Connect with us

Feature

Semut Rangrang di Daun Kiamang

Published

on

Jayakarta News – Laksana pengembara menemukan oase di padang pasir, ketika seorang sahabat seniman Yogyakarta, mengirimi sebelas foto cantik. Toto Raharjo, nama fotografer itu. Ia tak hanya fotografer, melainkan bisa dibilang pekerja seni. Beruntung, kemudian ia memberiku izin untuk menayangkan salah satu fotonya.

Tak henti-henti melihat ke-11 foto yang ia kirim. Semua bagus. Semua adalah karya fotografi yang lahir dari skill tinggi pemotretnya. Bukan hanya skill dan pengetahuan ilmu fotografi, lebih dari itu, ia memiliki kepekaan rasa yang tajam.

Soal kepekaan rasa, rasanya lelaki yang menekuni dunia fotografi sejak tahun 1983 (37 tahun!) itu, tak perlu diragukan. Sedikit info, Toto adalah sahabat saya sejak sama-sama nyantrik di sanggar Teater Alam, Yogyakarta pimpinan Azwar AN tahun 80-an.

Opsi memilih satu foto, membuat saya kebingungan, antara foto nomor 1 atau nomor 2. Antara nomor 2 atau nomor 3. Antara nomor 3 atau nomor 11. Pendek kalimat, semua foto bagus.

Dengan menyandang “rasa bersalah kepada 10 yang lain”, saya pun memilih foto nomor 02. Foto inilah yang saya pajang dan bagikan kepada para pembaca www.jayakartanews.com ini. Foto ini diberinya judul “Melepas Dahaga”.

Objeknya sederhana, seekor semut ngangrang sedang melepas dahaga dengan mencecap satu bulir air bening di atas daun kiambang (apu-apu). Foto jepretan 17 Juli 2011 ini, diabadikan dengan kamera Ricoh Caplio RR30, dengan spesifikasi teknik pengambilan menggunakan F-number: 2.6, Shutter speed: 1/440s, ISO: 125, dan Lens:  5.7mm.

Beberapa kamera yang biasa digunakan Toto Raharjo. (ist).

“Waktu itu saya memang memilih kamera poket Ricoh Caplio RR30. Sebagai kamera digital generasi tahun 2005-an, pixel-nya terbilang lumayan, yakni 3.2 MP. Yang istimewa, kamera poket jenis ini sudah dilengkapi fasilitas raw/tiff. Ini adalah pilihan format foto, yang memungkinkan untuk diolah photoshop untuk meningkatkan kualitas gambar,” paparnya.

Mendengar Toto menceritakan satu objek foto itu saja, sebagai awam saya membayangkan begitu rumit dan merepotkan. Bukan saja diperlukan kesabaran tinggi untuk mendapatkan objek foto yang dikehendaki, tetapi juga tingkat kecermatan yang luar biasa.

“Awalnya saya hanya ingin memotret buliran air di atas daun apu-apu atau daun kiamang. Segala sesuatunya sudah saya setting berhari-hari, melalui serangkaian percobaan. Saat hendak memotret buliran air di atas daun kiamang, mendadak seekor semut melintas, wah… dapat tambahan objek nih…,” ujar Toto menceritakan ihwal hasil jepretan yang kemudian saya pilih ini.

Seberapa sulit memotret objek itu? “Itu relatif. Yang pasti butuh kesabaran. Apalagi objek itu saya ambil dari jarak sekitar tiga sampai empat centimeter, serta menggunakan teknik rekayasa bakclighting,” ujarnya, seraya menceritakan teknik yang dimaksud.

Sinar matahari yang dipantulkan dengan cermin mengarah ke objek, membuat tubuh semut rangrang tadi tampak transparan terterpa sinar matahari. “Nunggu semut datang saja bisa 10 sampai 20 menit. Sekali datang, belum tentu tertarik meneguk air itu. Atau ada yang mendekat, tetapi ketika mau saya ambil, lari….,” kenangnya.

“Melepas Dahaga”, jepretan Toto Raharjo tahun 2011.

Pendeknya, pengalaman dan ketekunan semata yang membuat Toto berhasil melahirkan foto-foto yang fantastis. Disebut pengalaman, sebab, tidak semua teknik didapat di bangku sekolah atau bangku kuliah. Trial and error, terkadang menjadi guru tersendiri di ranah fotografi.

Tak heran jika jepretan kamera Toto Raharjo acap memenangi lomba foto tingkat nasional. Ia juga aktif mengikuti pameran seni.

Disinggung aktivitasnya akhir-akhir ini, pekerja seni Yogya ini masih aktif memotret, melukis, dan olah digital foto. Bersama teman-teman fotografer lain, Toto masih sering berkolaborasi untuk pameran di almamater mereka di SMK Yogyakarta, maupun ISI Yogyakarta. Di samping, pameran fotografi di tempat-tempat dan kota-kota lain. “Untuk keperluan pameran, foto-foto itu biasanya kami cetak di atas kanvas,” ujar pria murah senyum ini.

Bicara pengembangan karier sebagai fotografer profesional, santai Toto menjawab, “Ben mili dewe kaya banyu.”(biar mengalir sendiri seperti air). (roso daras)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *