Riset
Ancaman untuk Sushi, Riset Penginderaan Jarak Jauh untuk Menjaga Stok Ikan Lestari
JAYAKARTA NEWS – Sushi, makanan khas Jepang ini tentu bukan nama asing bagi belahan dunia di luar tempat asalnya. Bahkan di Indonesia makanan ini pun sudah merakyat. Bayangkan kalau untuk makanan ini suatu saat akan kehilangan berbagai varian ikannya. Hal ini bisa terjadi dan potensi yang dihadapi oleh ekosistem laut kita.
Dalam BRIN Bincang Penginderaan Jauh (BRINder) Series #18, para peneliti mengungkapkan bagaimana stok ikan yang menipis dan langka di pasaran dapat mengancam variasi ikan dalam sushi. Emiyati, Peneliti Pusat Riset Penginderaan Jauh, Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, menjelaskan bahwa kondisi ini dapat terjadi akibat meningkatnya keasaman air laut, pemanasan global, dan penangkapan ikan secara berlebihan. Semua faktor ini berpotensi mereduksi stok ikan, yang pada gilirannya akan menghilangkan komponen ikan dalam sushi.
Dilansir laman resmi Brin, Minggu (30/7/2023), untuk mengatasi masalah ini, Emiyati bersama timnya melakukan kajian terhadap tiga ekosistem perairan laut di Indonesia, yaitu mangrove, terumbu karang, dan seagrass. Hasilnya menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang paling rentan terhadap perubahan iklim, diikuti oleh ekosistem mangrove. Padahal, kedua ekosistem ini merupakan habitat penting bagi ikan untuk berkembang biak.
Lebih jauh, beberapa wilayah penangkapan perikanan di Indonesia telah tereksploitasi berlebihan, dengan dampak kerusakan yang sudah terjadi di beberapa kepulauan. Untuk menjaga stok ikan, diperlukan upaya riset dan pengumpulan data, termasuk pemanfaatan data penginderaan jauh dan data pendukung perikanan lainnya.
Mohamad Natsir, Peneliti Pusat Riset Perikanan juga menjelaskan ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengelola perikanan secara berkelanjutan dan efektif, sehingga stok ikan terjaga. “Stok ikan dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu kematian alami, emigrasi ikan dan aktivitas penangkapan ikan. Untuk melakukan pengkajian stok diperlukan model pengkajian stok yang sesuai dengan kondisi stok yang dikaji,” rinci Natsir.
Natsir menyakini apabila prosedur pengkajian seperti pengumpulan data perikanan, pengkajian stok, pengelolaan ikan yang tepat dilakukan akan menuju pada stok ikan yang lestari. “Siklus pengelolaan perikanan adaptif melibatkan empat elemen, pertama dengan melakukan pendugaan stok ikan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pengumpulan data dan analisis simulasi. Kedua, diperlukan adanya upaya pelibatkan para pemangku kepentingan. Ketiga, perlu dilakukannya upaya monitoring dan evaluasi, dan keempat adalah intervensi pengelolaan,” tuturnya.
Selanjutnya, untuk mengontrol tekanan penangkapan ikan akibat peraturan open access yang mengakibatkan overfishing,
Natsir menuturkan, saat ini pemerintah sedang menyusun kebijakan penangkapan ikan terukur. Hal ini diharapkan dapat menjaga stok perikanan nasional untuk dalam negeri dan ekspor. Tak hanya itu, Natsir juga mengingatkan pentingnya upaya untuk melakukan pengembangan teknologi penetasan (hatchery). Menurutnya, upaya ini dapat dilakukan untuk mewujudkan kemandirian bibit ikan.***/mel