Connect with us

Entertainment

Film Sisingamangaraja XII – Pahlawan Tanah Batak

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Produksi Adventure Documentary Festival (ADF) bekerjasama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru (PMMB), Kemdikbud, menghasilkan sebuah film doku drama  (dokumenter drama) bertajuk ‘Sisingamangaraja XII’ (SXII).

Bersama pemain-pemain lokal, dan disutradarai Adrianto Sinaga, alur cerita film berdurasi 1 jam ini mengalir lancar. Mengambil lokasi syuting di Sumatera Utara, dan sekitar Danau Toba, hampir keseluruhan cerita disampaikan dengan narasi oleh beberapa nara sumber.

SXII sebagai Raja di negeri Toba, Sumut yang mencetuskan perang melawan Belanda terlama – hampir 29 tahun – kemudian dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional sejak 9 November 1961 berdasar SK Presiden RI No 590/1961. Digelari juga Raja Imam, penobatan SXII di negeri Toba bertepatan dimulainya ‘open door policy’ Belanda dalam mengamankan modal asing yang beroperasi di Hindia Belanda.

Kala itu, yang tidak mau meneken perjanjian kerjasama dengan Belanda adalah Kesultanan Aceh dan Toba. Peristiwa inilah yang mendorong situasi menjadi tegang dan melahirkan perang Tapanuli atau perang Batak pada tahun 1878-1907 Masehi. Karena peralatan yang canggih dan siasat devide et impera, dalam perang tersebut, Belanda di pihak yang menang.

Adrianto Sinaga

Belanda berusaha mewujudkan Pax Netherland, yaitu mengerahkan dan menempatkan pasukan di Tarutung, perang akhirnya meletus. Guna melindungi penyebar agama Kristen yang tergabung dalam Rhijnsnhezending dengan tokohnya Nommensen (Jerman), terjadilah perang dahsyat yang memakan banyak korban di pihak pejuang Batak, yaitu di Taput, Bahal Batu, Siborong-borong, Balige dan Lumbanjulu.

Tahun 1894, Belanda menguasai Bakkara dan hal ini makin membuat pasukan SXII kepepet. Yang selamat kabur ke hutan dan terus melanjutkan perlawanan terhadap Belanda. Dalam pertempuran yang terjadi tanggal 18 Juni 1907, SXII gugur. Putrinya, Lopian dan dua putranya, St Nagari dan Patuan Anggi ikut tertembak. Jenazah SXII yang berusia 62 tahun dimakamkan di Tarutung, Taput, lalu dipindah ke Saposurung, Balige, 1953.

Atas jasa-jasanya itulah, Pemerintah menerbitkan prangko bergambar SXII dan mata uang senilai Rp 1000 yang dilukis oleh Augustin Sibarani. Dan penghargaan tertinggi sebagai Pahlawan Nasional. Sebagai film doku drama, yang sebagian besar adegan  pertempuran divisualkan lewat animasi, bolehlah gagasan memfilmkan perjuangan dan kejuangan sosok SXII ini diberi punten.

Namun, alangkah bernasnya seorang sineas Adrianto Sinaga berhasil membuat sebuah film layar lebar yang kolosal yang mengangkat nilai-nilai kepahlawanan SXII, dengan misalnya menggaet Reza Rahadian atau Vino G Bastian sebagai SXII. Bujet sebesar Rp 25 miliar untuk membuat film doku drama ini pasti sangat pantas dipindah ke layar lebar. Horas, Adrianto Sinaga !. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *