto Sindonews)

Akting Deddy Mizwar sebagai Naga Bonar benar-benar tak terkalahkan dan dia ‘still going strong’ di puncak. ‘Apa kata dunia’ selalu dikumandangkan lewat mulut jenderal yang lugu, jujur dan ‘eksentrik’ ini.

Deddy Mizwar juga bertindak sebagai sutradara dan produser dari Citra Sinema yang kali ini bekerjasama dengan Manoj Punjabi, CEO dari MD Pictures. Pemain inti lain seperti Tora Sudiro (Bonaga), Wulan Guritno (Monita) dan pendatang Baru Beby Tsabina (Monaga) lihai mengisi celah kosong dan kuat mendampingi Deddy Mizwar di setiap kesempatan.

Tiga serangkai  pengusaha (Darius Sinatrya, Mike Muliardo dan Uli Herdinansyah) yang siap merenovasi ‘sekolah kambing’ pun cukup cantik dilihat permainan seni perannya. Tak ketinggalan Eko Patrio sebagai guru Umar dan Miing Bagito yang berperan sebagai kepsek ‘sekolah kambing’ juga mencuatkan berbagai fenomena yang kritikal satir.  Sesuatu yang tidak tabu lagi di zaman now. Apa kata dunia! (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *