Connect with us

Kabar

Rosen Jaya Sinaga Bacaleg DPRD Medan Jadi Narasumber Dialog Publik di UMA

Published

on

MEDAN, JAYAKARTA NEWS — Bakal calon legislatif (Bacaleg) DPRD Kota Medan dari Dapil 5, Rosen Jaya Sinaga menjadi salah satu narasumber di acara Dialog Publik dan Seminar dengan tema “Eksistensi Pancasila di tengah era global dalam kehidupan sehari-hari”, dalam rangka memperingati Harlah Pancasila di Universitas Medan Area (UMA).

Kegiatan yang diinisiasi oleh Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMA ini mengundang empat narasumber yang memiliki kecakapan di bidang masing-masing.

Antara lain, Dr. Rizkan Zulyadi, SH.,MH, Wakil Rektor Bid. Inovasi, Kemahasiswaan dan Alumni UMA, Drs. Bahrum Jamil, M.AP, dosen Fakultas Isipol UMA, Dr. Rudi Salam Sinaga, S.Sos.,M.S Dewan Pakar Penasehat Pemuda Pancasila, juga dosen di UMA dan terakhir Rosen Jaya Sinaga selaku Ketua Dewan Pimpinan Daerah, Serikat Praktisi Media Indonesia (DPW SPMI) Sumatera Utara.

“Saya sangat mengapresiasi acara Dialog Publik ini, diselenggarakan dalam rangka memperingati Harlah Pancasila, artinya ada rasa kepedulian terhadap dasar Negara Indonesia, apa lagi yang hadir anak-anak muda, selain mahasiswa ada juga anak SMA,” ujar Rosen kepada wartawan, baru-baru ini.

“Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Yang mana dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila itu sendiri bisa tercermin dari sikap dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Rosen yang juga Ketua Umum Serikat Buruh Sosial Demokrat (SBSD).

Eksistensi Pancasila 

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mengandung nilai dan norma yang mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Kemudian menurut Rosen ada serangkaian nilai yang terkandung dalam Pancasila antara lain, Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi, dan Keadilan. Hal itu dapat dilihat dari perilaku serta kepribadian masyarakat Indonesia yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. 

Rosen Jaya Sinaga saat memberikan paparan di Dialog Publik di UMA (Foto. Monang Sitohang)

“Maka jika berbicara mengenai eksistensi Pancasila, itu tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, yang mana seyogyanya sesuai dengan yang disampaikan oleh bapak founder Proklamator harus bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Rosen saat di acara Dialog Publik dan Seminar di UMA.

Hanya saja, sangat disayangkan, sekarang di era globalisasi termasuk di era modern ini, justru banyak nilai-nilai Pancasila terlupakan. Misalkan dalam kegiatan sehari-hari dalam menjalankan tugas, kata Rosen yang juga praktisi media, mencontohkan, ketika hendak mewawancarai, baik itu si pewawancara maupun narasumber, terkadang tidak saling menghargai. Padahal, saling menghargai merupakan salah satu poin dari nilai Pancasila itu sendiri. 

“Artinya, tanya pada diri sendiri, apa tupoksi dan bagaimana etika  kita saat mengerjakan tugas kita sebagai jurnalis. Maaf saya sambil berdiri ini, saya agak praktek sedikit, ketika narasumber keluar, lalu saya mengerjakan pekerjaan saya yaitu dengan door stop, dengan menghentikan tiba-tiba langkah narasumber tanpa melihat situasi dan menggunakan etika. Saya datang langsung, “izin wawancara pak” nah dalam segi tata krama sebenarnya saya tidak menyatakan saya benar, Kenapa?”.

“Karena saya langsung nimbrung, terkesan saya tidak punya aturan. Tidak punya norma, tanpa menyatakan salam, memperkenalkan diri dari mana langsung nimbrung. Nah tentunya si narasumber juga akan menyikapi dengan norma etika, bagaimana seharusnya menerapkan Pancasila itu dalam kehidupan sehari-hari, dan dia bisa aja berkata seperti ini, “Mau apa? Apa rupanya tanya-tanya, Apa rupanya?” Nah itu sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari.”

“Mungkin banyak lagi contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang bisa kita lihat langsung. Jadi boleh dikatakan bukan tergantung pada intelektual ataupun tingginya pendidikan dari seseorang untuk bisa saling menghargai,, tapi dari rasa kesadaran diri sendiri atas nilai-nilai eksistensi Pancasila,” ungkap Rosen dengan bersemangat. 

Rosen bercerita, zaman dirinya sekolah ada pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila). Ini mengajarkan tentang moral, etika, tata krama untuk bagaimana cara menghargai sesama.

“Sedini mungkin moral itu sudah ada tumbuh, sehingga moral-moral yang baik dalam kehidupan setiap pelajar, itu akan terbawa dalam mindset dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Rosen. 

Panggilan Jiwa

Di kesempatan yang berbeda Rosen Jaya Sinaga menjelaskan kenapa dirinya mengikuti kontestasi pemilihan legislatif di Pemilu 2024. Menurutnya, itu karena panggilan jiwa.

“Mungkin pergerakan saya selama ini menjadi seorang aktivis di perburuhan hingga kini menjadi Ketua Umum Serikat Buruh Sosial Demokrat (SBSD), kemudian aktif juga di bidang sosial membuat jiwa ini terpanggil untuk peduli dengan aspirasi dan hak masyarakat umum, khususnya kaum marjinal,” katanya.

“Maka pilihannya adalah harus terjun ke dunia politik dan Partai Buruh pilihan saya, sesuai dengan pergerakan saya selama ini,” tambahnya.

Persyaratan untuk bakal calon legislatif (bacaleg) sudah dia lengkapi, tinggal menunggu daftar calon sementara (DCS) dan Daftar Calon Tetap (DCT), dan daerah pemilihan (Dapil)-nya. “Dapil saya yakni Dapil 5 yang terdiri dari Kecamatan Medan Johor, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Selayang, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan,” ujar pria yang suka humor ini, (Monang Sitohang) 

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *