Buku & Sastra
Amore RAF

Seno Gumira Ajidarma *)
_______________________________________

Cinta bersemi di tengah kriminalitas,
sekretaris di antara dua penyelundup,
dalam latar Tanjung Perak yang asing.
Cerita-gambar RAF tahun 1969.
________________________________________

Gambar sampul depan komik Amore di Udjung Tahun (1969) gubahan RAF ini niscaya mesti dikatakan menarik. Bukan sekadar karena pewarnaan kuning keemasannya, yang konsisten dalam perspektik keterasalan dari sorot lampu mobil, dan lengan telanjang memperlihatkan ketiak erotis, tetapi juga dengan kehadiran bersama sorot mata ketakutan.
Dua pasang sorotan. Mata dan lampu mobil. Melahirkan paradoks karena hadir bersama judul dan gambar romantis: sepasang kekasih saling memandang dengan mesra.
Apakah yang begitu romantis dan apakah yang begitu mengerikan?
***
Anne, seorang sekretaris di Jakarta, pemegang ban coklat karate yang berjiwa petualang, ambil cuti ke Surabaya. Ia penasaran ingin melihat Tanjung Perak, pelabuhan di Surabaya yang terkenal.

Menginap di Hotel Ariola, pada hari ketiga Anne berkenalan dengan Anton yang disukainya. Sedang ia melamun di pelabuhan, tentang kenapa bisa jatuh hati kepada Anton, padahal biasanya menghindari lelaki, suatu bungkusan kecil melayang masuk tasnya.
Saat membukanya di kamar hotel, ternyata segepok biji-biji berlian. Dengan keterkejutannya, ia tidak lapor polisi. Keluar hotel, Anne bermaksud kembali ke pelabuhan untuk mengembalikan, meski belum jelas kepada siapa. Anne bertanya-tanya, apa maksud berlian itu dimasukkan tasnya.
Di teras hotel, Anton yang mengajaknya kencan ditampik, tetapi seorang pemuda lain, yang lagi-lagi disukai Anne, mengajaknya pergi dengan atak (kendaraan roda tiga dengan bak terbuka). Anne ikut, tetapi perasaannya galau, karena pemuda itu dinilainya kasar.
Di suatu tempat, pemuda itu menagih berliannya. Terjadi adegan yang rumit: urusan berlian, bahwa tas Anne berada di mobil, dan meski tak ingin memilikinya, keberadaan berlian itu menjadi pertanyaan; serta urusan cinta mendadak, bahwa Anne untuk pertama kalinya mau dicium.
Berlian itu ternyata hilang dan menjadi persoalan. Dalam pertengkaran barulah mereka berkenalan, dan dengan ajaibnya melanjutkan kencan, ketika perangai pemuda yang ternyata bernama Jocke itu berubah menjadi halus. Ini diteruskan pada hari-hari selanjutnya, walau mengaku dirinya penyelundup. Jocke mengatakan bahwa berlian itu mungkin diambil Mario, raja penyelundup di Tanjung Perak.
Sebagai penyelundup, Jocke memperkenalkan seluk beluk penyelundupan, termasuk ketika menemui anak buah Mario untuk mencari keberadaan berlian. Anne sendiri yang penasaran dengan suatu perkakas, secara tak sengaja membuat Jocke mengetahui terdapatnya bungkus timah untuk menyelundupkan berlian.
Dalam pertemuan kembali dengan Anton, yang terus merayunya, Anne akhirnya memergoki bahwa Anton adalah Mario. Setelah Anne mengatakan tentu Mario yang mengambil berlian-berlian itu, Mario yang merasa dipergoki tidak bisa membiarkan Anne pergi. Di pelabuhan yang gelap, tidak terlalu mudah pula Mario menguasai Anne.


Seorang anak buah Jocke yang melihatnya melaporkan keadaan itu, dan Jocke pun segera memburunya. Ia berhasil menimbun Mario dengan sampah dan menemukan berlian-berlian itu di saku bajunya.
Kepada Anne, Jocke mengaku dirinya adalah intel polisi yang menyamar. Nama aslinya Rachmad.
***
Sekarang dapat diketahui, gambar sampul Amore di Udjung Tahun itu, yang memadukan ketegangan dan romance, bagian besarnya adalah adegan pengejaran Anne oleh Mario. Dalam alurnya, hubungan Anne dengan dua pria penyelundup (walau yang satu samaran), menjadikan berlangsungnya dua ketegangan berlapis, yakni alur kriminalitas dan alur hubungan romantik.

Peran Anne menentukan, karena dalam dirinya sendiri berlangsung konflik, bukan sekadar sikapnya terhadap masing-masing pria, tetapi juga kegalauan atas sikapnya sendiri sebagai perempuan dalam dunia lelaki. Kompleksitas ini membebaskan peran Anne dari karakterisasi satu dimensi. Perhatikan pula bahwa yang dihadapinya dua lelaki samaran: Mario sebagai Anton dan Rachmad sebagai Jocke.
Berpindahnya latar Jakarta ke Surabaya juga salah satu faktor, meski tepatnya dari latar kota ke pelabuhan, walau tidak kelewat spesifik seperti pelabuhan, karena terlalu sedikit kapal maupun kesibukan sebagaimana pelabuhan—yang meyakinkan adalah area pelabuhan tanpa kapal yang seolah serba gelap dan selalu suram. Dengan memadankan panil-panil komik ini sebagai panggung drama, realisme latar yang naif sama sekali tidak diperlukan.

Kemandirian adaptasi.
Bahwa Pelabuhan Tanjung Perak hanya tampak sebagai dermaga kayu, tidak perlu dibandingkan dengan realitas pelabuhannya, pada 1969 sekalipun, karena dunia komik adalah representasi dengan kesahihan dalam dunianya sendiri. Bahkan apabila sumber asing diperhitungkan, entah komik, film, atau novel (hanya Rachmad nama yang membumi), prosedur adaptasi betapapun tetap gubahan mandiri.

memperkuat dugaan adaptasi

Masa lalu seperti apakah yang terungkap dari komik 1969 ini? Jika yang dicari adalah wajah dokumenter Kayoon atau Tunjungan, bahkan Selat Madura, yang disebutkan, itu tak akan ditemukan. Namun representasi imajinasi masa itu tentang dunia urban, yang belum lagi hadir sepenuhnya, tergambar jelas dalam Amore di Udjung Tahun,demi segala pertimbangan dan kajian: bahwa sebagai media populer, akan menggambarkan pula wacana konsumen pada masanya.
***

dari sampul belakang komik tahun 1968.
Komikus Rafflis, dari ayah Zakir Saleh, yang dilahirkan di Payakumbuh tahun 1949, tidak sembarang menyingkat ketika memasang cap dagang (trade mark) RAF pada komik-komiknya. Saat dilahirkan di huma pada suatu ladang, Rawiyan, ibunya yang sedang mengungsi itu, melihat pesawat tempur Inggris lewat, dan terbaca tulisan RAF di bawahnya—yang tentu adalah singkatan dari Royal Air Force. Ia meninggal pada Desember 1998 karena penyakit diabetes.
*) SENO GUMIRA AJIDARMA,
partikelir di Jakarta.