Connect with us

Kabar

Hari Loper Koran se-Dunia

Published

on

Agen koran di Cikapundung, Bandung (foto bandung.go.id)

JAYAKARTA NEWS— Makhluk apakah ‘kranten loper? Kranten loper (bahasa Belanda) alias pengirim koran hari ini, Minggu (8/10) diperingati di seluruh dunia.

Walau kini tukang loper koran sulit ditemui, namun masih ada beberapa loper koran bertahan dengan menjual media cetak ini. Mereka menjual dan mengantar koran (bahasa Belanda ‘krant’) kepada pelanggan yang masih setia.

Loper koran adalah ujung tombak dari penerbit kepada pembaca/pelanggan.

Di era digital dan teknologi komunikasi serba cepat ini, loper koran kini banyak yang tutup dan ambruk. Tergerus zaman.

Pada 8 Oktober 1833, tukang loper koran bernama Barney Floherty yang berusia 10 tahun untuk pertama kalinya dipekerjakan oleh Museum Kota di New York.

Koran alias surat kabar adalah lembar kertas berisikan informasi tercetak. Umumnya informasi tentang beberapa peristiwa yang terjadi di masyarakat yang terbit secara periodik. Bersifat umum berisi peristiwa aktual apa saja dan dimana saja di dunia untuk diketahui pembaca.

Koran mempunyai empat fungsi yaitu informasi, pendidikan (menambah pengetahuan bagi pembaca), hiburan (teka teki silang, cerbung, karikatur, human interest dll) dan memengaruhi pembacanya.

Menurut catatan sejarah, tahun 2005 ada 6500 judul koran di dunia dan yang terjual sebanyak 395 juta eksemplar setiap hari di AS.

Koran pertama yang terbit di dunia adalah Frankfurter Journal di Frankfurt, Jerman yang dikelola Egenollah Emmel di tahun 1615 (semula mingguan kemudian menjadi harian).

Sejarah telah mencatat keberadaan koran dimulai sejak ditemukan mesin cetak oleh Johan Gutenberg di Jerman dan sejak saat itu lahirlah istilah ‘Pers’ yang merujuk pengertian media massa.

Jauh sebelum pandemi yang melanda dunia, tanggal 6 Mei 2016 koran The New Day di Inggris tutup karena sirkulasinya dianggap gagal.

Tahun 1745, kapal dagang VOC menerbitkan koran pertama 4 halaman dengan pembaca terbatas hanya untuk warganegara Belanda sebagai sarana memperoleh informasi (mutasi pejabat, kelahiran, pernikahan dan kematian).

Pelopor pers nasional adalah RM Tirto Adhi Soerjo yang menerbitkan ‘Medan Prijaji” di Bandung tahun 1907.

Sejak mesin cetak datang di Batavia, beberapa koran berbahasa Belanda dan Melayu ikut dalam bagian dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Koran pertama yang memuat teks Proklamasi adalah ‘Soeara Asia” di Surabaya dan ‘Tjahaja’ di Bandung yang terbit 18 Agustus 1945.

Kini, koran berada di titik nadir.

Kini banyak koran cetak tutup atau berganti menjadi online. Oplag menurun drastis dan boleh dikata iklan kosong. Jumlah halaman pun menciut, dari 24 halaman kini banyak yang mengecil menjadi 12 halaman, bahkan 8 halaman.

Sejak koran ‘Sinar Harapan’ tutup 1 Januari 2016, lalu disusul ‘Jakarta Globe’, koran ‘Tempo’ dan ‘Bola’. Terakhir ‘Suara Pembaruan’, koran ‘Sindo’ (Seputar Indonesia), ‘Indo Pos’ dan masih banyak lagi koran di daerah yang gulung tikar.

Apakah bekerja di koran terutama wartawan dan fotografernya masih punya masa depan?
Dahlan Iskan, wartawan senior dan mantan pendiri koran Jawa Pos masih percaya bahwa koran bakal berusia 40 tahun lagi ke depan.

Situasi dan kondisi persuratkabaran di dunia di era kiwari memang sedang suram. Senjakala koran dan datang lah era digital/online.

Kalau saja Johann Carolus (penemu koran pertama tahun 1605 di kota Strasbourg, Jerman) hidup lagi di dunia, pasti akan menangis melihat koran penemuannya kini banyak yang bertumbangan atau malih rupa jadi on line.

“Jangan lupakan koran karena berkat koran kini hadir situs berita dan media sosial (med sos),” demikian pesan bijak Dahlan Iskan. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *