Connect with us

Kabar

Bangkitkan Pariwisata Lewat Motumona

Published

on

Jayakarta News – Ini yang kedua kali Festival Motumona diselenggarakan. Sebuah event yang didesain untuk mengembangkan serta memperkenalkan adat Batak di Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) kepada khalayak. Tujuan lain adalah meningkatkan sektor kepariwisataan.

Motumona adalah kegiatan turun-temurun, yang memiliki arti kembali ke asal. Pengertian lain, kembali kepada mulajadi na bolon dewa tertinggi dalam mitologi Batak untuk menerima berkat agar manusia atau di sekitar Muara tetap sehat dan punya rezeki yang diberikan dari Tuhan.

“Motumona dirangkai dengan beberapa kegiatan lain. Tahun 2018 yang lalu, bertemakam Motumona Mangalahat Horbo Bius dan Seribu Ulos. Tahun kedua, 2019 kami selenggarakan 19 – 21 Desember, di Muara dengan tema Motumona Parade Formasi Solu Bolon Hariara Sundung Dilangit,” ujar Jusman Sianturi, Ketua Umum dan Pelaksana Motumona yang juga Kades Unte Mungkur, Kecamatan Muara, melalui telepon selulernya kepada Jayakarta News, Senin (16/12). 

Tema itu disesuaikan denga letak Muara yang berada di pinggiran Danau Toba. Artinya, masyarakat hidup berdampingan dengan Danau Toba sebagai tempat mencari nafkah, seperti nelayan dengan menggunakan Solu. Solu adalah suatu alat transportasi yang digunakan untuk berkunjung dari satu tempat ke tempat yang lain, kemudian berdagang dan mencari nafkah.

Pembuatan Solu Bolon itu ada ritualnya. Begitu juga tata-caranya. Karena itu, dibuatlah Motumona Parade Formasi Solu Bolon Hariara Sundung Dilangit. Solu atau marsolu itu terasa sependeritaan atau sepenanggungan.

“Solu Bolon dibuat dari kayu meranti dan surian pilihan. Pembuatan Solu harus ada ritual seperti doa diiringi budaya margodang, Kenapa begitu? Karena manusia tidak bisa lepas dari alam. Agar selaras dengan alam, maka ritual itu pun dilakukan. Dengan begitu, kita terasa atau sejiwa dengan Solu yang kita buat. Jika sudah sejiwa, maka akan lancar dan sukses saat digunakan,” jelas Jusman.

Sebelum Solu Bolon diturunkan ke dalam air atau maraek natio, akan diadakan ritual doa kepada Mulajadi na Bolon. Tujuannya agar selamat dalam beraktivitas di air, selamat dalam melintasi Danau Toba.

Dalam event Motumona ini juga ada Solu Bolon Simatupang. Jusman menjelaskan, “Kami kan marga Simatupang masih mempunyai Solu Bolon yang panjangnya 21 meter dari kayu lebarnya 110 centimeter dan tinggi 70 centimeter, muat 80 orang. Nanti akan ada parade 77 Solu di Muara.”

Secara terperinci, Jusman yang Ketua Pelaksana sekaligus sutradara menyebutkan rundown Festival Motumona seperti urut-urutan berikut ini.

Festival Budaya

Akan dipertunjukkan pagelaran budaya. Tang pertama sebagai hasuhuton adalah keturunan Raja Simatupang dan diikuti seluruh marga dan raja bius di Muara, yaitu Simatupang, Aritonang, dan Siregar. Nanti akan dipertunjukkan kerajaan budayanya, dengan terlebih dahulu ritual tortor Batak.

Semua yang hadir akan menggunakan ulos Batak, termasuk pengunjung. Jika ada pengunjung yang tidak membawa ulos, bisa menyewa dengan harga Rp 20.000. Agar ada jaminan ulos dikembalikan, maka ada semacam deposit sebesar Rp 200 ribu. “Jadi ketika mengembalikan, pengunjung akan diberi uang kembalian Rp 180 ribu, tapi kalau berminat membeli, maka tidak akan diberi uang kembalian. Karena harga ulos itu memang Rp 200 ribu,” kata Jusman.

Lomba Solu

Acara ini diselenggarakan 20 Desember dan terbuka untuk umum. Saat ini sudah ada 12 peserta yang terdaftar terdiri dari Muara dan kawasan Danau Toba. Satu tim terdiri dari 22 orang dengan jarak tempuh 1.000 meter. Karena sulitnya mengambil Solu Bolon dari satu kayu, jadi panitia mengadakan Solu dengan dragon boat. Final Solu Bolon akan diselenggarakan keesokan harinya 21 Desember.

Pameran Ulos

Pameran dan lomba ulos dilaksanakan 21 Desember, dengan mengutamakan ulos dari Kecamatan Muara. Sekalipun begitu, tetap terbuka bagi ulos sekawasan Danau Toba. Juri dari pihak Pemerintah Kabupaten. Akan banyak ulos diperlombakan. Mengingat dari Kecamatan Muara saja mengikutkan sedikitnya 36 ulos.

Beberapa ulos Muara antara lain ulos sibolang, mangiring, ragihotang, turi-turi, dan lain-lain. Di antara semua ulos itu, raja ulosnya adalah ulos Harunguan, karena terdapat 36 motif seperti motif sibolang, turi-turi dan lainnya. Tak heran jika harganya pun relatif mahal, sekitar Rp 3 juta. Di adat Batak, Ulos Harunguan digunakan oleh saur matua yang sudah punya cucu, sudah lepas tanggung jawab dalam arti sudah sukses keluarganya.

Pameran Kuliner

Pameran kuliner diselenggarakan bersamaan pameran dan lomba ulos, 21 Desember. Aneka kuliner khas Muara akan disajikan. Menu ikan, di antaranya Naniura, Natinombur, dan Naniarsik. Dari bahan daging, antara lain saksang panggang, dan lainnya. Dari bahan ayam ada pinadar. Lalu ada juga ombus-ombus, lapet dan lainnya. (Monang Sitohang)