Connect with us

Feature

Kisah William Wongso yang Kesulitan Memilih Masakan Nusantara

Published

on

William Wongso–foto TEMPO/Suryo Wibowo

Semuanya enak dan khas. Membuat pakar kuliner William Wongso sempat kesulitan ketika diminta memilih membuatkan  lima masakan nusantara dari begitu banyak ragam masakan khas nusantara. Namun karena diminta untuk memilih, mau tidak mau, akhirnya dia memilih masakan-masakan dari daerah yang sudah dikenal luas seperti masakan Jawa dan  Aceh.

“Memang sulit untuk memilih masakan-masakan Indonesia, tetapi karena permintaannya diminta lima jenis, maka saya ambil sikap prioritas karena makanan khas di daerah-daerah yang lebih dikenal, misalnya Aceh, Jambi, Jawa, Melayu atau Bangka. Serta masakan khas dengan pegagan. Memang sulit jika diminta memilih masakan nusantara ini karena semua memiliki kekhasan dan kearifan lokal yang tidak bisa diganggu gugat,” katanya saat konferensi pers di Talaga Sampireun Bintaro, baru-baru ini.

Baginya Indonesia dengan dengan 17 ribu kepulauan, 34 provinsi, tentu saja membuat keragamanan makanan itu tidak ada taranya di dunia. Dia berpendapat, jika kita mau menyajikan dalam satu kesempatan sampai kapanpun tidak akan selesai. “Jadi prinsipnya saya coba kesatu, saya ambil Aceh supaya lebih populer, dan bukan masakan yang sulit, tapi unik adalah ayam tangkap. Daun temurui atau salam koja itu penting untuk hal ini,” katanya. 

Menu kedua adalah gulai ikan patin. Khusus mengenai ikan patin, William Wongso berharap lingkungan sungai-sungai di mana pun bisa dipertahankan keasriannya sehingga bisa menyajikan ikan yang terbaik.

Menu berikutnya adalah gadon. Gadon menurutnya merupakan salah satu representasi masakan Jawa. Di Jawa, gadon merupakan masakan khas dengan daging cincang yang cukup unik.

Menu selanjutnya adalah nasi minyak. “Nasi Minyak dari semua jenis nasi-nasian yang aromatik di nasi minyak ini yang paling unik karena komposisi dan proses membuatnya.”

Dia bercerita untuk membuat nasi ini dibutuhkan setidaknya 10 hingga 12 macam rempah. Dan itupun tidak digiling, rempahnya dimasak sebagai teh rempah, dan airnya untuk memasak. Nasi ini dengan ditambah macam-macam bahan lagi seperti nanas, tomat, minyak samin, padanannya adalah daging masak hitam yang tidak menggunakan santan, ini khas di Jambi batanghari melainkan hanya menggunakan parutan kelapa yang disangrai hingga hitam ditumbuh hingga berminyak. Ini seolah-olah sejenis rendang khas dari Jambi.

Terkait dadar pegagan, dia menyarankan percampuran telur dan daun pegagan ini bisa dinikmati untuk anak-anak sebagai bekal atau sarapan. “Masyarakat kita tidak mengenal bahan-bahan alami yang sehat seperti halnya pegagan. Pegagan tumbuh di mana-mana. Pegagan kalau di Colombo atau India disebut prime food, disajikan secara sederhana pakai dadar telur bagi anak-anak bisa dinikmati untuk bekal ke sekolah atau sarapan pagi,” tutup William Wongso yang akan memperkenalkan kuliner Nusantara di Amerika Serikat, akhir November ini. *** (pik).

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *