Connect with us

Feature

Serunya Bersantap di Sungai Lumban Rang 

Published

on

Cafe di atas aliran sungai Lumban Rang di Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten TobaToba. (Foto. Monang Sitohang)

LUMBAN JULU, JAYAKARTA NEWS – Bersantap kuliner di kafe, resto, apa lagi konsep in door duduk di kursi atau lesehan tentu sudah sangat biasa bagi kita, tapi bagaimana jika menikmati aneka sajian kuliner di atas aliran sungai yang mengalir dengan suasana bersatu dengan alam? Pasti bisa menjadi pengalaman yang seru dan tak terlupakan. 

Seperti pengalaman saya dua hari lalu, benar-benar seru dan mengasyikkan, saat itu melintas di jalur lintas Sumatera dari Kota Parapat ke arah Kota Balige sekitar 25 menit perjalanan di jalur kiri ada terlihat sejumlah cafe dengan gazebonya, kemudian di atas aliran sungai yang luasnya sekitar 4 meter ada sejumlah tenda berdiri tersusun lengkap dengan kursinya. 

Ternyata lokasi cafe di atas aliran sungai itu berada di Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba. Dan nama sungainya Lumban Rang, kemudian di kawasan ini ada lima cafe, di antaranya cafe 100, cafe Jo’s, cafe Tamaro, cafe Asyifa dan satu lagi cafenya ada di ujung, jadi terlihat tersendiri, tetapi satu komunitas dan fasilitas yang ada lahan parkir, Mushola dan toilet. 

Inisiator dan Konsep 

“Konsep cafe bersantap aneka kuliner dan minuman di atas aliran sungai Lumban Rang ini diinisatori oleh dua orang, yaitu Marandus Sirait sang pendiri Taman Eden 100, juga Direktur CV Andaliman Mangintir dan saya Ranap br Manurung, sebagai Komisaris sekaligus pengelola UMKM produk Andaliman di CV Andaliman Mangintir,” ujar Ranap kepada awak media ini dua hari lalu, di Desa Sionggang Utara. 

Konsep cafe di sini out door suasananya bersatu dengan alam sambil bersantap, seruput kopi dan lainnya, sambil menikmati desiran air aliran sungai. Selain itu progres ke depannya yang sudah dan sedang dikerjakan adalah pembuatan taman buah, jadi para pengunjung nanti dapat membeli buah secara langsung petik sendiri. Untuk saat ini yang sudah ada taman Strawberry, Rasberry dan Markisa yang ditanam di lahan 2000 meter persegi yang posisinya di belakang. 

“Kemudian tidak sampai di situ saja, lokasi ini juga masih tetap dalam pembenahan, seperti lahan yang di samping ini, nanti akan dibangun beberapa fasilitas lagi seperti buat air mancur untuk spot-spot berswafoto, jadi para instagrammable di saat berkunjung bisa mengabadikan fotonya di sosmed nya. Lalu di atas sana juga mau buat taman buah, konsepnya seperti taman Eden 100, bisa jadi semacam edukasi tentang tanaman,” jelas Ranap. 

Sungai Lumban Rang

Sungai Lumban Rang berada di Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, sungai ini mengalir dari air terjun di gunung yang berjarak sekitar 400 meter dari kawasan Taman Eden 100. Nama sungai dan air terjunnya sama-sama Lumban Rang yang diambil dari nama daerah tersebut dan masih satu kawasan, air sungai ini mengalir sampai ke Danau Toba. 

“Kalau lahan disini yang di belakang dan samping, milik sendiri. Sedangkan sungai ini kan milik pemerintah. Karena itu kami tidak bisa bangun permanen, ada aturan mengenai membangun di kawasan bantaran sungai. Jadi kita diizinkan memakai selagi kita selalu menjaga kebersihan di bantaran sungai dan tidak mengalihfungsikan sungai, sambil mendapat pengarahan dari pemerintah setempat,” ungkap Ranap ibu dari seorang putri bernama Jo. 

Aneka kuliner di Jo’s cafe, soup ikan Nila, Ikan Nila Sambal Pecak dengan sambal andaliman khas batak. (Foto. Monang Sitohang)

Cafe ini memang baru berjalan satu tahun tapi sudah viral, bahkan pada saat lebaran lalu pengunjung ramai mencapai sekitar seribu orang. sehingga banyak yang kecewa saat itu karena tidak terlayani. “Stok ikan nila saya di Jo’s cafe ada 50 kg itu habis semua, lain lagi cafe yang lain. Begitu lah jika di hari libur lumayan ramai, Kalau hari biasa masih sepi, paling orang yang melintas kadang ada yang berhent. Selain itu ada juga teman pelaku pariwisata saat melintas jalur ini, tamunya dibawa makan,” ujarnya.

Kaki Serasa ‘Dipijit’ Aliran Sungai 

Usai berbincang-bincang dengan Ranap di salah satu gazebonya Jo’s cafe, tidak lama hujan yang tadinya deras mengguyur kawasan cafe di desa Sionggang Utara ini pun mulai reda. Angin berhembus hingga udara terasa sejuk sekali. Perut pun semakin lapar. Spontan saya berkata, “Ito tolong daftar menunya ya, saya mau pesan,”. Tidak lama langsung daftar menu diberikan. 

Menu pilihan yang saya pesan siang itu Soup Ikan Nila dengan segelas air putih hangat sedangkan istri saya pesan Ikan Nila Pecak dan juice Rasberry. Kemudian saya mengatakan, ” Ito kami nanti makan di sungai ya, sambil menunjuk salah satu tenda yang berada di tengah aliran sungai,”.

Walaupun siang itu cuaca masih turun hujan rintik, kami berdua sepakat untuk bersantap kuliner Jo’s cafe ini di sungai. Sungai Lumban rang ini lebarnya berkisar 4 meter, kedalaman airnya sekitar 50 cm. 

Kemudian tidak lama pesanan pun datang, setelah itu kami bertelanjang kaki menyusuri aliran sungai dengan hati-hati agar tidak terlicin, langsung kaki ini seakan serasa ‘dipijit’ oleh aliran sungai, darah terasa berdesir di sekujur tubuh, kemudian seperti ada sensasi gatal sekaligus nyaman, khususnya ketika mendengar suara gemericik air sungai yang mengalir, selain itu kicau burung sesekali nyaring terdengar. 

Kini tiba waktu bersantap, aroma soup Ikan Nilanya pun sudah mengoda ditambah sambal khas Batak andaliman, saat menyeduh kuah soupnya yang masih panas, langsung spontan dari bibir berucap…”Hmmmm lezat juga soup ikan Nila ini,” ujar saya kepada isteri, dan Isteri juga menambahkan, “Ikan Nila Pecaknya juga enak ni bang,” Sangking lahapnya kami pun minta nasi tambah dua porsi lagi.

Disarankan, bila makan di atas aliran sungai baiknya anda memesan makan dan minum lebih dulu sebelum duduk di area ini. Usai makan hendak pulang saya mengatakan, “Sungguh mengasyikkan dan benar-benar seru pengalaman ini, menikmati makanan berdua bersama pasangan dengan suasana menyatu dengan alam, kemudian dihibur dengan gemercik air,” ujar saya kepada pemilik Jo’s cafe. 

Begitulah dunia usaha kuliner saat ini tak pernah habis-habisnya untuk melakukan inovasi. Seiring waktu berjalan selalu ada saja sensasi baru, bukan hanya seputar ragam makanan yang akan disajikan, melainkan suasana yang ditawarkan juga sangat mengoda sehingga penasaran untuk mencoba. (Monang Sitohang) 

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *