Connect with us

Feature

Keajaiban di Antara Dua Beringin

Published

on

 

Dengan menutup mata, berjalan lurus ke celah antara dua pohon beringin. Ada yang melakukan di siang hari, ada yang lebih memilih malam hari. Foto: Ist

KERATON Yogyakarta punya dua alun-alun: lor (utara) dan kidul (selatan). Nah, di alkid (alun-alun kidul), terkenal dengan masangin. Kesannya seperti challenge. Gimmick yang luar biasa menarik. Caranya: Berjalan lurus sekitar 50 meter dengan mata tertutup, menuju arah celah dua pohon beringin yang bertengger di tengah alun-alun.

Sekilas mudah. Praktiknya sungguh sulit. Sebab, tidak jarang langkah kaki yang diyakini lurus, berujung nyasar, nabrak tembok kurungan beringin, atau melenceng hingga tepian aspal pinggir lapangan. Siapa tidak tergelak-gelak melihat pemandangan lucu seperti itu?

Sewa tutup mata, lima ribu rupiah saja. Foto: Gde Mahesa

Karenanya, kalau ke Yogya, jangan lewatkan main masangin di alun-alun kidul. Modalnya murah. Cukup datang dengan semangat, sewa penutup mata lima ribu rupiah, dan rasakan pacuan adrenalin mengasah ketajaman indra keenam. Manakala mata tertutup rapat, yang ada adalah kegelapan. Suara gaduh dan bising di sekeliling, mendadak seperti hilang.

Jika sudah begitu, tanpa panduan siapa pun, pasti akan berkonsentrasi penuh untuk mengayunkan, langkah lurus ke depan. Ya, bukankah sebelum menutup mata, posisi tubuh menghadap selatan, persis di antara dua pohon beringin? Itu artinya, tinggal berkonsentrasi, dan berjalannya lempang ke depan, niscaya akan berhasil melewati celah beringin itu. Teorinya begitu.

Kenyataannya tidak sesederhana itu. Saat mata tertutup, langkah diayun, ujungnya tidak selalu di celah beringin. Ada kalanya, baru sepuluh langkah, tanpa sadar langkah berbelok ke kanan, atau ke kiri. Terkadang muncul keanehan-keanehan. Misal, tinggal beberapa langkah lagi masuk celah dua pohon beringin, mendadak belok dan nabrak tembok.

Jika sekali waktu Anda ke Alkid, bisa dilihat bahwa peminat masangin bukan hanya generasi muda, tetapi anak-anak, remaja, sampai orang tua, pria maupun wanita. Bahkan, turis asing tak jarang ingin ikut mencoba permainan itu.

Bisa disimpulkan, jika seseorang dapat berjalan lurus dengan mata tertutup merupakan hal luar biasa, karena orang tersebut benar-benar bisa mengendalikan keseimbangan antara otak kanan dan kiri, juga keseimbangan gravitasi. Namun jika orang nyasar jauh ke kanan atau ke kiri, artinya memang kurang bisa mengendalikan keseimbangan, sehingga terbawa alam bawah sadar: Yang kidal cenderung akan belok ke kiri, yang tidak kidal cenderung langkahnya akan berbelok ke kanan.

Masangin, yang diartikan sebagai berjalan di antara dua beringin, selain sebagai permainan hiburan, ada juga yang melihat dari kacamata spiritual. Kalangan ini meyakini, barang siapa berhasil melintas di antara dua pohon beringin dengan mata tertutup, maka akan diangkat derajatnya, serta terkabul apa yang menjadi harapannya. Bumbu aroma kepercayaan ini yang acapkali memacu seseorang yang gagal untuk mencoba dan mencoba lagi.

Tampak dua orang memainkan “masangin”. Sama-sama ditutup mata. Start dari garis dan arah tujuan yang sama, tapi ujungnyanya bisa berbeda arah. Foto: Ist

Menurut pengamatan Jayakartanews, masangin sudah ada sekitar tahun 70-an di alun-alun utara. Ketika itu, satu-dua anak muda, menutup mata dan berjalan lurus dari utara ke selatan, melewati celah dua pohon beringin. Itu pun dilakukan hanya malam minggu. Baru di tahun 80-an, masangin mulai populer, dan tempatnya pindah ke alun-alun selatan. Sampai sekarang, hampir setiap malam diramaikan oleh orang-orang yang penasaran.

Dari sesepuh masyarakat setempat didapat keterangan, masangin sama sekali tidak ada hubungannya dengan ritual keraton. Masyarakat setempat juga tidak terlalu menganggap serius. Bukan pula sesuatu yang aneh. Lumrah, orang Jawa terbiasa dengan lelaku. Dalam mesangin, ada unsur lelaku. Ada yang percaya, kalau tidak berhasil menembus celah dua beringin, itu artinya belum bersih. Ada perilaku yang harus diperbaiki.

Kata masangin sendiri adalah sanepan atau kiasan. Bahwa untuk mencapai tujuan atau meraih kesuksesan maka seseorang harus fokus, konsentrasi tak mudah tergoda hal-hal yang bisa menggagalkan cita-cita. Impian dapat diwujudkan dengan ketenangan pikir. Dalam gelap (mata tertutup), pikiran menjadi kosong. Jika kekosongan itu diisi doa atau pikiran baik, niscaya langkahnya akan lurus. Sebaliknya, jika dalam kekosongan diisi oleh rasa takut akan berbelok, takut nyasar, takut nabrak tembok, takut gagal, rasa cemas dan pikiran-pikiran negatif, maka buktikan: Langkahnya pasti akan melenceng.

Berani coba? ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement