Connect with us

Global

Mengenal Asal Muasal Konflik Israel–Palestina

Published

on

Ilustrasi/foto: pixabay, pixels.com

JAYAKARTA NEWS— Konflik Israel–Palestina sudah berlangsung sejak akhir Perang Dunia 1, resminya 11 November 1918. Konflik ini tetap bermuara pada kehendak warga Israel, orang Yahudi, untuk hidup di negaranya sendiri dan aspirasi Palestina untuk mendirikan negara tersendiri.

Pendiri Israel, David Ben-Gurion memproklamirkan kemerdekaan Israel pada 14 Mei 1948, yang jadi rumah bagi orang Yahudi yang mengalami penindasan di Eropa dan di tempat-tempat lainnya.

Sementara bagi Palestina, proklamasi ini, disebut sebagai Nakba atau hari bencana. Karena, negara baru ini dipandang telah jadi ganjalan besar untuk mendirikan negara Palestina.

Beberapa hari kemudian, negara-negara Arab, di sekeliling Israel, menyerang dan kalah. Hasilnya, sebanyak 700.000 (ada yang menyebut angka 350.000 dan juga 850.000) warga Arab (Palestina) melarikan diri dan menjadi pengungsi di berbagai negara sekitar, di antaranya Yordania, Lebanon, dan Suriah dan juga ke Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza. Dalam jumlah yang sama, warga Yahudi juga mengungsi dan negara-negara Arab dan memasuki Israel.

Setelah perang 1948, ke lima negara Arab menandatangani gencatan senjata tapi tidak ada perjanjian damai. Sementara, warga Arab yang tidak mengungsi tetap tinggal dan jadi warga Arab Israel dengan populasi 20% dari seluruh penduduk Israel dan punya partai sendiri dan perwakilan di parlemen.

Pertempuran Besar

Pada tahun 1967, Israel melancarkan serangan terhadap Mesir, Suriah, dan Yordania. Serangan pre-emptive ini dikenal sebagai Perang Enam Hari. Israel berhasil merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah dan Tepi Barat, Yerusalem Timur  dari Yordania dan juga Jalur Gaza serta Sinai dari Mesir.

Tahun 1973, Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak dari Terusan Suez dan Dataran Tinggi Golan. Pertempuran ini dikenal sebagai Perang Yom Kippur. Israel berhasil mendesak keluar kedua pasukan tersebut dalam waktu tiga pekan.

Israel menginvasi Lebanon tahun 1982 lalu. Tujuan invasi ini untuk mengusir pasukan PLO atau Fatah dari Lebanon. Setelah pengepungan selama 10 hari, pasukan Yasser Arafat dievakuasi lewat laut ke Tunisia. Tahun 2006 sempat tejadi invasi singkat Israel ke Lebanon setelah Hezbollah menangkap dua tentara Israel di Lebanon Selatan.

Tahun 2005, Israel keluar sepenuhnya dari Gaza, yang direbut dari Mesir tahun 1967. Keluarnya Israel jadi bagian dari kesepakatan Oslo. Selain Gaza, beberapa wilayah di Tepi Barat juga sepenuhnya diserahkan kepada Palestina, seperti kawasan Ramallah dan juga Kota Yeriko. Kemudian, sejak 2007, Gaza dikuasai sepenuhnya oleh Hamas.

Terjadi dua kali Intifada atau pemberontakan tahun 1987 – 1993 dan tahun 2000 – 2005. Pada Intifada kedua ini Hamas mengirim sekitar 80 pembom bunuh diri ke bus-bus atau halte bus dan juga wilayah sipil lain di Israel. Sejak saat itulah, Hamas disebut sebagai organisasi teroris.

Upaya Perdamaian

Pihak Internasional, termasuk PBB, berkali-kali mengupayakan perdamaian di kawasan ini.

Pada tahun 1979, Israel dan Mesir menandatangani perjanjian damai, mengakhiri permusuhan selama 30 tahun. Mesir mendapatkan kembali Semenanjung Sinai namun menyerahkan Jalur Gaza kepada Palestina.

Camp David, tahun 2000, jadi saksi Presiden AS Bill Clinton, Perdana Menteri Israel Ehud Barak dan Presiden Palestina Yasser Arafat gagal mencapai kata sepakat perdamaian.

Atas inisiatif Arab Saudi, tahun 2002, mengeluarkan usulan perdamaian berupa penarikan Israel dari seluruh wilayah yang diperoleh dalam perang 1967, pendirian negara Palestina, dan solusi adil bagi pengungsi Palestina. Israel akan berdamai dan memperoleh hubungan diplomatic normal dengan semua negara Arab.

Namun perundingan belum memberi hasil dan macet sejak 2014 lalu. Terakhir, Palestina dan Israel bertemu di Washington.

Palestina, kemudian, bahkan memboikot seluruh perundingan damai setelah Presiden AS Donald Trump tidak mendukung solusi dua negara. Padahal selama ini, AS selalu menegaskan mendukung solusi dua negara — usulan yang bergema mulai dari Resolusi PBB 181 tahun 1947 . Resolusi ini memandatkan pembentukan dua negara (Israel dan Palestina) sedangkan kota Yerusalem akan ada di bawah otoritas internasional.

Isu utama Israel – Palestina

Solusi dua negara, pemukiman Yahudi, status Yerusalem, dan pengungsi Palestina adalah isu utama konflik ini.

Solusi dua negara: Persetujuan untuk mendirikan negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza serta Israel. Hamas menolak solusi dua negara dan mengupayakan penghancuran negara Israel. Disisi lain,  Israel menghendaki negara Palestina nantinya tidak memiliki Angkatan Bersenjata dan tidak mengancam keamanan Israel. Palestina, yang diwakili Otoritas Palestina, pada dasarnya menerima solusi dua negara.

Pemukiman Yahudi: Kebanyakan negara atau dunia internasional menentang dan menyatakan ilegal pendirian pemukiman Yahudi di wilayah Tepi Barat, yang direbut Israel tahun 1967. Perluasan pemukiman Yahudi di Tepi Barat jadi isu sangat penting antara Israel, Palestina dan dunia internasional. Meski kelompok-kelompok Yahudi mengklaim Tepi Barat, yang disebut Yudea Samaria, bagian dari tanah warisan mereka sejak jaman dulu.

Yerusalem: Palestina menghendaki Yerusalem Timur, termasuk wilayah suci Muslim, Yahudi, dan Kristen, jadi ibukota negara mereka. Israel menegaskan Yerusalem (barat dan timur) tetap akan jadi ibukota mereka. Namun klaim Israel atas bagian timur Yerusalem tidak diakui secara internasional. Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, tanpa secara khusus merujuk pada bagian timur kota itu. Kedutaan Besar AS juga sudah dipindahkan ke Yerusalem (barat) tahun 2018.  

Pengungsi: Sekarang ini sekitar 5,6 juta orang Palestina menjadi pengungsi — kebanyakan keturunan warga Arab yang mengungsi akibat perang 1948. Mereka tinggal di Yordania, Lebanon, Suriah, di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Sekitar setengah dari pengungsi, yang sudah terdaftar, tetap pada status tanpa kewarganegaraan, menurut kementerian luar negeri Palestina. Kebanyakan dari mereka tinggal di kamp-kamp padat pengungsi.

Palestina telah meminta agar para pengungsi ini diijinkan pulang ke kampung halaman mereka, berikut jutaan keturunan mereka. Israel menyatakan penyelesaian pengungsi harus berada di luar perbatasan negara mereka.***sumber informasi: Reuters/leo

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *