Connect with us

Kabar

Bondan Kanumoyoso: Waspada Ancaman Ideologi Transnasional

Published

on

JAYAKARTA NEWS— Di ruang yang tidak begitu besar, yang Bernama Rumah Nusantara,  sekitar 30 orang dengan berkemeja warna putih, Kamis sore (1/6)  memperingati Hari Lahir Pancasila ke-78. Suasana peringatan berlangsung hikmat. Selain menyanyikan lagu Indonesia Raya, di sela acara juga dikumandangkan Hymne Pancasila, dan Padamu Negeri menandai berakhirnya acara.

Peringatan Harlah Pancasila ini sekaligus juga merayakan HUT Gerakan Pembumian Pancasila (GPP) ke-4   serta peresmian Rumah Nusantara yang merupakan Sekretariat Dewan Pimpinan Pusat (DPP) GPP. Terletak di Jl. Delima 1 No 3 Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Sebagaimana kita ketahui Dasar Negara dan Ideologi Bangsa, Pancasila, yang terdiri lima sila, syarat dengan nilai-nilai luhur.  Menjadi pedoman hidup masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. Perekat persatuan. Dan diharapkan tetap tangguh hingga akhir masa.

Namun Pancasila bukanlah ideologi yang sepi dari ujian dan ancaman, baik di lingkup nasional maupun global.  Lebih-lebih di era kemajuan teknologi komunikasi dan informasi saat ini.  Karena itu para pimpinan dan tokoh bangsa sepakat agar nilai-nila Pancasila diajarkan sedini dan seintens mungkin di kalangan masyarakat khususnya generasi muda.

Terkait ancaman terhadap Pancasila,  Dosen dan Peneliti pada Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Indonesia, Dr Bondan Kanumoyoso, M.Hum  kepada Jayakarta  News mengatakan, ancaman terhadap  Pancasila adalah   dalam bentuk masuknya ideologi transnasional. Bentuknya, kata Sekjen DPP GPP ini  bisa beragam, bisa ideologi yang sifatnya politis maupun ideologi keagamaan yang semuanya memiliki karakter untuk memecah-belah bangsa Indonesia.

Mereka biasanya mengklaim dengan kebenaran-kebenaran tunggal yang kemudian bisa menghilangkan  potensi keberagaman dan kemajemukan yang ada di dalam masyarakat Indonesia. Ancaman semacam itu, menurut doktor lulusan Universitas Leiden Belanda ini, kalau tidak disikapi secara  kritis dan hati-hati, hal ini bisa menjadi suatu kekuatan yang potensial untuk menghancurkan persatuan kita.

Lantas kelompok mana yang riskan atau mudah untuk  polarisasi  atau dipecah belah?

“Yang riskan adalah anak-anak muda yang sangat kuat berinteraksi dengan dunia digital, yang sangat aktif dalam berkomunikasi melalui berbagai macam aplikasi teknologi informasi, “  ujar pria kelahiran Madiun 1972 yang memiliki minat penelitian terhadap Sejarah Indonesia, Sejarah Ekonomi dan Perkembangan, Pengertian dan Pemahaman tentang Pancasila.

Ancaman-ancaman dari manapun, kata Bondan,  harus diantisipasi. Masyarakat  Indonesia harus aktif untuk menyuarakan tentang nilai-nilai Pancasila di dalam berbagai forum yang sifatnya memanfaatkan teknologi informasi. Kalau tidak anak-anak muda kita akan  “hilang”.  Hilang yang dimaksud adalah tak mengenal nilai-nilai Pancasila.

Diakui pula, selama ini, akibat loss geration karena terhentinya Pendidikan Pancasila diajarkan kepada anak didik (sejak 1998-2021), mereka seolah “hilang” tidak  memperoleh pendidikan Pancasila. Lalu,  bagaimana upaya mengatasi generasi yang terkontaminasi dengan pandangan ideologi lain yang menghilangkan nilai-nilai Pancasila?

Mereka itu, kata Bondan,  karena kurang mendapatkan penanaman nilai-nilai Pancasila. “Tetapi saya yakin pada akhirnya kalau kita bisa memperkenalkan mereka melalui berbagai pendidikan dan kurikulum (Pendidikan Pancasila) yang kita terapkan mulai tahun 2023 ini, maka pelan-pelan kita akan bisa mengatasi masalah ini.

Dalam kesempatan ini, Bondan Kanumoyoso,  beserta Dr Chandra Setiawan, MM, PhD Ketua Dewan Pakar DPP GPP  juga menyampaikan pemaparan tentang nilai-nila Pancasila, begitu pun Dr Abdy Yuhana, Sh, MH  secara luring karena tengah berada di Mekah. Benang merah pandangannya terkait kepemimpinan nasional, mengingat tahun ini sebagai tahun politik dan jelang  pergantian kepemimpinan nasional. Ini memang sesuai dengan tema yang diusung  DPP GPP,   “Urgensi Pancasila dalam Pembangunan Kepemimpinan Pancasila sebagai Upaya Mewujudkan Cita-cita Revolusi Nasional”

Bondan pun memaparkan tentang Nilai Kepemimpinan Pancasila. Bagaimana pemimpin yang memiliki nilai-nilai kepemimpinan Pancasila. Berikut penjelasannya,

* Pemimpin yang menjunjung tinggi Ketuhanan Yang Mahaesa serta menghormati keberagaman agama dan kepercayaan yang ada dalam masyarakat.

*  Pemimpin yang mengakui nilai-nilai kemanusiaan dengan bersikap adil dan menjunjung persamaan derajat. Berani  membela kebenaran dan keadilan. Menghargai hak dan kewajiban asasi setiap manusia.

*  Pemimpin yang mengutamakan persatuan dan kesatuan di atas kepentingan kelompok atau golongan. Mampu merangkul seluruh unsur yang ada dalam masyarakat Indonesia. Menjunjung tinggi prinsip Bhineka Tunggal Ika.

*  Pemimpin yang terus mengembangkan semangat musyawarah dalam menyelesaikan  permasalahan untuk mencapai mufakat. Tidak bersikap sewenang-wenang dalam mengambil kebijakan. Mampu menghargaan perbedaan pandangan.

* Pemimpin yang dapat mewujudkan kesejahteraan dan  kemakmuran bagi masyarakat dengan bertumpu kepada keadilan sosial. Membangun masyarakat dengan mengutamakan kepentingan masyarajkat secara luas.

Hadir pula dan menyampaikan sambutan serta pesan-pesan tentang nilai-nilai Pancasila adalah Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, SIP Ketua Dewan Pembina DPP GPP/ Sekretaris  Dewan Pengarah BPIP RI,  Dr. Antonius D R. Manurung, M.Si Ketua Umum DPP GPP, dan Dr Gunawan , SH, MH Bendahara Umum DPP GPP. (iswati)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *