Connect with us

Global

Israel – Arab Makin Akrab?

Published

on

PM Israel Benjamin Netanyahu dan Sultan Oman Qaboos (foto CNN)

Foto Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berdiri disamping Sultan Qaboos, pemimpin Oman, mengejutkan banyak orang. Pertanyaannya adalah apakah hubungan Israel dan negara-negara Arab makin membaik atau menghangat? Lalu apa penyebabnya? Dan dimana posisi Palestina?

Kunjungan Netanyahu ke Oman tidak pernah diumumkan Israel atau negara Teluk tersebut. Kunjungan pemimpin Israel pertama kali dalam 20 tahun terakhir mungkin jadi pertanda jelas adanya hubungan yang hangat antara Israel dengan beberapa negara Arab. Sampai hari ini, Oman dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik, namun cukup jelas kondisi ini tidak menghalangi kunjungan bersejarah PM Israel itu.

Sehari setelah pertemuan, yang berlangsung Rabu 31 Oktober 2018 lalu, Menteri Luar Negeri Oman, Yousuf bin Alawi bin Abdullah, mengatakan – menurut laporan Reuters – “Islarel adalah negara di kawasan ini dan kami semua memahaminya. Dunia juga sudah menyadari fakta ini. Mungkin sekarang saatnya bagi Israel untuk diperlakukan sama (dengan negara lain) dan juga memikul tanggung jawab yang sama.”

Bin Alawi, dalam pertemuan puncak di Bahrain yang dihadiri Menteri Pertahanan AS Jim Mattis, menjelaskan, Oman bersedia berkontribusi terhadap ide-ide proses perdamaian Israel – Palestina dan mendukung upaya Amerika. Menteri luar negeri Bahrain juga mendukung posisi Oman.

Sementara di Israel, Netanyahu memberi penjelasan kepada rekan-rekan kabinetnya setelah pulang dari Oman. Dia mengatakan, “Kunjungan ini dilaksanakan setelah usaha-usaha diplomatik yang saya lakukan selama beberapa tahun belakangan kepada negara-negara Arab. Akan lebih banyak lagi (hubungan membaik dengan negara Arab lain).”

Kunjungan Netanyahu bukanlah satu-satunya pertanda, yang kelihatan, perubahan penting hubungan negara Yahudi itu dengan negara-negera Teluk. Pada saat dia berada di Oman, Menteri Olah Raga dan Budaya Israel, Miri Regev, berkunjung ke Abu Dhabi bersama tim yudo-nya. Regev juga menyempatkan diri berkunjung ke Mesjid Agung Abu Dhabi dan dia mengatakan, “Pesan disini di masjid ini adalah persaudaraan dan perdamaian.”

Ketika atlet Israel meraih medali emas di kompetisi yudo itu, bendera dinaikkan dan lagu kebangsaan Israel diperdengarkan. Hal ini sangat berbeda setahun lalu, saat itu, atlet Israel harus berkompetisi dibawah bendera generic ‘International Judo Federation’.

Minggu ini juga, Menteri Komunikasi Israel, Ayoob Kara, berada di Dubai untuk menghadiri konferensi telekomunikasi. Kemudian, Menteri Transportasi dan Intelejen, Yizreael Katz, sudah menyiapkan diri untuk berkunjung ke Oman minggu depan.

Bahkan Utusan Khusus Presiden AS Donald Trump, Jason Greenblatt, menyatakan, “Dalam beberapa hari terakhir, kami melihat mitra regional kami, Oman, Bahrain, dan UEA, memberi pernyataan dan atau tindakan-tindakan yang memberi pertanda menghangatnya hubungan dengan Israel. Kawasan yang lebih stabil akan lebih kuat dan lebih sejahtera. Hal ini bagus untuk semua.”

Posisi Palestina

Semua hal di atas terjadi pada saat hubungan Israel – Palestina memburuk dan proses perdamaian juga macet total.

Kamis 1 November 2018, Mousa Abu Marzouk, pemimpin senior Hamas di Gaza, menyesalkan negara-negara Arab yang bergerak menuju normalisasi hubungan dengan Israel. Dalam pernyataan tertulis, Abu Marzaouk, mengecam atas apa yang disebutnya sebagai, “Gelombang normalisasi hubungan dengan penjajah Israel.” Dia juga mengingatkan Inisiatif Perdamaian Arab, yang disampaikan Arab Saudi tahun 2002 lalu, mensyaratkan perjanjian damai antara Israel – Palestina harus dicapai terlebih dahulu sebelum negara-negara Arab mengakui dan melakukan hubungan dengan Israel.

Sebelumnya, Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, telah memperi sinyalemen ketidak-senangan terhadap negara-negara Teluk, seperti Arab Saudi, yang makin dekat dengan Amerika dan Israel. Januari tahun ini, Abbas berpidato, “Kami tidak mencampuri urusan negara-negara Arab dan kami tidak menerima siapapun mencampuri urusan kami.”

Kenapa?

Pertanyaan berikut adalah kenapa terjadi mendekatnya negara-negara Arab dengan Israel dan juga Amerika, terutama negara-negara Teluk. Argumen paling dekat adalah mereka mengkuatirkan ambisi regional Iran dan pengaruhnya di kawasan Timur Tengah saat ini, yang diakui atau tidak telah meningkat tajam.

Meskipun begitu, negara-negara Teluk enggan mengakui perubahan hubungan mereka dengan Israel. Disisi lain, Netanyahu malahan secara terbuka menyatakannya. Dalam pidato di Majelis Umum PBB, September lalu, Netanyahu mengatakan, “Isu Iran telah memberi konsekuensi positif, tidak diperkirakan tapi konsekuensi positif. Hal itu telah mendekatkan Israel dengan negara-negara Arab, kedekatan dan persahabatan yang belum pernah saya lihat seumur hidup saya dan tidak mungkin bisa dibayangkan beberapa tahun sebelumnya”.

Sumber informasi: edition.cnn.com

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *